Ada empat puluh garis klan laki-laki ( disebut: sengphong - "pemegang pedang"), dan ada empat puluh dua garis klan perempuan ( disebut: jalik atau julu ). [Ramirez "Politico-ritual variations on the Assamese fringes: Do social systems exist?", 2007: 91--107 ]
Kata Dimasa secara etimologis diterjemahkan menjadi "Anak sungai besar" (Dima=sungai; sa=anak), sungai yang dimaksud yaitu sungai Brahmaputra, yang pada dasarnya berarti "putra brahma" (putra Abraham?).Â
Di sisi lain, ada juga yang berpendapat jika kata 'dima' merujuk pada nama 'Arikhidima' (istri Bangla Raja) yang berarti dima-sa artinya 'anak-anak dima' (menonjolkan garis matriarki).
Demikianlah sekelumit profil orang Dimasa.
Hal yang menarik tentang orang Dimasa yang bisa dikatakan terkait dengan subyek hipotesis saya bahwa wilayah Benggala sebagai tujuan migrasi Nabi Ibrahim di masa lalu, adalah kepercayaan dalam tradisi kuno mereka yang menyatakan bahwa 60,000 bulan yang lalu, leluhur mereka bermigrasi meninggalkan tanah leluhur mereka ketika terjadi kekeringan hebat.Â
Angka 60,000 bulan ini sama dengan 5000 tahun yang lalu. bisa dikatakan mendekati angka masa hidup Nabi Ibrahim (2166 SM), dan mendekati pula masa terjadinya bencana kekeringan panjang (Megadrought) yang menurut ilmuwan geologi terjadi dikisaran 4200 tahun yang lalu.
Sangat dapat diduga bahwa yang dimaksud leluhur orang Dimasa yang bermigrasi 60,000 bulan yang lalu akibat kekeringan adalah Nabi Ibrahim. Karena dalam banyak riwayat pun disebutkan bahwa penyeban hijrahnya nabi Ibrahim adalah untuk menghindari bencana kekeringan.
Terlebih lagi, tradisi kuno orang Dimasa menyebutkan bahwa dari leluhur mereka itu (yang bernama Bangla Raja dan istrinya Arikhidima), terlahir 6 putra (yaitu: Sibarai, Alu Raja, Naikhu Raja, Waa Raja, Gunyung Braiyung and Hamiadao). Jumlah ini sama persis dengan jumlah putra Nabi Ibrahim yang terlahir dari Istrinya yang bernama Keturah (yaitu: Zimran, Jokshan, Medan, Madyan, Ishbak, dan Shuah).
Diceritakan dalam tradisi kuno Dimasa, bahwa setelah cukup lama leluhur mereka berpindah-pindah tempat, akhirnya mereka memutuskan menetap di Dilaobra Sangibra, yaitu di wilayah pertemuan sungai Brahmaputra dengan sungai Gangga. Berikut screenshot kutipannya dalam situs self.gutenberg.org...
Ada kemungkinan jika dari nama leluhur orang Dimasa 'Bangla Raja" inilah berasal sebutan Bangla-desh.
Sosok 'Arikhidima' yang teridentifikasi sebagai Hajar atau Keturah
Hal menarik yang perlu pula dicermati dari tradisi orang Dimasa adalah profil leluhur mereka dari garis ibu "Arikhidima" yang nampaknya memiliki pengaruh yang signifikan dalam komunitas etnis Dimasa.Â