Hidup dibawah bayang-bayang pikiran orang lain memang tak menyenangkan, terkecuali jika kamu memikirkanku diatas kursi berteman segelas kopi; itu tak mengapa bagiku.
Tapi jikalau kau memikirkanku disaat kau tak perlu memikirkanku itu yang jadi masalah bagiku. Aktivitasmu terganggu karenaku. Maaf.
Kau tahu, jika masalah akan makin bertambah berat jika kau melibatkan orang lain dalam pikiranmu. Tetapi takdir hidup memberikan kita lembar untuk kita isi dengan beragam kisah, entah kisahmu sendiri atau kisah orang lain yang bisa kau tulis.
Setiap dari kita punya pena kehidupannya masing-masing, aku dengan penaku dan kamu dengan penamu. Pena itulah yang kamu gunakan untuk menulis kisah hidupmu.
Tapi bagaimana kalau diantara kita saling tulis-menulis, kau menulis tentangku, aku menulis tentangmu. Menyenangkan kah? Tidak juga, terkadang ada hal-hal berat yang tak bisa dibubuhkan kecuali dengan tinta air mata.
Jika kau bertanya, Bagaimana menulis kisah hidup dengan tinta air mata yang tak bisa dilihat oleh mata? Jawabku sederhana, Tulis saja! Lalu coba kasih giliran mata hatimu untuk melihat tulisanmu itu!
Bagiku aku dan kamu hanyalah sesosok tokoh yang seringkali sengaja diskenariokan untuk bermain dimasing-masing lembar kisah orang lain. Kau yang pada kenyataannya protagonis tetapi di lembar kisah orang lain kau dibuat seantagonis mungkin.
Tetapi aku tidak tahu bagaimana sifat aku di lembar kisahmu, bagaimana aku disifati olehmu?, bagaimana babak akhir dari sosok aku ini ? entahlah, yang tahu hanya kau dan Tuhan.
Beritahu aku kalau aku bukanlah orang yang tak disengaja kau tulis di lembar kisahmu...
Oh iya aku mau kasih tau, kalau lembar kisah hidupmu bukanlah seperti tugas Bahasa Indonesia yang ditulis dengan cara mengarang; itu fiksi. Lembar kisah hidupmu ialah yang kau tulis berdasarkan realita hidupmu yang asam, manis, pahit, hambar barangkali.
Tapi jika kau ingin tau kisahmu yang kutulis di lembar kisah hidupku maka persilahkan aku memberitahunya...