Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menelusuri Jejak Bahasa Adam di Austronesia [Part 1]

19 Januari 2020   15:12 Diperbarui: 19 Januari 2020   17:56 782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wellcomecollection.org 

Hingga Pada tahun 1866, Linguistic Society of Paris melarang segala perdebatan yang ada atau yang akan datang mengenai masalah tersebut, suatu larangan yang tetap berpengaruh di sebagian besar dunia barat hingga akhir abad keduapuluh. 

Penyair besar Italia, Dante Alighieri, dalam De Vulgari Eloquentia (1304) menulis, "Bahasa Ibrani adalah bahasa yang digunakan oleh bibir pembicara pertama," dan berpendapat bahwa bahasa Adam asalnya dari Ilahi dan karenanya tidak dapat diubah; dia juga mencatat bahwa tindakan pertama adalah karena Hawa, berbicara dengan ular, dan bukan kepada Adam. 

Namun, dalam Divina Commedia-nya, Dante mengubah pandangannya (Paradiso XXVI), menyimpulkan bahwa bahasa Ibrani adalah turunan selanjutnya dari bahasa yang diucapkan oleh Adam. (Norman Berdichevsky, 2014: 27)

Dalam bukunya, "Sejarah Arab sebelum Islam," Jawwad Ali menguraikan bahwa sebagian Ilmuwan Barat beranggapan bahasa Ibrani merupakan bahasa Semit paling tua, karena mempunyai kedekatan zaman dengan bahasa ibu. 

Ilmuwan lain berpendapat, bahasa Arab adalah bahasa modernnya, karena ia mengandung pangkal bahasa Semit. Ilmuwan lain lagi berpendapat, bukan bahasa Arab, melainkan bahasa Assyria kuno atau Babel dan lainnya. 

Tidak ada satu pun dari mereka yang mengklaim telah mengetahui bentuk bahasa Semit yang memungkinkannya mengetahui bahasa yang digunakan Nabi Nuh, atau setidaknya anak-anaknya yang telah menurunkan garis keturunan bangsa Semit. 

Para ilmuwan Taurat dan Semit begitu bersemangat dalam meneliti bahasa Semit pertama atau bahasa yang paling dekat dengan bahasa Semit. Mereka terdorong kisah dalam Taurat: tentang Sam dan bahasa manusia, Babel dan bahasanya. 

Selanjutnya, para peneliti Barat menemukan bahwa riset seputar hal ini adalah sia-sia, karena pada saat ini yang tersisa dari bahasa Semit adalah rangkaian evolusi acak. Bahasa Semit kuno telah hilang keberadaannya tanpa meninggalkan bekas sedikit pun. Maka yang harus dilakukan para ilmuwan pada masa depan adalah fokus pada bahasa lain yang terikat dengan bahasa-bahasa Se kuno itu, baik yang belum maupun yang sudah dikenal. 

Menurut Jawwad Ali, langkah terbaik yang bisa dilakukan saat ini adalah mempelajari bahasa-bahasa turunan bahasa Semit dan mengomparasikannya, agar dapat memilah kemiripan dan asalnya, sebagaimana komparasi bahasa ini Arab dengan bahasa di Afrika. Juga bahasa Mesir kuno dengan bahasa Barbariyah dan Harariyah, serta dialek Abyssinia. Sehingga kita bisa memperoleh penjelasan ilmiah seputar keterikatan yang menghubungkan antara bahasa Ham dan bahasa Semit... [Jawwad Ali. Sejarah Arab sebelum Islam, Vol. I (2018: 240-241)]

Menurut sebagian besar ilmuwan Barat, bahasa Arab adalah bentuk lain dari bahasa Semit. Bahasa Arab merupakan turunan dari bahasa-bahasa Semit yang tersisa yang dapat dipelajari. 

Karena, bahasa Arab belum banyak bercampur dengan bahasa lain. Selain itu, bahasa Arab mampu menjaga ciri khas bahasa Semit kuno seperti dalam penggunaan irab. Karena itu, menurut mereka, mempelajari bahasa Arab akan memberikan lebih banyak kepastian tentang ciri khas bahasa Semit kuno. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun