Perjalanan membahagiakan dan menantang menjadi Pengajar Peraktik Angkatan 10 Pendidikan Calon Guru Penggerak Kab Sampang
Fadlun Duifa, S.Pd, M.Pd, adalah seorang guru bersertifikasi  yang mengajar di SMAN 1 Torjun, dan memiliki pengalaman mengajar selama lebih dari 20 tahun. Sebagai Guru Penggerak Angkatan VI, ia berperan aktif dalam meningkatkan kompetensi pendidikan di lingkungan sekolah. Pada tahun ini, Fadlun juga menjadi Pengajar Praktik Angkatan 10, di mana ia membimbing guru-guru lain dalam implementasi Program Guru Penggerak.Selain kiprahnya di sekolah, Fadlun juga aktif di berbagai organisasi profesi. Ia adalah Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Sampang sejak 2023, Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejarah Kabupaten Sampang sejak 2024, serta Pengurus Wilayah Jawa Timur Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI) Provinsi Jawa Timur. Dalam perannya, ia berkontribusi      aktif   dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan di wilayahnya. Sebagai seorang penulis, Fadlun telah menerbitkan beberapa karya penting. Di antaranya adalah buku "Asyiknya Mengajar: Menguak 8 Trik Mengajar Asyik dan Menyenangkan" serta "Asal Usul dan Sejarah Orang Madura: Kajian Arkeologi-Sejarah". Melalui pengalaman dan dedikasinya, Fadlun terus berinovasi dalam dunia pendidikan, baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun penulis, dengan fokus pada menciptakan generasi yang berkompeten dan berkarakter.
Perjalanan Mengikuti Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 10 Kabupaten Sampang : Pengalaman Sebagai Pengajar Praktik di Kelas 186 B.
Pendidikan Guru Penggerak (PGP) adalah sebuah program yang dirancang untuk mengembangkan pengalaman pembelajaran guru dengan tujuan menghasilkan pemimpin pembelajaran yang mampu menggerakkan ekosistem pendidikan di sekolah dan di wilayahnya. Program ini merupakan bagian dari kebijakan Merdeka Belajar yang diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Salah satu komponen penting dari PGP adalah adanya Pengajar Praktik (PP), yang bertindak sebagai pembimbing dan pendamping bagi Calon Guru Penggerak (CGP). Sebagai Pengajar Praktik di Angkatan 10   Kabupaten   Sampang,   saya ditempatkan di kelas 186B bersama dengan beberapa CGP yang terdiri dari  Jamaluddin,  Milahatin  Arie, Denok Setyowati, Jumhari, R. Hendrik Sutopo,   dan   Nur   Ita   Wahyuni. Pengalaman mengikuti  program ini memberikan wawasan yang luar biasa tentang bagaimana peran guru dapat berkembang  dari  seorang  pengajar biasa menjadi pemimpin pembelajaran yang mampu membawa perubahan positif dalam pendidikan. Artikel    ini    akan    menceritakan perjalanan  saya  sebagai  Pengajar Praktik di PGP Angkatan 10, mulai dari  Lokakarya  Orientasi hingga Pendampingan Individu (PI) terakhir, serta produk-produk dan pemahaman bermakna  yang  dihasilkan  selama perjalanan tersebut.
Dimulai dengan Lokakarya Orientasi adalah langkah awal yang sangat penting dalam program Pendidikan Guru Penggerak. Pada fase ini, semua CGP, termasuk saya sebagai Pengajar Praktik, diberikan pemahaman mendalam mengenai tujuan, struktur, dan peran masing- masing pihak dalam program ini. Salah satu target dari lokakarya ini adalah memberikan pemahaman bermakna tentang bagaimana proses belajar di Pendidikan Guru Penggerak merupakan    perjalanan pengembangan kompetensi yang melibatkan seluruh ekosistem sekolah.
Beberapa produk yang dihasilkan dari lokakarya orientasi ini antara lain:
- Kesepakatan Peran CGP dan Kepala Sekolah: Kesepakatan ini penting untuk memastikan bahwa kepala sekolah mendukung CGP dalam menjalani program, serta mendukung perubahan yang dilakukan CGP di sekolah.
- Peta Posisi Diri CGP: CGP melakukan refleksi awal tentang kompetensi diri mereka. Ini membantu CGP dan Pengajar Praktik untuk mengetahui area pengembangan yang perlu ditingkatkan selama program berlangsung.
- Rencana Pengembangan Kompetensi CGP: Berdasarkan peta posisi diri, CGP bersama dengan Pengajar Praktik menyusun        rencana pengembangan kompetensi yang spesifik dan terukur.
Lokakarya 1: Komunitas Praktisi dan Pemimpin Pembelajaran
Lokakarya pertama dalam PGP ini berfokus pada pengembangan komunitas praktisi sebagai wadah untuk meningkatkan kompetensi pemimpin pembelajaran. Pemahaman bermakna yang dihasilkan dari lokakarya ini adalah bahwa CGP harus mampu menggerakkan komunitas di sekolah dan lingkungan sekitar untuk mendukung program- program pembelajaran yang berpihak pada murid.
Salah satu produk utama yang dihasilkan dari lokakarya ini adalah pemetaan komunitas praktisi yang sudah ada di sekolah. CGP didorong untuk mengidentifikasi komunitas- komunitas yang dapat diajak bekerja sama untuk mengoptimalkan peran mereka sebagai guru penggerak. Komunitas ini tidak hanya terbatas pada guru, tetapi juga melibatkan orang tua, murid, dan masyarakat sekitar.
Lokakarya 2-6: Pengembangan Program Sekolah yang Berpihak pada Murid
Serangkaian lokakarya berikutnya, dari Lokakarya 2 hingga Lokakarya 6, berfokus pada pengembangan program-program sekolah yang berpihak pada murid. CGP didorong untuk  merancang  dan mengimplementasikan  prakarsa perubahan di sekolah masing-masing. Pemahaman bermakna yang dihasilkan dari lokakarya ini adalah bahwa program yang berpihak pada murid harus melibatkan seluruh warga sekolah dan didasarkan pada pengembangan  diri  yang berkelanjutan. Salah satu model yang digunakan dalam merancang program ini adalah metode BAGJA, yang merupakan singkatan dari Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi. Pada tahapan Lokakarya 6, CGP diminta untuk merancang       rencana   kerja pengembangan program sekolah dengan fokus pada tahapan J (Jabarkan Rencana) dan A (Atur Eksekusi).