Jika pada etimologi 'Dimasa' masih berbagi makna etimologi pada garis patriarki, yakni selain bermakna 'anak-anak dima', juga bermakna'anak sungai besar' yang merujuk pada sungai Brahma putra atau 'putra Brahma', maka pada bentuk nama lain Dimasa yaitu 'Kachari' atau 'Kachar', tinjauan fonetisnya sangat dekat ke arah bentuk 'Hajar'.
Memang, dalam riwayat Yahudi ataupun Kristiani disebutkan bahwa anak nabi Ibrahim yang bernama Madyan atau Midian berasal dari istrinya yang bernama Keturah, dan jika mempertimbangkan bahwa sebutan 'Madyan' tersebut berasal dari nama wilayah tempat mana ia dilahirkan yaitu di negeri madyan atau negeri tengah, maka, dengan sendirinya kita dapat berpikir jika istri nabi Ibrahim ketika bermigrasi ke wilayah ini adalah Keturah.
Teka-teki ini akan terjawab hanya dengan menganggap jika Keturah adalah nama lain Hajar. Dan, anggapan ini bukanlah suatu hal yang baru.
Dalam studi perbandingan agama, hal ini telah menjadi subyek perdebatan hingga saat ini. Ada yang setuju menganggap Keturah dan Hajar adalah orang yang sama, dan ada yang tidak setuju, menganggap mereka dua orang yang berbeda.
Yang berpendapat bahwa Keturah adalah Hajar, memberi argumen jika nama Keturah (nama baru untuk Hajar) yang dalam bahasa Ibrani mengacu pada makna aroma dupa yang menyenangkan, adalah simbol bahwa ia telah berubah dari kesalahan yang dilakukan selama ia jauh dari Abraham (Ibrahim). [Neusner, Jacob: Genesis Rabbah: The Judaic Commentary to the Book of Genesis: A New American Translation, 1985: 334--335]
Penafsiran alternatif nama Keturah berdasarkan akar kata Aramic adalah: "mengikat" dan atau "menghiasi.Â
Ungkapan "mengikat" bermakna kesetiaan Hagar pada hubungan pernikahannya dengan Ibrahim dengan tidak pernah berhubungan dengan siapa pun sejak dia meninggalkan Abraham sampai kepulangannya.Â
Ungkapan "menghiasi" adalah bahwa personality Hagar sebagai seorang wanita, dihiasi dengan kesalehan dan perbuatan baik. Untuk hal ini, Â Hagar diangkat sebagai contoh tingkat kesalehan yang tinggi pada zaman Abraham. [sumber di sini]
Demikianlah, karakter yang ditunjukkan Hagar / Hajar atau Keturah sebagai wanita yang kuat, teguh dalam menjaga pendirian dan kehormatan sangat memiliki korelasi dengan sosok Arikhidima. Mungkin penghormatan yang tinggi dari orang Dimasa terhadap sosok Arikhidima sebagai leluhur mereka yang kemudian menginspirasi dan mendasari pertimbangan orang Dimasa untuk menjaga garis keturunan mereka menurut garis ibu (matriarki).
Di sisi lain, sekali lagi, nama lain Dimasa yaitu Kachari, jelas sangat dekat dengan bentuk Hajar atau Hagar jika ditinjau menurut morfologi fonetis. Dimana fonetis 'k' kita ketahui dalam banyak kasus kadang kita temukan berubah menjadi 'h', sementara itu bentuk 'ch' berpotensi berubah menjadi 'j' atau 'g'.
Demikianlah, jika dugaan ini benar, maka bisa dikatakan, di tempat yang terpencil jauh dari hiruk pikuk perdebatan para ahli studi perbandingan agama, jawaban atas polemik kesamaan Hajar dan Keturah telah berdiam diri selama ribuan tahun.