Si masbro ngomel-ngomel begitu denger gw bilang Risma pasti menang. Terus dia ngomong begini : Ah Dasar Pengamat Politik dari gunung, Nggak konsisten! Payah! Kemarin bilangnya Risma tidak mungkin ke Jakarta untuk ikut Pilgub DKI karena Risma harus dipertahankan di Jawa Timur untuk menetralisir kekuatan PKB , sekarang berubah lagi bilangnya Risma pasti menang di Pilgub DKI.
Ahahahaha. Gw langsung tertawa nahan sakit perut. Kata siapa gw bilang Risma pasti menang di Pilgub DKI? Kan di judul artikel nggak ada Pilgub DKI nya jadi ya bukan Pilgub DKI dong yang dibicarakan, tapi Pilgub Jatim 2018. Hehehehe.
Dan soal ngomel-ngomel, kemarin juga gw diomeli teman-teman di Ksiana. Katanya artikel gw terakhir kepanjangan jadi mumet bacanya. Hahahay. Sorry ya masbro, mbaksis. Namanya juga belakangan ini agak jarang bikin artikel jadi masih kurang aqua (kurang konsen) dan artikelnya jadinya muter-muter nggak karuan. Hehehe. Nah yang ini ringkas-ringkas aja deh supaya nggak diomelin lagi. :p
Jadi masbro, mbaksis. Sebenarnya Pilgub Jatim 2018 juga nggak kalah seru dari Pilgub DKI 2017. Surabaya itu Kota No.2 di Indonesia itu artinya propinsi Jatim bisa disebut sebagai Propinsi No.2 di Indonesia. Posisi Jatim juga termasuk Gerbang Timur untuk Indonesia.
Propinsi Jatim sendiri jauh lebih luas dari Pemprov DKI. Tentu saja Pemilih yang dilibatkan jauh lebih banyak dari pemilih DKI. Konstelasi menjelang Pilgub juga jauh lebih panas daripada Jakarta. Terlebih lagi orang Jatim kan karakternya keras-keras. Hehehehe.
GUS IPUL ATAU GUS HALIM ATAU RISMA YANG BERPELUANG?
Gw yakin bahasan singkat Pilgub Jatim 2018 ini nggak menarik bagi pembaca Kompasiana. Lebih seksi ngomong Ahok meskipun gw ngeri-ngeri sedap ngomongin Ahok. Salah kata dikit bisa kena bully Gw. Wkwkwkwkwk.
Jadi begini masbro, bahasan ini gw bikin singkat aja. Tapi sebenarnya Pilgub Jatim 2018 akan membuka mata kita terhadap konstelasi politik Indonesia secara umum. Pilgub DKI 2017 juga terkait dengan Pilgub Jatim 2018. Kita bisa lihat benang merahnya nanti. Cekidot, guys.
Bahwasanya Dalam Politik itu tidak ada Musuh Abadi maupun Teman Abadi. Dalam pantauan gw, antara Megawati dan Prabowo itu tidak bermusuhan. Beda bingit antara Megawati dengan SBY. Hehehehe.
Makanya bila bicara Koalisi Gerindra bersama PDIP itu sangat memungkinkan. Musuhan di Pilpres 2014 sudah selesai kok. Tidak mungkin PDIP akan bermusuhan dengan Gerindra secara frontal di Pilgub DKI sementara di Pilkada lainnya PDIP bisa berkoalisi dengan baik bersama Gerindra. Dengan begitu di Pilgub DKI sendiri peluang koalisi antara Gerindra dengan PDIP masih terbuka. Itu pointnya masbro.
Di Pilgub Jatim 2018, Gerindra sudah punya program untuk menduetkan Cagubnya yaitu Syaefullah Yusuf atau Gus Ipul dengan Tri Rismaharini (Walikota Surabaya) atau Abdulah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi). Diatas kertas sebenarnya Gerindra sudah punya kekuatan 13 kursi dan Gerindra juga sudah menjalin komunikasi erat dengan Demokrat yang memiliki 13 kursi. Berdua saja sudah cukup untuk sekedar maju Pilgub Jatim. Tetapi nama Tri Rismaharini memang sangat kuat magnitnya di Jawa Timur. Itulah sebabnya Gerindra lebih suka berkoalisi dengan PDIP untuk melawan dominasi PKB.