Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Rahasia Kuno yang Terpendam di Gunung Latimojong

3 November 2019   18:09 Diperbarui: 8 November 2019   15:15 3431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama di salah satu sisi gunung Latimojong (Dokpri)

Jadi, asal usul nama "Makale" sesungguhnya berasal dari pemaknaan orang-orang di masa kuno bahwa wilayah tersebut adalah merupakan kawasan "negeri pagi". Karena ketika matahari terbit di wilayah ini, disaat yang bersamaan, diujung timur (tempat pertama kali matahari terbit) telah menunjukkan jam 10 pagi.

Jika dijabarkan dalam pemahaman arah jarum jam sebagai arah penunjuk mata angin, di mana jam 06:00 (pagi) mewakili arah timur, jam 12:00 (tengah hari) mewakili arah utara, jam 18:00 (petang) mewakiliki arah barat, dan jam 24:00 (tengah malam) mewakili arah selatan, maka jam 10:00 (pagi) dapat diduga mewakili arah timur laut. 

Arah jarum jam biasanya digunakan pula untuk menyebut arah mata angin. (Dokpri)
Arah jarum jam biasanya digunakan pula untuk menyebut arah mata angin. (Dokpri)
Sehingga dengan demikian, di masa kuno, selain disebut sebagai "negeri pagi", wilayah Nusantara kadang juga disimbolisasikan dengan sebutan "titik timur laut".

Pemahaman ini bisa jadi merupakan jawaban untuk pertanyaan: mengapa batu hajar aswad dan titik awal memulai tawaf berada di sisi timur laut Ka'bah?

Yaitu bahwa "titik timur laut" (Nusantara) merupakan titik awal peradaban manusia. Titik awal semula bermula.

tujuh kali putaran tawaf pada dasarnya adalah simbolisasi perputaran matahari mengelilingi bumi selama 1 minggu (7 hari). Ini tergambar dari jumlah 360 buah berhala yang terdapat di Ka'bah sebelum Islam datang (infonya bisa dibaca di sini). 360 buah berhala tersebut pada dasarnya mewakili jumlah sudut dalam satu lingkaran penuh.

Demikianlah, tiba pada titik pemahaman ini tentu saja akan menggoda imajinasi kita untuk mengaitkan adanya hubungan antara nama "hajar aswad" yang artinya "batu hitam" dengan nama puncak latimojong yang oleh masyarakat setempat menyebutnya "batu bolong" yang juga artinya "batu hitam".

Dan mitos yang menyebutkan jika hajar aswad adalah batu yang berasal dari surga, secara kebetulan ada pula kesamaan dengan makna nama lain puncak latimojong, yaitu "Rante Mario" - yang artinya adalah "tanah kebahagiaan" - yang mana merupakan bentuk kalimat naratif untuk kata "surga".

Apa pun itu, faktanya, mengungkap rahasia kuno yang terpendam di gunung Latimojong membuka jalan memahami beberapa hal yang selama ini menjadi teka-teki yang tidak terpecahkan.

Sekian. Semoga bermanfaat. salam.

Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa
Fadly Bahari, Palopo 03 November 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun