Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kosmologi: Konsep Pengenalan Jati Diri Manusia yang Terawal

10 Januari 2020   11:02 Diperbarui: 10 Januari 2020   11:41 1786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
karakter SA dalam Aksara Lotara (Dokpri)

Dari sini kita dapatkan pemahaman yang lebih holistik tentang Sulapa Appa', yakni: sulaman empat unsur dasar (udara, air, tanah dan api). 

Pada perspektif inilah sesungguhnya terekam alam pikiran orang Bugis Makassar yang memandang alam semesta (Kosmos) terdiri dari empat unsur dasar yang terangkai sebagai sistem atau entitas yang sangat rumit namun sangat teratur. 

Wujud dari suatu hasil karya sulam yang sangat rumit namun sangat teratur, rasanya cukuplah meyakinkan kita bahwa memang pemilihan kata "sulam" menjadi analogi yang sangat tepat.

 Dapat dikatakan Sulapa Eppa' merupakan sumber falsafah hidup orang bugis Makassar. Ketinggian nilai yang dikandung, telah menginspirasi orang-orang Bugis Makassar melahirkan berbagai konsep filosofis yang selaras dengan konsep Sulapa appa'pada berbagai segi kehidupannya. Contohnya adalah tentang empat kualitas ideal yang harus dimiliki setiap pemimpin, yaitu: warani (berani), panrita (saleh), sugi (kaya) dan acca (pintar).

Di masa lalu, orang Bugis akan dikatakan menjadi sempurna jika mereka menyatukan empat macam kodrat yaitu; angin, air, tanah dan api -- yang mana keempat hal tersebut diwakili warna tertentu dan memiliki makna simbolik tersendiri, yaitu: warna kuning mewakili unsur angin sebagai symbol "kemuliaan"; merah mewakili unsur api sebagai symbol "keberanian"; putih mewakili unsur air sebagai symbol "kesucian"; dan hitam mewakili unsur tanah sebagai symbol kegelapan dan dianggap memiliki "kekuatan Spiritual" atau "kekuatan gaib". 

Simbolisasi keempat warna ini juga diimplementasi orang Bugis dalam hal penyajian kuliner. Pada acara-acara tertentu dalam masyarakat Bugis, kita dapat menemukan songkolo (nasi ketan kukus), tersaji dalam tampilan empat warna tersebut. (Syarif Dkk. "Sulapa Eppa As The Basic or Fundamental Philosophy of Traditional Architecture Buginese". SHS Web of Conferences Vol. 41, 2018)

Jika empat warna yang mewakili unsur dasar dalam kosmologi jejaknya dapat kita lihat terekam dalam budaya kuliner bugis, maka di tempat lain di Sulawesi Selatan, yakni di Toraja, hal itu terekam dalam warna ukiran dan beberapa ragam aspek budaya lainnya.  

Kosmologi dalam masyarakat Toraja.

Empat warna utama Toraja: putih, hitam, merah dan kuning, melambangkan saling melengkapinya kehidupan dan kematian dalam sistem ritual Toraja. Hitam biasanya ditujukan untuk kematian, kuning berasosiasi dengan kekayaan/kemuliaan dan emas, Merah dan putih dikaitkan dengan ritual sisi kehidupan, pakaian dan dekoratif rumah. 

Pada pemakaman orang penting, ritual tujuh hari tujuh malam yang megah menggabungkan unsur ritual kematian dan kehidupan. pembungkus mayat yang digunakan pada acara-acara tersebut menggunakan empat warna utama, baik sebagai desain cut-out daun emas atau sebagai patterns yang dijahitkan pada pembungkus mayat. Sebuah rumah besar juga menggunakan keempat warna, menyediakan sisi utara dan selatan untuk kegiatan renungan keprihatinan tentang lingkaran kehidupan dan kematian yang senantiasa saling melengkapi...(Eric Crystal. Myth, Symbol and Function of the Toraja House. TDSR. Vol. I 1989. hlm. 7-17)

Penerapan empat warna utama Toraja yang merupakan representasi konsep kosmologi terlihat sangat dominan dan konsisten digunakan pada setiap ornament rumah-rumah adat toraja, melahirkan keunikan dan menjadi karakter khas dalam profil seni dan kebudayaan toraja. Dapat dilihat pada gambar berikut ini...

Ragam motif ukiran toraja (sumber: https://pesona.travel/)
Ragam motif ukiran toraja (sumber: https://pesona.travel/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun