Dengan konsep pengambilan keputusan, yang sudah dipetakan apakah dilema etika atau bujukan moral maka  kita mampu membuat keputusan yang tepat dengan waktu yang tepat. Hal yang menjadi luar dugaan adalah semua keputusan yang kita lakukan ketika menggunakan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan & pengujian keputusan , maka keputuan yang kita ambil sudah saintifik karena sesuai tahapan dan ada uji faktanya. Hal ini juga lebih mempercepat pengambilan keputusan yang tidak berhubungan langsung dengan kebijakan besar sekolah.  Menariknya ketika menggunakan 4 paradigma kita bisa tahu bahwa keputusan kita itu bertentangannya apa, kemudian kalua menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan , setiap keputusan kta berbasis pemikiran. Dan yang terakhir kita uji dengan 9 pengujian keputusan, akhirnya keputusan kita bisa dipertanggungjawabkan, berpihak pada murid, berdasarkan nilai – nilai yang ada.
Pernah saat itu kasus pemisahan kantin sekolah berdasarkan gender, bedanya degan cara pengambilan keputusannya kami lakukan dengan musyawarah mufakat dengan mengumpulkan fakta dan data terlebih dahulu. Kami tidak memetaka kasus terlebih dahulu, apakah dilemma etika atau bujuka  moral. Kami juga tidak menggunakan prinsip 4, 3, 9 dalam pengambilan keputusan, namun persamaannya adalah semuanya orientasinya berpihak pada murid.
Dampak dalam mempelajari konsep modul ini adalah  saya bisa tahu bahwa pengambilan keputusan harus punya tujuan, yakni keberpihakan pada murid.Kemudian setiap pengambilan keputusan yang kita lakukan bis akita pertanggungjawabkan karena sudah berdarkan prinsip yang berorientasi nilai dan moral dari masyarakat. Dan yang terpenting keputusan ini sudah bedasarkan uji pengambilan keputusan. Inilah yang mempermudah kitab isa mengambil keputusan tepat dan cepat dan tidak memakan waktu yang lama.
Mempelajari modul ini sangat penting  baik sebagai sebagai individua tau pemimpin. Seorang pemimpin dibutuhkan percepatan dan akselerasi dalam pengambila keputusan. Kalua kita tidak mempunyai ilmu yang bisa dipertanggungjawabkan dalam pengambilan keputusan maka akan menghambad kinerja kita sebagai seorang individu dan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Sebelumnya kalua kita mau mengambil keputusan masih menunggu prosedur rapat berjenjang dari berbagai sektor pengambil keputusan. Padahal sebagai pemimpin pembelajaran tatangan dan persoalan setiap hari mesti berdatangan, mulai dari persoalan sekolah sampai SDM didalamnya, yang mununtut untuk segera diselesaikan, apalaigi ini menyangkut kepentingan murid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H