Mohon tunggu...
Fadli Firas
Fadli Firas Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Sang Penjelajah

email: rakhmad.fadli@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Perjalanan Darat Menempugh Asia Tenggara dengan Rp. 3,5 Juta (Bag. 2)

16 Januari 2012   16:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:48 3625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_156367" align="aligncenter" width="648" caption="Bus Kuala Lumpur, Malaysia - Hat Yai, Thailand."][/caption]

Tepat pukul 9 pagi bus Kuala Lumpur, Malaysia – Hat Yai, Thailand mulai berangkat. Di dalam bus sulit sekali untuk membedakan antara penumpang Malaysia, Thailand, dan Indonesia karena hampir semuanya memiliki garis wajah seperti orang melayu. Suasana di dalam bus cukup nyaman dan bersih. Pemandangan di kiri dan kanan sepanjang perjalanan dari Kuala Lumpur menuju Hat Yai, Thailand terlihat monoton karena didominasi oleh deretan pepohonan kelapa sawit.

[caption id="attachment_156404" align="aligncenter" width="720" caption="Penampakan Kota Kuala Lumpur dari Dalam Bus."]

13267036611106981777
13267036611106981777
[/caption]

Selama perjalanan menuju Hat Yai, Thailand ini bus berhenti di dua tempat. Pertama berhenti di tempat pengisian bensin. Disini bus berhenti cukup lama sehingga penumpang bisa memanfaatkan waktu untuk mampir ke toilet dan membeli makanan di mini market di lokasi tempat pengisian bensin ini. Kemudian tempat pemberhentian kedua jaraknya tidak jauh dari perbatasan Malaysia – Thailand karena disini petugas bus akan melakukan pendataan passport penumpang. Di tempat pemberhentian kedua ini juga terdapat tempat penukaran uang. Saya pun menukarkan rupiah yang Saya miliki menjadi Baht, mata uang Thailand.

[caption id="attachment_156378" align="aligncenter" width="648" caption="Bus Menurunkan Beberapa Penumpang di Terminal Bus Alor Setar, Kedah, Malaysia."]

13267015131126970321
13267015131126970321
[/caption] [caption id="attachment_156406" align="aligncenter" width="648" caption="Salah Satu Bisnis Warga Perbatasan di Malaysia yang Menyediakan Taxi dari Malaysia menuju Thailand."]
13267037891622276060
13267037891622276060
[/caption] [caption id="attachment_156373" align="aligncenter" width="648" caption="Bus Berhenti di Tempat Pemberhentian untuk Melakukan Pendataan Passport Para Penumpang, Kedah, Malaysia."]
1326701244335423840
1326701244335423840
[/caption] [caption id="attachment_156381" align="aligncenter" width="648" caption="Bus Menuju Bukit Kayu Hitam, Malaysia, yaitu Daerah yang Berbatasan Langsung dengan Thailand."]
13267016841933131406
13267016841933131406
[/caption] [caption id="attachment_156383" align="aligncenter" width="648" caption="Pengecekan Passport di Imigrasi Malaysia."]
13267018561295083224
13267018561295083224
[/caption] [caption id="attachment_156385" align="aligncenter" width="648" caption="Suasana di Imigrasi Malaysia. "]
1326701947344958361
1326701947344958361
[/caption]

Bus tiba di Imigrasi Malaysia. Semua penumpang turun dari bus untuk melakukan pengecekan Passport. Selesai pengecekan semua penumpang masuk kembali ke dalam bus untuk menuju Imigrasi Thailand yang berjarak sekitar 3 menit. Setelah melintasi perbatasan negara akhirnya bus tiba di Imigrasi Thailand. Semua penumpang turun kembali melakukan pengecekan Passport untuk memasuki Thailand.

[caption id="attachment_156386" align="aligncenter" width="648" caption="Pengecekan Passport di Imigrasi Thailand."]

1326702061742041166
1326702061742041166
[/caption]

Bus mulai berjalan menapaki bumi Thailand. Saya pun mulai mempersiapkan mental untuk menghadapi wilayah baru ini. Tidak akan Saya temui lagi bahasa yang bisa Saya mengerti dan huruf latin yang bisa Saya eja. Kalau pun ada dipastikan sangat kecil sekali kemungkinannya. Disini Saya pun akan mulai kesulitan untuk mencari Masjid atau Musholla terdekat. Tidak segampang di Malaysia atau Indoneisa. Bus terus melaju semakin jauh dari perbatasan Thailand – Malaysia. Hujan turun tidak begitu deras. Hari semakin gelap.

Tak lama kemudian bus berhenti di salah satu deretan ruko di Kota Hat Yai persis di depan sebuah agen bus tepat pukul 19.30 waktu setempat. Semua penumpang turun satu per satu. Saya memasuki tempat agen bus tersebut dan menanyakan keberangkatan bus tujuan Phuket, Thailand. Salah seorang petugas tiket yang ternyata bisa berbahasa melayu tersebut menyarankan saya untuk menuju terminal Bus Hat Yai dengan menggunakan Tuk-tuk.

Saya pun mengikuti sarannya dengan menaiki Tuk-tuk menuju Terminal Bus Hat Yai seharga 40 Baht. Saya yakin tarif Tuk-tuk ini lebih mahal dari biasanya. Karena Ia mengetahu bahwa Saya merupakan pendatang dan bukan orang asli Thailand. Tetapi karena waktu yang mendesak dan harga yang ditawarkan masih terjangkau terpaksa Saya merelakan membayar lebih mahal. Supir Tuk-tuk yang saya naiki ini ternyata seorang Muslim bernama Hasan. Wajahnya mirip seperti orang melayu tetapi sayangnya Ia hanya mengerti bahasa Thailand.

Tak lama kemudian Tuk-tuk yang saya naiki berhenti di depan salah satu agen tiket yang terdapat diantara deretan ruko. Saya langsung disambut oleh seorang petugas tiket dengan menggunakan bahasa Thailand. Supir Tuk-tuk yang mengetahui bahwa Saya bukan orang Thailand langsung memberitahukan kepada petugas tiket tersebut bahwa Saya tidak mengerti bahasanya. Bentuk wajah yang tidak jauh berbeda membuat Saya sering dikira orang Thailand.

Saya memasuki agen tempat penjualan tiket dan mulai menanyakan keberangkatan bus tujuan Phuket dengan menggunakan Bahasa Inggris. Si petugas tiket tidak mengerti apa yang Saya ucapkan. Terpaksa Saya menggunakan bahasa isyarat sambil mengucapkan kata “Phuket!” kepadanya. Akhirnya Si Petugas tiket itu mengerti sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia langsung mengambil kalkulator dan mengetikkan tiga digit angka dan menunjukkannya kepada Saya sambil mengucapkan kata Phuket. Harga tiket tujuan Phuket yang ditawarkannya sebesar 600 Baht. Saya tidak setuju dengan harga yang ditawarkannya. Karena menurut informasi yang Saya dapatkan melalui internet bahwa tiket dari Hat Yai ke Phuket sekitar 300 – 400 Baht

Kemudian Saya tawar menjadi 300 Baht. Dan Ia mulai menurunkan harga menjadi 400 Baht. Karena sudah terlalu lama tawar menawar dan Saya tidak ingin membuang waktu akhirnya Saya setujui harga tiket Hat Yai – Phuket sebesar 400 Baht. Setelah selesai membeli tiket kemudian Saya menanyakan dimana letak keberadaan terminal bus kepada Petugas Tiket tersebut.

Karena kesulitan dalam berkomunikasi dengan petugas tiket tersebut terpaksa Saya mengambil secarik kertas dan pena untuk menggambarkan sebuah terminal. Kemudian Saya tunjukkan gambar tersebut kepadanya sambil dibantu dengan menggunakan bahasa tubuh. Harapan Saya Ia bisa mengerti dengan apa yang Saya maksudkan. Setelah melihat gambar yang Saya buat kemudian Ia mengangguk-angguk. Saya merasa lega karena direspon baik olehnya. Pada saat mendengar jawabannya Saya kembali mengerutkan kening karena Ia kembali mempermasalahkan harga tiket. Saya pun hanya bisa bersabar.

Akhirnya datang seorang ibu-ibu berkewarganegaraan Filipina yang bisa berbahasa inggris. Dan Saya pun bertanya kepada Ibu tersebut. Begitu mendengar jawabannya Saya cukup kaget karena ternyata terminal bus yang Saya cari dari tadi terdapat persis di seberang jalan.

Suasana malam hari yang gelap dan terminal bus yang di pagari dengan tembok yang cukup tinggi membuat saya kesulitan untuk mengenali keberadaan terminal bus tersebut. Jika dilihat dari luar terminal bus tersebut lebih mirip dengan kantor kecamatan di Indonesia atau sebuah sekolah.

[caption id="attachment_156388" align="aligncenter" width="648" caption="Mencicipi Sup Thailand di Sebuah Tempat Makan Halal, Hat Yai, Thailand."]

13267021701011728284
13267021701011728284
[/caption] [caption id="attachment_156389" align="aligncenter" width="648" caption="Nikmatnya Sup Thailand"]
13267022771010025738
13267022771010025738
[/caption]

Karena keberangkatan bus Hat Yai – Phuket masih sekitar 1 jam lagi yaitu sekitar pukul 20.30 Saya pun memanfaatkan waktu yang ada untuk berjalan-jalan tak jauh dari terminal bus. Tiba-tiba Saya melihat ada sebuah gerobak yang menjual makanan dipinggir jalan bertuliskan Halal Food. Dibalik gerobak tersebut Saya melihat penjualnya seorang wanita mengenakan jilbab. Kemudian Saya menghampiri gerobak tersebut dan memesan semangkuk Sup Thailand beserta Nasi yang ditaburi dengan irisan ayam goreng. Harganya 80 Baht, sebanding dengan porsinya yang cukup banyak.

[caption id="attachment_156412" align="aligncenter" width="648" caption="Menjelang Kebrangkatan menuju Phuket di Terminal Bus Hat Yai, Thailand."]

1326704531501171466
1326704531501171466
[/caption]

Saat bus tujuan Phuket akan berangkat Saya kembali ke agen tempat penjualan tiket untuk mengambil tas yang Saya titipkan. Kemudian Saya dipandu oleh seorang petugas tiket menuju terminal bus hingga masuk ke dalam bus. Bus tujuan Hat Yai - Phuket yang Saya naiki ini tidak seperti bus sebelumnya. Terkesan sedikit lusuh. Kursinya pun terlihat pudar. Tak lama kemudian bus berjalan meninggalkan Hat Yai. Selama perjalanan yang memakan waktu 8 jam ini Saya tidak mengetahui apakah bus berhenti di tempat peristirahatan atau tidak. Karena Saya begitu pulas tertidur.

Sekitar pukul 4 pagi bus tiba di Terminal Bus Phuket. Suasana di terminal tampak sepi dan hanya ada beberapa penumpang yang sedang duduk menunggu di ruang tunggu. Terminal bus Phuket ini terbuka dan tidak dibatasi oleh tembok. Sehingga bisa dimasuki siapa saja termasuk tukang ojek yang akan mencari penumpang. Seorang tukang ojek mendekati dan menawarkan Saya untuk menaiki ojeknya. Saya hanya bisa menggelengkan kepala karena belum membutuhkannya. Begitu melihat gelengan kepala Saya kemudian Ia beralih mencari penumpang lain. Cukup pengertian juga Tukang Ojek disini.

[caption id="attachment_156391" align="aligncenter" width="648" caption="Tempat Penjualan Tiket di Terminal Bus Phuket, Thailand."]

13267024161927473991
13267024161927473991
[/caption]

Hari masih tampak gelap. Namun beberapa loket penjualan tiket sudah mulai buka di Terminal Bus Phuket ini. Saya langsung menuju ke salah satu loket dan menanyakan tiket tujuan Bangkok. Kemudian petugas tiket tersebut menyebutkan harga tiketnya kepada Saya. Setelah melakukan tawar-menawar akhirnya Saya mendapatkan tiket Phuket – Bangkok seharga 470 Baht. Seperti biasa Saya memilih bus terakhir pukul 7.30 malam nanti.

Matahari masih bersembunyi di ufuk timur. Waktu Sholat Subuh masih tersisa. Saya mulai bertanya kepada orang-orang di sekitar terminal mengenai keberadaan Masjid terdekat. Memang kalau dipikir di negera yang penduduknya mayoritas non muslim ini akan sangat sulit untuk mendapatkan Masjid. Tetapi tidak ada salahnya Saya mencoba bertanya. Saya mencoba bertanya kepada tukang ojek. Kemudian Ia memanggil temannya sesama tukang ojek yang ternyata seorang muslim juga. Saya pun diantar oleh tukang ojek muslim tersebut ke Masjid terdekat dengan membayar 40 Baht.

[caption id="attachment_156393" align="aligncenter" width="486" caption="Sholat Subuh di Masjid Yameay Phuket, Thailand."]

13267025031166463565
13267025031166463565
[/caption] [caption id="attachment_156394" align="aligncenter" width="648" caption="Pelataran Depan Masjid Yameay Phuket yang Bisa Digunakan untuk Bersantai."]
1326702560884976986
1326702560884976986
[/caption]

Lebih kurang 5 menit Saya pun tiba di salah satu Masjid di Kota Phuket, Thailand. Masjid yang diberi nama Yameay ini bentuknya cukup besar, bersih, dan nyaman. Di bagian depannya terdapat bangku yang bisa diduduki untuk bersantai. Saat memasuki Masjid Saya berpapasan dengan seorang pria paruh baya menggunakan sorban putih yang ternyata bisa berbahasa melayu. Saya saling menyapa dengan bapak tersebut yang baru saja selesai sholat subuh.

Di Masjid ini Saya bertemu dengan seorang Muslim Thailand yang bernama Khosim. Saya kemudian menghampirinya untuk mencari informasi seputar Phuket. Karena kendala bahasa terpaksa Saya berbicara menggunakan bahasa isyarat dengannya. Tiba-tiba Ia memberikan aba-aba kepada Saya untuk mengikutinya. Dengan menggunakan sepeda motornya Saya diajak olehnya ke rumah salah seorang yang dikenalnya bisa berbahasa melayu. Ternyata Ia membawa Saya ke rumah seorang wanita paruh baya yang Saya panggil dengan sebutan Mak Cik.

[caption id="attachment_156395" align="aligncenter" width="648" caption="Warung Makan Mak Cik di Phuket, Thailand."]

1326702703682305033
1326702703682305033
[/caption] [caption id="attachment_156396" align="aligncenter" width="720" caption="Bersama Pak Cik dan Mak Cik, Keluarga Baru di Phuket, Thailand."]
13267028111763010586
13267028111763010586
[/caption] [caption id="attachment_156397" align="aligncenter" width="720" caption="Menikmati Nasi Minyak Thailand di Warung Mak Cik."]
13267029071136312603
13267029071136312603
[/caption] [caption id="attachment_156398" align="aligncenter" width="720" caption="Sedapnya Nasi Thailand"]
1326702995854597424
1326702995854597424
[/caption]

Ternyata Mak Cik memiliki warung makan dan pada saat Saya dan Khosim datang Ia baru membuka warungnya. Sambil menunggu Mak Cik mempersiapkan warungnya Saya diajak Khosim ke salah satu pasar pagi di Phuket. Sepertinya Ia ingin membantu Mak Cik membeli kebutuhan warung. Pasar pagi di Phuket ini cukup bersih jika dibandingkan dengan pasar yang terdapat di Kota Batam.

[caption id="attachment_156399" align="aligncenter" width="648" caption="Pasar Pagi di Phuket, Thailand."]

1326703129359378866
1326703129359378866
[/caption] [caption id="attachment_156400" align="aligncenter" width="720" caption="Penampakan Kota Phuket, Thailand, dari Depan Pasar Pagi."]
13267032252008244677
13267032252008244677
[/caption]

Selesai berbelanja kemudian Saya dan Khosim kembali ke rumah Mak Cik. Warung makan Mak Cik sudah buka dan hidangan pun telah tersedia di meja makan. Menu sarapan pagi Saya kali ini adalah Nasi Minyak. Nasi ini sejenis Nasi Lemak atau Nasi Uduk hanya saja bedanya Nasi Minyak ditaburi dengan irisan daging ayam diatasnya . Dan rasa nasinya sedikit mirip nasi pulut.

Selesai makan kemudian Saya bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Agenda Saya hari ini adalah ingin mengunjungi Pulau Phi-phi. Khosim menawarkan untuk mengantarkan Saya ke Pelabuhan tempat berlabuhnya kapal-kapal wisata yang akan menuju Pulau Phi-phi. Saya pamit kepada Mak Cik dan Pak Cik. Semoga suatu saat nanti Saya bisa menikmati lagi Nasi Minyak buatan Mak Cik yang enak.

Pada saat di perjalanan menuju pelabuhan tiba-tiba Saya merasa ada yang kurang. Jaket Saya ketinggalan di rumah Mak Cik. Saya meminta kepada Khosim untuk kembali ke rumah Mak Cik. Tetapi Khosim tidak mengerti isyarat yang Saya sampaikan sehingga Ia tetap menggas motornya. Akhirnya Saya ucapkan kata “Mak Cik!” sambil tangan Saya mengisyaratkan ke arah yang berlawanan. Dan akhirnya Khosim pun mengerti dan membalikkan arah motornya ke rumah Mak Cik. Lega.

Setelah mengambil jaket kemudian perjalanan dilanjutkan kembali. Sekitar 10 menit kemudian Saya dan Khosim tiba di pelabuhan Phuket. Suasana di Pelabuhan Phuket tampak dipenuhi oleh deretan kapal wisata dan para penumpang yang hendak melakukan kunjungan wisata ke Pulau Phi-phi. Saya dan Khosim memasuki Pelabuhan dan duduk di salah satu bangku.

[caption id="attachment_156411" align="aligncenter" width="720" caption="Deretan Kapal Wisata di Pelabuhan Phuket yang Akan Mengantarkan Penumpang Berwisata ke Pulau Phi-phi, Thailand."]

1326704318760947353
1326704318760947353
[/caption]

Khosim tampak sedang menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri. Sepertinya Ia sedang mencari temannya. Dari bahasa yang Saya tangkap dari perbincangan sebelumnya seperti Ia ingin mencari salah seorang temannya yang bekerja di salah satu kapal yang dapat Saya tumpangi secara gratis untuk menuju Pulau Phi-phi. Sekian lama Khosim mencari tetapi temannya tersebut belum juga kelihatan. (Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun