Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Hipotesis: Jejak Morfologi Kata "Arrow" dan "Bag" dalam Bahasa Tae'

7 Februari 2019   05:37 Diperbarui: 15 Februari 2019   05:55 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tulisan sebelumnya, kami telah membahas hipotesa tentang language atau pun lingua sebagai kata yang berakar dari bahasa kuno di Nusantara (silahkan baca di sini).

Selanjutnya, dalam kesempatan ini, kami akan membahas dua kosakata lainnya dalam bahasa Inggris, yang juga kami duga berakar dari bahasa kuno di Nusantara. Kosakata tersebut adalah Arrow (panah) dan Bag (tas).

Morfologi kata Arru' (bahasa tae') ke bentuk kata Arrow (bahasa Inggris)

Dalam bahasa tae, arru' artinya mempertajam. Sebagai contoh, ketika seseorang membuat tajam dengan cara mengikis ujung pensil atau ujung mata panah yang terbuat dari kayu atau bambu dengan sebilah pisau, dalam bahasa tae, kegiatan itu disebut arru'.

Dalam bahasa tae' kegiatan seperti ini disebut arru' (sumber photo: http://www.paintdrawpaint.com)
Dalam bahasa tae' kegiatan seperti ini disebut arru' (sumber photo: http://www.paintdrawpaint.com)
Bau atau aroma yang tajam dalam bahasa tae disebut masarru' (bentuk dasar: sarru', merupakan alternatif form dari kata arru'). Di sisi lain, sekelompok laki-laki yang menari dengan gerakan yang dinamis sambil mengayunkan bilah pedang yang terhunus, baik dalam sebuah prosesi penyambutan tamu terhormat, atau pun sebagai kelompok terdepan dalam suatu rombongan karnaval budaya, disebut tarian mangngaru' (di Makassar biasa disebut angngaru').

Tarian Mangngaru', biasanya tampil di iringan terdepan dalam kegiatan karnaval budaya Tana Luwu (sumber foto: https://www.facebook.com/diskominfoplp/)
Tarian Mangngaru', biasanya tampil di iringan terdepan dalam kegiatan karnaval budaya Tana Luwu (sumber foto: https://www.facebook.com/diskominfoplp/)
Walaupun dapat duga bahwa bentuk kata dasar dari kata mangngaru' adalah arru', namun, Pada masa sekarang, dalam bahasa di Sulawesi Selatan, makna "tajam" untuk kata mangngaru' telah hilang dan lebih sinonim dengan kata mengamuk. 

Citra psikologis dari gerakan dinamis / teriakan lantang / dan acungan pedang yang terhunus - yang ditampilkan dalam tarian tersebut - yang nampak sebagai orang yang sedang mengamuk, sepertinya telah berperan secara dominan dalam proses morfologi kata ini - menggeser makna awalnya (yakni "tajam") dan menggantikannya dengan makna "mengamuk".

Seperti yang umum terjadi pada beberapa kata bahasa tae' ketika terserap ke dalam bahasa indonesia, dimana tanda petik di akhir kata akan membentuk fonetis t (contoh: kata lipu' menjadi liput/meliput/liputan; kunyi' menjadi kunyit; sila' menjadi silat, dan masih banyak lagi contoh lainnya), maka demikian pula yang terjadi pada kata arru' ataupun sarru' yang terserap ke dalam bahasa Indonesia dengan bermorfologi menjadi kata serut (dari bentuk sarru'). 

Dari uraian singkat ini, dapat kita lihat bahwa dalam rentang waktu yang sangat lama kata arru' terus mengalami evolusi dan membentuk kata-kata baru yang memperkaya khasanah bahasa tae' ataupun bahasa Indonesia.

Hal lain yang menarik, adalah bahwa kata Arru' beserta makna yang dikandungnya, terlihat sangat memiliki keidentikan dengan kata "Arrow" yang dalam bahasa Inggris berarti "panah." 

