Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Biosemiotik, Geliat di Babak Akhir Pencarian Manusia

12 Februari 2019   14:06 Diperbarui: 12 Februari 2019   17:06 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber : http://caroltorgan.com/wp-content/uploads/2012/10/iStock_000019815844Small.jpg)


Dalam kamus Oxford Biokimia dan Biologi Molekuler (1997), dijelaskan bahwa Biosemiotik adalah "Studi tentang tanda-tanda, komunikasi, dan informasi dalam organisme hidup".

Sementara itu, kalevi Kull (1999) dalam tulisannya Biosemiotics in the twentieth century: A view from biology, mengatakan: Biosemiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu tanda-tanda dalam sistem kehidupan. [dimana] Karakteristik utama dan khas biologi semiotik terletak pada pemahaman bahwa dalam kehidupan, entitas tidak berinteraksi seperti benda mekanis, melainkan sebagai pesan, atau potongan teks.

Dalam situs resminya; www.biosemiotics.org, Biosemiotik dijelaskan sebagai suatu agenda penelitian interdisipliner yang menyelidiki berbagai bentuk komunikasi dan makna yang ditemukan di dalam dan di antara sistem kehidupan. 

Dengan demikian [ini adalah] studi tentang representasi, makna, indera, dan signifikansi biologis dari proses kode dan tanda - sekuens kode genetik - proses pensinyalan antar sel - perilaku tampilan hewan - artefak semiotik manusia seperti bahasa dan pemikiran simbolik abstrak.

Proses tanda tersebut muncul di mana-mana dalam literatur tentang sistem biologis. Namun, hingga baru-baru ini, secara implisit diasumsikan bahwa penggunaan istilah-istilah seperti "pesan" "sinyal" "kode" dan "tanda" pada akhirnya bersifat metaforis, dan bahwa istilah semacam itu suatu hari nanti dapat secara efektif direduksi menjadi sekadar bahan kimia dan interaksi fisik yang mendasari proses tersebut.

Penemuan kode genetik dan kelahiran biologi molekuler pada 1960-an memberikan dorongan besar... sebagaimana yang ditulis  George dan Muriel Beadle dalam buku The Language of Life: An Introduction to the Science of Genetics (1966) : "Sains sekarang dapat menerjemahkan setidaknya beberapa pesan yang ditulis dalam DNA ke dalam bahasa kimia darah dan tulang dan saraf dan otot, ... orang mungkin juga dapat mengatakan bahwa penguraian kode DNA telah mengungkapkan kepemilikan kita akan bahasa yang jauh lebih tua dari hieroglif, bahasa yang sama tuanya dengan kehidupan itu sendiri, bahasa yang merupakan bahasa paling hidup dari semua."

Terkait pembahasan biosemiotik - sebuah kalimat deklaratif yang sangat menarik untuk dicermati, menyatakan bahwa "hidup adalah proses komunikasi di semua tingkatan". dan pernyataan kesimpulan: "bahwa produksi tanda dan hubungan tanda ada secara paralel dalam bahasa alami dan sistem kehidupan (dari sel hingga biosfer / semiosfer). (Favareau, Donald and Kull, Kalevi "On Biosemiotics and Its Possible Relevance to Linguistics". Biosemiotic Perspectives on Language and Linguistics, Biosemiotics Volume 13. Springer, 2015. hlm. 22)

Demikianlah, jika kita mencermati ruang lingkup apa yang menjadi fokus perhatian pada studi biosemiotik, dapat kita pahami bahwa ia akan mengarahkan perhatian kita kepada suatu paradigm baru -- dan bisa jadi, adalah merupakan geliat di babak akhir pencarian manusia untuk mengenali esensi-esensi kehidupan secara universal.

Kita dapat membayangkan bahwa hasil akhir dari pencarian tersebut adalah terungkapnya "system koordinasi yang berlaku di alam semesta antar setiap entitas, dari tingkat mikro hingga ke tingkat makro." - yang pada gilirannya, Insya Allah, akan dapat mengarahkan manusia mengenali keagungan Allah, Tuhan Semesta Alam, setelah mengenali keagungan Ciptaan-Nya.

Hal terkait tanda-tanda di alam semesta ini, kenyataannya, secara tersirat banyak diungkap dalam Al-Quran, diantaranya, dapat kita temukan pada Surat Al-Jasiyah ayat 3, 4 dan 5:

Bismi allaahi alrrahmaani alrrahiimi...

Ayat 3: Sungguh, pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang mukmin;

Ayat 4: Dan pada penciptaan dirimu, dan pada makhluk bergerak yang bernyawa yang bertebaran, terdapat tanda-tanda untuk kaum yang meyakini;

Ayat 5: Dan pada pergantian malam dan siang, dan hujan yang diturunkan Allah dari langit, lalu dengan itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati; dan pada perkisaran angin, terdapat pula tanda-tanda bagi kaum yang mengerti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun