Mohon tunggu...
Rafi AF
Rafi AF Mohon Tunggu... Mahasiswa - Halo

Masih Belajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Benarkah Kecoa Dapat Menyebabkan Berbagai Penyakit? Cek Penjelasannya di Sini!

28 November 2021   10:34 Diperbarui: 28 November 2021   11:16 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kecoa adalah salah satu jenis serangga, dan kehadirannya acapkali tidak menyenangkan bagi manusia. Kecoa dapat mengeluarkan cairan berbau busuk dan patogen yang terdapat di bagian tubuh kecoa yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia . Kecoa hidup di dekat sumber makanan seperti sampah organik, kertas, serat, wol, dan zat berlemak. (1) Jenis kecoa yang paling banyak ditemukan di pemukiman Indonesia adalah kecoa Amerika atau P. Americana. (2)

Kecoa adalah "media" dari banyak mikroorganisme patogen. Kecoa dapat membawa bakteri seperti Salmonella sp. penyebab salmonellosis, Shigella sp, yang menyebabkan disentri, dan Mycobacterium leprae yang menyebabkan kusta, serta mikroorganisme berbahaya lainnya. Kecoa juga dapat dijadikan sebagai inang perantara bagi cacing tertentu. Hal ini menjadikan kecoa sebagai vektor mekanis. vektor mekanis ini adalah hewan yang biasanya avertebrata yang membawa penyakit tetapi tanpa mengubah patogen (hanya membawa patogen). (3)

Penelitian pernah dilakukan oleh Dwi, F.; at al. pada tahun 2017 tentang bakteri yang terdapat pada kecoa. Peneliti dari Universitas Diponegoro tersebut menemukan bahwa 3,3% dari sampel kecoa yang berada di kapal yang sedang berlabuh di Pelabuhan Pangkal Balam, Kepulauan Bangka Belitung telah terkontaminasi Salmonella enteritidis. (3) Hal ini menjadi bukti bahwa kecoa bisa menjadi media bagi bakteri terutama Salmonella sp. Salmonella merupakan bakteri patogen yang dapat mengakibatkan penyakit salmonellosis. Penyakit ini dapat memiliki gejala seperti diare, sakit perut, sakit kepala, mual, muntah, demam, dan biasanya pada tinja penderita terdapat darah. (4)

Kajian lain juga telah dilakukan pada tahun 2021 oleh Dwi Davidson dan Lilis Puspa dari STIKes Jenderal Achmad Yani Cimahi. Penelitian ini dilakukan di kawasan pemukiman Kota Cimahi dalam rangka untuk mengkonfirmasi keberadaan bakteri pada kecoa di kawasan tersebut. 

Hasil yang didapatkan adalah dari sampel kecoa yang diambil di kawasan pemukiman tersebut, kecoa telah terkontaminasi atau membawa bakteri patogen yang akan membahayakan kesehatan manusia bila mengkontaminasi makanan dan masuk ke tubuh manusia. 

Bakteri-bakteri golongan enterobacteriaceae sp. ditemukan di permukaan tubuh kecoa. Bakteri Klebsiella sp. dan Enterobacter sp. merupakan jenis bakteri patogen yang ditemukan pada kecoa. (5) Kedua bakteri tersebut adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi nosokomial (merupakan infeksi di fasyankes) seperti infeksi saluran kemih, peritonitis pasca operasi, septikemia, dan pneumonia. (6) 

Selain menyimpan mikroba berbahaya, kecoa dalam beberapa kasus juga dapat menyebabkan alergi pada beberapa orang karena keterpaparan yang menerus. Kotoran kecoa juga dikatakan mengandung zat karsinogen yang dapat berbahaya bagi tubuh manusia jika tidak sengaja tertelan melalui makanan yang  terkontaminasi kotoran kecoa tersebut. Kecoa juga dapat menyebabkan bau yang tidak sedap dan aneh, yang acapkali merugikan kesehatan manusia. Kecoa juga membuat bercak noda yang sangat tidak menyenangkan di dinding, buku, dan barang-barang rumah tangga lainnya. (7)

Kecoa telah dianggap sebagai pembawa patogen sehingga perlu dikendalikan populasinya. Salah satu pengendaliannya adalah dengan menetapkan standar kualitas atau baku mutu. 

Di Indonesia, keberadaan Kecoa telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 50 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Untuk Vektor Dan Binatang Pembawa Penyakit Serta Pengendaliannya. Peraturan tersebut menetapkan untuk angka rata-rata  populasi kecoa yaitu sebesar kurang dari  2. Jjika di suatu lokasi angka rata-rata populasi kecoa lebih tinggi, maka diperlukan pengendalian populasi kecoa  pada lokasi tersebut. (8)

Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit yang disebabkan oleh kecoa, dapat dilakukan dengan pengendalian populasi kecoa. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara sanitasi, biologis, mekanis, atau kimiawi. Seringnya, pengendalian kecoa yang dilakukan adalah dengan pengendalian kimia yang menggunakan insektisida. Namun, dalam penggunaan insektisida harus disesuaikan dengan dosis yang ada, karena jika menggunakan insektisida secara berlebihan akan membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia. (9) Pengendalian kecoa dengan metode mekanis juga dapat dilakukan dengan menggunakan Baiting Gel, pengendalian ini dianggap sebagai metode yang lebih aman bagi manusia dan lingkungan karena menggunakan umpan yang akan mengenai hewan sasaran. (10)

Dengan mengetahui bahaya yang ditimbulkan dari kecoa, semoga teman-teman menjadi lebih memperhatikan sanitasi lingkungan di rumah agar populasi kecoa dapat terkendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun