Mohon tunggu...
Dell
Dell Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi

new

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pekan ASI SeduniaTahun 2024 dan Diskusi Capaian Indikator Spesifik

8 Desember 2024   00:42 Diperbarui: 8 Desember 2024   01:16 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surabaya, 26 Agustus 2024 - Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan kegiatan Peringatan Pekan ASI Sedunia Tahun 2024 dengan tema "Menutup Jarak, Ruang dan Waktu melalui Telekonseling Menyusui", bertempat di Dinkes Jatim. Pada kegiatan ini menyampaikan bahwasannya berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi stunting di Jawa Timur tahun 2022 sebesar 19,2% dan turun menjadi 17,7% di tahun 2023. Meskipun angka tersebut mengalami penurunan, namun masih perlu upaya lebih lanjut untuk menurunkan stunting menjadi 14% di tahun 2024. 

Cara menurunkan stunting yaitu ada 2 : intervensi spesifik dan intervensi sensitif, dimana salah satunya melalui pemberian ASI. Pada masa menyusui, seorang ibu perlu memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia enam bulan dan memperkenalkan MP -- ASI mulai dari usia 6 bulan dengan makanan yang kaya dengan protein hewani dan akses sanitasi dan air minum yang aman, perilaku hidup bersih dan sehat serta pengasuhan dan pola asuh yang tepat bagi bayi. Kemudian, meneruskan pemberian ASI hingga usia 2 tahun atau lebih didampingi makanan pendamping yang tepat. 

Ada 5 Pintu Menuju Stunting yaitu pada saat ibu hamil: seperti anemia, kurang energi kronik, lingkar lengan atas kecil, Pada saat kelahiran: seperti Inisiasi Menyusu Dini tidak dijalankan: ibu tidak paham perlekatan, kegagalan ASI eksklusif selanjutnya tinggi , ASI eksklusif gagal: seperti anak jadi sering sakit, gonta ganti sufor, alergi sufor, intoleransi laktosa, selanjtunya MPASI tidak benar secara kuantitas dan kualitas serta Anak sering sakit: seperti sering tertular batuk pilek, diare, TBC. Dalam hal ini stunting tentu dapat di cegah,semuanya tergantung pada keluarga yang mau didukung dengan 5 pintu keluar dari stunting yaitu berupa: literasi, edukasi, sanitasi, imunisasi serta perencanaan ekonomi

20240902-193239-67548839ed64155fd04d94d2.jpg
20240902-193239-67548839ed64155fd04d94d2.jpg
Surabaya, 03 September 2024  - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) baru-baru ini mengadakan diskusi penting untuk mengevaluasi capaian indikator spesifik dalam program penanganan stunting, mempersiapkan SSGI (Sistem Survei Gizi Indonesia), serta membahas praktik pelaksanaan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). 

Pada tahun 2021, prevalensi stunting tercatat sebesar 24,4%. Kemudian, pada tahun 2022, angka tersebut menurun menjadi 21,6%, mencerminkan penurunan sebesar 2,8%, namun, pada tahun 2023, angka stunting hanya mengalami penurunan tipis menjadi 21,5%, yang menunjukkan tantangan dalam pelaksanaan program di lapangan. Meskipun ada penurunan, hasil ini masih jauh dari target yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mencapai prevalensi stunting di bawah 14% pada akhir tahun 2024. 

Dalam hal ini masih terdapat tantangan signifikan yang harus dihadapi, terutama di lima provinsi dengan kasus stunting tertinggi. Diskusi ini menekankan pentingnya koordinasi yang lebih baik antar kementerian untuk mengatasi berbagai kendala yang ada dan memastikan pencapaian target penurunan stunting yang telah ditetapkan. Selain itu, perlunya peningkatan kesadaran dan pelatihan bagi petugas kesehatan di lapangan juga menjadi sorotan utama agar pelaksanaan PMT bagi ibu hamil dan balita dapat berjalan lebih efektif dan tepat sasaran. 

Dengan rekomendasi konkret yang dihasilkan dari diskusi ini, Kemenkes berharap dapat memperkuat upaya penurunan stunting secara nasional demi kesehatan dan kesejahteraan generasi mendatang, serta memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan untuk tumbuh sehat dan optimal

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun