Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rahasia Kuno yang Terpendam di Gunung Latimojong

3 November 2019   18:09 Diperbarui: 8 November 2019   15:15 3431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arah jarum jam biasanya digunakan pula untuk menyebut arah mata angin. (Dokpri)

Ketinggian puncaknya yang mencapai 3478 mdpl, menjadikan gunung Latimojong sebagai daratan tertinggi di pulau Sulawesi.

Para pendaki mengenal puncaknya dengan nama "Rante Mario". Sementara itu masyarakat setempat lebih mengenalnya sebagai "Batu Bolong" yang artinya "Batu Hitam". Disebut demikian bisa jadi karena bebatuan di puncak Rante Mario yang sebagian besar kelihatan menghitam.

Makna nama Rante Mario sendiri adalah "Tanah Bahagia". "Rante" dalam bahasa lokal (bahasa tae') artinya: tanah lapang dan datar di ketinggian gunung ataupun bukit. Sementara "Mario" artinya: Senang / bahagia.

Letak gunung Latimojong tepat berada di lintasan garis bujur 120 derajat (jika mengacu  pada konsensus dunia modern yang meletakkan 0 meridian di greenwich, yang memang sejajar dengan maroko, yang di masa lalu akrab dengan sebutan "kerajaan barat").

gunung latimojong terlihat tepat berada di garis bujur 120 derajat (Dokumen pribadi)
gunung latimojong terlihat tepat berada di garis bujur 120 derajat (Dokumen pribadi)
Anti meridiannya (titik garis bujur 180 derajat) berada di ujung timur, yakni di wilayah Tuvalu (sebuah negara di samudera pasifik).

Garis bujur pada peta bumi (Dokumen pribadi)
Garis bujur pada peta bumi (Dokumen pribadi)
Dengan pertimbangan bahwa matahari terbit pada ujung timur muka bumi (di wilayah Tuvalu) tepat pada pukul 06:00, dan bahwa 1 jam = 15 derajat (180 derajat = 12 jam), Maka Matahari membutuhkan waktu 4 jam untuk bergerak ke arah barat dan terbit di wilayah gunung Latimojong yang berjarak 60 derajat ke arah barat dari Tuvalu.

Ketika terbit fajar di wilayah gunung Latimojong, di saat yang bersamaan di Tuvalu telah menunjukkan jam 10 pagi. Hitungan inilah yang menjadi alasan orang-orang di masa kuno menyebut wilayah Latimojong atau wilayah Nusantara secara luas sebagai "negeri pagi" atau "negeri sabah" ("sabah" dalam bahasa arab artinya "pagi". Sabah memiliki keterkaitan bentuk dengan kata "subuh" dalam bahasa Indonesia).

Hari ini, sebutan toponim "sabah" yang dapat ditemukan di beberapa tempat di nusantara (seperti wonosobo di pulau Jawa, atau sabah di pulau kalimantan), menjadi dasar klaim sebagian orang bahwa nusantara adalah negeri sabah yang disebut dalam beberapa kitab suci sebagai negeri Ratu Balqis di masa Nabi Sulaiman.

Sementara itu di masa sekarang, di pulau Sulawesi tidak ditemukan lagi toponim Sabah.  Yang paling mendekati mungkin adalah toponim "Padang Sappa" yang berada di kabupaten Luwu.

Namun demikian, di pulau Sulawesi masih ada satu nama wilayah (toponim) yang sangat jelas bermakna "pagi", yaitu: Makale. Dalam bahasa tae' "makale" artinya "pagi".

Makale saat ini merupakan nama ibukota kabupaten Tana Toraja. Sebagian kaki gunung Latimojong dibagian utara masuk dalam kawasan administrasi kabupaten Tana Toraja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun