Dalam perjalannya sepanjang 2.500 tahun, seiring sejarah perkembangan agama Buddha di Asia Selatan, Tenggara, dan Asia Timur, tema-tema inti peran Maitreya sebagai Buddha masa depan terus diungkapkan dan dimodulasi.
Dalam setiap budaya Buddha, Maitreya adalah simbol harapan, aspirasi manusia untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan, saat ketika kejayaan dan keemasan masa lalu akan diperoleh kembali.
Singkatnya, Maitreya dikisahkan akan memainkan perannya sebagai penjamin masa depan yang lebih baik. Ia akan tampil sebagai penyelamat kosmis eskatologis yang pada akhir tatanan dunia empiris, akan mewujudkan keadilan, perdamaian dan kerukunan universal.
Dalam buku "Maitreya, the Future Buddha" Alan Sponberg mendeskripsikan sosok Maitreya sebagai berikut:
Kami menemukan dia kadang-kadang digambarkan sebagai seorang bodhisattva yang rajin memupuk jalan menuju pencerahan di bumi dan kemudian sebagai seorang bodhisattva surgawi yang gemerlap di kediamannya di surga Tusita.
Kadang-kadang ia muncul seperti individu duniawi lainnya yang bertujuan mengabdi dan berkontemplasi, di sisi lain tampil sebagai pemimpin militan ekstrimis politik yang berusaha untuk membangun sebuah tatanan baru di masa sekarang ini.
Kita kadang-kadang melihatnya sebagai penerima pengakuan dosa dan kadang-kadang sebagai inspirator bagi para sarjana.Â
Mungkin tidak ada figur lain dalam jajaran Buddhis yang menggabungkan universalitas dan kemampuan beradaptasi dengan cara yang dilakukan Maitreya.
Sebuah literatur menjelaskan bahwa dalam perjuangannya di akhir zaman nanti, Maitreya dibantu oleh "sembilan belas orang bijak" (Nineteen Sages), yang sekarang sebenarnya sudah hidup di dunia ini.
Tetapi mata fana tidak dapat mengenalinya, karena mereka bersembunyi di antara orang-orang biasa, kadang-kadang menyamar sebagai orang bodoh dan pendosa. Ketika saatnya telah tiba, mereka akan mengungkapkan diri mereka.
Selain itu, disebutkan pula Maitreya dibantu oleh "Enam Belas Orang Yang tenang", "Tujuh Puluh Dua Orang Sejati", dan "Tiga Ribu Orang Suci".Â
Dalam tradisi Buddha, Maitreya biasanya digambarkan duduk, dengan kedua kaki di tanah atau bersilang di pergelangan kaki, menunggu waktunya. Mengenakan stupa kecil di hiasan kepalanya, serta khata syal selalu diikatkan di pinggangnya sebagai korset, menjadi ciri khasnya.
Tentang Imam Mahdi
Dalam tradisi Islam, informasi tentang kehadiran Imam Mahdi di akhir zaman nanti umumnya diperoleh dari Hadist Nabi Muhammad.
Namun demikian, beberapa dari hadist tersebut, oleh beberapa kalangan dianggap ada yang lemah sehingga tidak layak untuk menjadi rujukan.