Definisi umum dari kata Arrow adalah: "Sebuah poros/ batang yang diasah (dipertajam) pada bagian depan dan memberi bulu atau baling-baling di bagian belakang, ditembakkan dari busur sebagai senjata..."

Fonetis u pada arru' yang berubah menjadi w pada arrow pada dasarnya umum dapat kita temukan dalam bentuk morfologi bahasa-bahasa kuno.

Misalnya, seperti yang kami temukan pada bentuk kata Saww atau Sauu, yakni nama pelabuhan mesir kuno (yang menurut para ahli diperkirakan digunakan sekitar 2000 SM hingga 1000 SM -- sebagaimana yang diungkap Abdul Monem A. H. Sayed dalam tulisannya yang berjudul The Land of Punt: Problems of the Archaeology of the Red Sea and the Southeastern Delta) yang memperlihatkan keidentikan dengan kata Sauh, yang dalam bahasa Indonesia berarti "jangkar" - dan kata sau, yang dalam bahasa tae yang berarti "lepas" (bentuk kata kerja ma'pa-sau = melepas). 

Kaitan ketiga kata ini (saww, sauh dan sau) dapat kita gambarkan dalam uraian: Pelabuhan (Saww) -- adalah tempat melepas (Sau) -- jangkar (Sauh). Hal yang mana kami pikir merupakan salah satu bukti yang menunjukkan hadirnya unsur nusantara di masa mesir kuno. Lebih jauh, kami melihat bahwa Saww-sauh-sau pada dasarnya merupakan satu kata yang sama. 

Ini dapat kita pahami sebagai wujud fenomena bahasa, dimana satu kata memiliki beberapa makna atau fungsi - tergantung pada bentuk kalimat mana ia diletakkan (ciri khusus yang ditunjukan fenomena ini adalah bahwa secara logis dapat dicermati memiliki keterkaitan satu sama lain).

Morfologi kata baka (bahasa Tae') ke bentuk kata Bag dan Back (bahasa Inggris)

Baka adalah tas tradisional terbuat dari anyaman bambu dari Sulawesi Selatan yang masih dapat ditemukan penggunannya di wilayah Luwu dan Toraja. Umumnya Baka digunakan dengan cara menggodongnya di punggung. (lihat gambar di bawah)

Parengnge baka (sumber foto: www.flickr.com/photos/130603514@N02
Parengnge baka (sumber foto: www.flickr.com/photos/130603514@N02
Adapun uraian dari hipotesis kami bahwa kata baka bermorfologi menjadi kata bag (tas) dan back (belakang) dalam bahasa Inggris adalah sebagai berikut...

Pertama-tama mari kita mengenal etimologi kata bag menurut para ahli bahasa...

Dokpri
Dokpri
Pada tahap awal (masa old English), nampaknya ada ambiguitas makna antara kata bag dan back - namun seiring berjalannya waktu, pada akhirnya, keduanya memiliki maknanya masing-masing: "bag" untuk makna "tas", dan "back" untuk makna "belakang". 

Kami menduga bahwa ambiguitas tersebut merupakan wujud interpretasi dualistik dari akar kata keduanya yakni "baka", yaitu bahwa bag (tas) mengambil makna dari "fungsi baka sebagai tas," sementara back (belakang) mengambil makna dari "cara penggunaan baka yakni menggendongnya pada punggung/ belakang." 

Hasil Interpretasi dualistik ini - yang menunjukkan suatu bentuk perkembangan bahasa, di sisi lain, dapat dilihat dan dipertimbangkan sebagai bukti bahwa kata "baka" memang merupakan "induk" dari kata bag dan back dalam bahasa Inggris.

Seperti beberapa kosakata bahasa tae' lainnya, kata baka nampaknya juga terserap ke dalam bahasa Indonesia, dengan bermorfologi menjadi kata bak (misal: untuk frase "bak mandi"), serta kemungkinan juga merupakan akar untuk kata bakul dalam bahasa jawa... [ Mungkin yahh.. :) ]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun