Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Piring", Makna dan Riwayatnya yang Terlupakan

9 Maret 2020   12:08 Diperbarui: 9 Maret 2020   12:27 4607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dicapture dari buku Stephen Richard Turnbull

"Piring" adalah salah satu kata benda yang paling akrab dengan ingatan manusia. Hal itu dikarenakan fungsinya sebagai perkakas kegiatan rutin dan paling vital bagi kelangsungan hidup manusia, yaitu: makan.

Begitu akrabnya "piring" dengan ingatan atau alam pikiran manusia, sehingga dalam situasi tertentu, ia bahkan dapat memicu dampak emosional. Seseorang dapat marah, sedih, kecewa, senang, bahagia, bahkan termotivasi, ketika teringat dengan kata piring.

Benarkah? Mengapa demikian?

Ya, anda mungkin akan menganggap pernyataan ini terlalu berlebihan dan mengada-ada... tapi tentu saja tidak.

Saya yakin, anda akan melihat kebenaran pernyataan itu manakala melakukan pengamatan lebih mendalam... bahwa, itu dikarenakan - sekali lagi - "piring" adalah perkakas kegiatan rutin dan paling vital bagi kelangsungan hidup manusia, yaitu: makan.

Dalam hal ini, bisa dikatakan, "piring" adalah perkakas untuk sebuah kegiatan yang paling mempengaruhi arah dan sudut pandang berpikir manusia terhadap kehidupan.  

Dalam alam pikiran seorang bapak, ingatan tentang "piring" dapat memotivasinya bekerja lebih giat, karena hal itu mengingatkannya pada tanggung jawab memberi makan anak istrinya di rumah. Segala macam perasaan akan berkecamuk mengiringinya dalam upaya tersebut - baik ketika gagal, maupun ketika berhasil.

Di Nusantara, bukti bahwa kata "piring" mempengaruhi alam pikiran kita, dapat ditemukan dalam beberapa bunyi peribahasa yang menggunakan kata piring atau pinggan.

Misalnya: "pinggan tak retak nasi tak dingin" (artinya: cermat dalam melakukan suatu pekerjaan) ; atau "di mana pinggan pecah, di sana tembikar tinggal" (di mana orang meninggal di situ dikuburkan).

Dalam cerita fiksi (budaya populer) terutama di tahun 80-90an, kita pernah akrab dengan sebutan "piring terbang" sebagai wahana makhluk luar angkasa yang datang menginvasi bumi. 

Namun, dalam kehidupan urban hari ini, kita juga mengenal istilah "piring terbang" tapi yang ini tidak merujuk pada wahana makhluk luar angkasa. Istilah ini biasanya menjadi kalimat keluhan atau ejekan tentang situasi pertengkaran suami istri dalam rumah tangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun