Semoga nggak ada yang marah-marah dengan judul yang dipakai di artikel ini. Hehehe.
Kalau ingat sekitar 3-4 tahun yang lalu, cukup banyak masyarakat yang bilang SBY itu lebay. Wajar tentunya bila masyarakat mengkritisi presidennya. Tetapi sekarang SBY sudah menjadi mantan presiden. Benarkah SBY masih lebay?(Ini pertanyaan serius loh).
Kalau Jokowi yang jadi presiden sekarang dibilang teledor, masuk akal nggakya? Kalau gw bilang sih masuk akal. Contohnya ya kemarin itu menandatangani Keppres tentang DP Mobil Pejabat Tinggi yang nilainya selangit, ternyata tidak dibaca seluruhnya oleh Jokowi. Itu adalah keteledoran.
Jadi soal judul di atas memang beralasan. Bahwa SBY dulu memang dikenal lebay sementara Jokowi memang pernah terbukti teledor.
Dan sekarang kita bicara tentang “Panasnya” Berbalas Pantun ala SBY-Jokowi.
1]. Dua minggu yang lalu secara tiba-tiba SBY berbicara di forum Partai Demokrat bahwa selama pemerintahannya dulu tidak pernah terjadi Pemerintah mencampuri urusan partai. Ini hal yang lucu. Dalam urgensi apa SBY bicara seperti itu?Mungkin gara-gara Ibas (anak SBY) dibisiki pembisik gelap yang memastikan bahwa Golkar dan PPP yang berkonflik itu sebenarnya sedang diobok-obok Jokowi. Ibas Mengadu pada SBY sehingga keluarlah statement begitu. Bahkan Ibas pernah mengeluarkan statement bahwa mudah-mudahan Partai Demokrat tidak digolkarkan pemerintah.
2.] Tak lama setelah SBY mengeluarkan statement itu akhirnya membuat Jokowi panas. Dan pada acara HUT PMII di Surabaya dalam sambutannya Jokowi mengatakan dirinya berani mengambil langkah mengurangi subsidi BBM demi pembangunan Indonesia. Jokowi menyayangkan pemerintah yang dulu-dulu (mungkin maksudnya SBY) tidak berani menaikkan BBM karena takut popularitasnya akan jatuh.
3]. Mendapat sindiran tersebut, kembali SBY di depan forum Partai Demokrat (acara penutupan Rapimnas II Ikatan Muda Demokrat Indonesia) di Jakarta, mengeluarkan statement bahwa Pemerintahan yang sekarang harus tetap fokus dan jangan terlalu sering menyalahkan pemerintah sebelumnya.
4]. Seperti masih belum puas menyindir, hari Jumat minggu lalu kembali SBY berbicara di Forum Universitas Nasional tentang Revolusi Mental di mana menurut SBY Revolusi Mental sebenarnya sudah ada pada zaman Karl Marx pada abad ke-18. Entah apa maksud SBY berbicara hal ini tetapi publik menilai SBY mencoba mengurangi sedikit popularitas Jokowi.
Sampai 4 poin ini kelihatannya skor 3-1 untuk SBY. Lebih sering SBY “menyerang” Jokowi dibanding sebaliknya.
Kronologis Polemik Utang Indonesia ke IMF
Kemarin seharian kembali media sosial ramai dengan pemberitaan bantahan SBY terhadap statement Jokowi soal hutang pada IMF. Menurut gw kali ini jelas SBY terlalu lebay sehingga masyarakat yang sedang bergosip tentang hukuman mati terpidana narkoba dan fokus pada Abraham Samad yang akan ditahan Polda Sulselbar menjadi berbelok perhatiannya pada SBY dan Jokowi.
Bermula dari wawancara media ke Jokowi di bandara sesaat sebelum Jokowi terbang ke Malaysia urusan Konferensi Tingkat Tinggi. Wartawan bertanya kepada Jokowi soal pidatonya di peringatan KAA. Apakah Pemerintah Jokowi Anti-IMF dan Bank Dunia?
Jokowi menjawabnya seperti ini, “Siapa yang bilang Indonesia anti-IMF. Siapa? Kita kan masih minjem uang ke sana (IMF). Itu sebuah pandangan, bahwa perlu suatu tatanan keuangan global yang lebih baik.”
Mari kita cermati kalimat-kalimat Jokowi tersebut. Apakah bisa disimpulkan Jokowi mengatakan Indonesia masih meminjam uang ke IMF pada saat ini? Belum bisa dipastikan seperti itu. Bisa jadi makna kalimatnya selain kita masih meminjam IMF atau kita mungkin masih akan meminjam dana dari IMF.
Yang jelas konteks pernyataan Jokowi tersebut adalah untuk menjelaskan/memastikan bahwa Indonesia tidak anti-IMF dan masih berhubungan dengan IMF. Itulah konteks berita atau konteks dari pernyataan Jokowi.
Pertanyaan berikutnya, apakah dengan mengucapkan kalimat-kalimat tersebut bisa dipastikan Jokowi sedang menyindir SBY? Tentu jawabannya tidak dan sekali lagi tidak.
Tapi yang terjadi kemudian, SBY merasa Jokowi sedang berbicara tentang pemerintahannya. Dan SBY berasumsi bahwa Jokowi menyatakan bahwa Indonesia masih mempunyai hutang pada IMF. Dan SBY menjelaskan panjang lebar bahwa hutang pada IMF telah dibayar lunas pada tahun 2006.
Di sinilah gw bilang SBY itu lebay. Jokowi tidak punya maksud untuk berbicara tentang hutang pada IMF melainkan hanya menjelaskan posisi Indonesia terhadap IMF, tetapi oleh SBY ditanggapi terlalu serius. Tidak ada urgensi sebenarnya untuk SBY mengomentari pernyataan Jokowi di bandara tersebut.
Selanjutnya yang membuat lebih berantakan jadinya alias malah menjadi polemik masyarakat karena statement SBY melalui Twitter tersebut langsung disanggah oleh Sekretaris Kabinet Andi Wijayanto. Mending benar sanggahannya malahan semakin mempertajam polemik yang ada.
Andi Widjajanto mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia memang sudah melunasi hutang pada IMF tahun 2006 tetapi pada tahun 2009 kembali berhutang pada IMF sebesar USD 3,093 miliar dan sudah dibayar sehingga pada Februari 2015 tinggal USD 2,79 miliar.
Tapi kemudian pernyataan Andi Widjajanto dibantah oleh Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Menurut Bambang yang mengatakan Indonesia punya hutang pada IMF itu pasti salah kutip. Nah loh.
Yang jadi pertanyaan selanjutnya apakah pernyataan Andi Widjajanto yang ngawur itu atas perintah Jokowi yang sedang di luar negeri atau inisiatif Andi sendiri? Tapi harus kita asumsikan bahwa sanggahan Andi Widjajanto kepada SBY itu adalah sepengetahuan Jokowi.
Dari situ bisa disimpulkan bahwa Jokowi memang teledor karena mempercayai begitu saja data Andi Widjajanto yang tidak valid. Ini adalah kedua kalinya setelah Keppres DP Mobil Pejabat.
Di sisi lain sebaiknya SBY tidak gampang terprovokasi lagi. Sudah saatnya SBY memperhatikan dari jauh saja pemerintahan Jokowi seperti mantan-mantan presiden kita lainnya.
Yang dikuatirkan bila SBY masih sering-sering berkomentar tentang pemerintahan yang ada sekarang maka publik akan tetap menyebutnya sebagai lebay atau sedang mencari panggung. Bahkan mungkin akan ada pendukung Jokowi yang fanatik menyebut SBY mengalami Post Power Syndrome. (bukan gw loh! :D).
Gitu aja artikelnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H