Mohon tunggu...
Fadlilah Yuliani
Fadlilah Yuliani Mohon Tunggu... Mahasiswa - IAIN PEKALONGAN

Man Jadda Wa Jadda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aliran Filsafat Pragmatisme dalam Pendidikan

25 April 2021   11:45 Diperbarui: 25 April 2021   16:05 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengertian Pragmatisme

Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani yaitu “pragma” yang berarti tindakan, atau perbuatan. Pragmatisme merupakan suatu aliran yang mengajarkan bahwa sesuatu yang benar yang berakibat pada diri sendiri secara praktis. Pragmatisme menerima segala sesuatu yang berakibat praktis seperti pengalaman pribadi, dan kebenaran mistis yang dapat diterima sebagai kebenaran.
Pemikiran ini menunjukan bahwa epistemology pragmatisme sepenuhnya berbasis pendekatan empiris yaitu apa yang bisa dirasakan itulah yang benar. Artinya, akal, jiwa, dan materi adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebab hanya dengan mengalamilah pengetahuan itu dapat diserap.
Tokoh-tokoh Filsafat Pragmatisme
Filosuf yang terkenal sebagai tokoh filsafat pragmatisme adalah:

1. Williams James (1842-1910 M)
William James lahir di New York pada tahun 1842 M, ayahnya bernama Henry James, Sr. Beliau mempelajari ilmu manusia dan agama. James mengemukakan bahwasannya kebenaran tiada yang mutlak, sebab kebenaran berlaku umum. Nilai pengalaman pragmatisme tergantung dari akibatnya, yaitu tergantung dari apa yang dikerjakan dan diperbuat dan disiapkan oleh pertimbangan itu, dan pertimbangan akan dikatakan benar jika itu bermanfaat bagi pelakunya, jika memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.

2. John Dewey (1859-1952 M)
Dewey adalah seorang yang pragmatis. Filsafat bertujuan untuk memperbaiki kehidupan manusia serta lingkungannya atau mengatur kehidupan manusia serta aktifitasnnya untuk memenuhi kebutuhan manusiawi. Menurut Dewey pengalaman adalah basis pendidikan, dan sarana tujuan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu proses penggalian dan pengolahan pengalaman secara terus menerus. Pada intinya pendidikan tidak terletak dalam usaha tetapi menyesuaikan dengan standar kebaikan, kebenaran dan keindahan yang abadi, melainkan dalam usahanya untuk terus menerus menyusun kembali pengalaman hidup.

Implementasi Pragmatisme dalam Pendidikan 

Dalam pelaksanaannya aliran pragmatisme mengarahkan agar subjek didik saat belajar di sekolah tak berbeda ketika belajar di luar sekolah. Oleh sebab itu kehidupan di sekolah selalu disadari sebagai bagian dari pengalaman hidup, bukan bagian dari persiapan untuk menjalani hidup. Pengalaman belajar di sekolah tidak berbeda dengan pengalaman saat belajar di luar sekolah. Pelajar Menghadapi problem yang menyebabkan lahirnya tindakan penuh dari pemikiran yang relative. Disini kecerdasan disadari akan melahirkan pertumbuhan dan pertumbuhan akan membawa mereka di dalam beradaptasi dengan dunia yang berubah, dengan ide gagasan yang berkembang menjadi sarana keberhasilan.

Model pembelajaran pragmatisme adalah anak belajar di dalam kelas dengan cara berkelompok. Dengan berkelompok mereka merasa bersama-sama terlibat dalam masalah dan pemecahannya. Anak akan terlatih bertanggung jawab terhadap beban masing-masing.
Sementara guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Model pembelajaran ini berupaya untuk membangkitkan model hasrat anak untuk terus belajar, serta anak dituntut untuk belajar secara logis. Implikasi dari filsafat pendidikan mencakup hal pokok yaitu:
1) Tujuan pendidikan merupakan memberikan pengalaman untuk penemuan hal-hal baru dalam hidup pribadi dan sosial.
2) Kedudukan siswa merupakan suatu organisasi yang memiliki kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh.
3) Kurikulum ini berisi pengalaman yang teruji yang dapat diubah.
4) Metode yang digunakan dalam pendidikan adalah metode aktif, yaitu belajar sambil bekerja, metode pemecahan masalah, serta metode penyelidikan dan penemuan. Dalam praktik mengajarnya guru yang memiliki sifat kreatif, sabar, bermasyarakat, dan bersungguh-sungguh dalam menyampaikan ilmunya.

Pendidikan pragmatisme kerap dianggap sebagai pendidikan yang mencangkup nilai-nilai demokrasi dalam ruang pembelajaran sekolah. Karena pendidikan bukan ruang yang terpisah dari sosial, setiap orang dalam suatu masyarakat juga diberi  kesempatan untuk terlibat dalam setiap pengambilan keputusan pendidikan yang ada. Keputusan-keputusan tersebut kemudian mengalami evaluasi berdasarkan situasi-situasi sosial yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun