Mohon tunggu...
Fadli Arif
Fadli Arif Mohon Tunggu... Seniman - Presiden

Manusia bukan saling membutuhkan,tapi saling memanfaatkan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan Membawaku Jatuh

22 November 2023   17:57 Diperbarui: 22 November 2023   17:59 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah kota kecil yang terlelap di tengah lembah, hujan mulai menari dengan riang. Tetesan air bermain-main di atas daun-daun pepohonan, dan aspal jalan berkilap memantulkan cahaya lampu jalan. Kota kecil itu menjadi panggung untuk melodi hujan yang memukau.

Seorang gadis muda bernama Maya duduk di tepi jendela kamarnya, memandangi setiap tetesan hujan yang menari di kaca. Di tangannya, buku catatan terbuka, menunggu untuk diisi oleh kata-kata yang dipicunya oleh alunan hujan di luar.

Sementara itu, di sudut kota, seorang pemuda bernama Rian berlari-lari kecil di bawah hujan. Tangannya terbuka lebar, merasakan setiap tetesan air yang jatuh. Senyumannya menceritakan kisah kebahagiaan yang sederhana di tengah rintik hujan.

Kafe kecil di pinggir kota dipenuhi dengan aroma kopi hangat dan suara pelan musik jazz. Pasangan muda, Aria dan Dito, duduk di sudut yang nyaman. Mereka memandang satu sama lain dengan penuh makna, sambil menyaksikan hujan yang mengalun di luar jendela.

Tak jauh dari situ, seorang tua pengamen menjajakan melodi klasiknya di bawah payung. Meski hujan turun, ia tetap setia menghibur warga kota dengan melodi yang mengalun lembut dari gitarnya. Hujan menjadi teman setianya di setiap perjalanan musiknya.

Di sebuah taman kota, sekelompok anak-anak berkumpul dengan riang gembira. Mereka bermain air dan tertawa-tawa, seolah-olah hujan adalah teman bermain terbaik yang selalu setia menemani petualangan mereka.

Malam pun tiba, dan hujan reda dengan perlahan. Kota kecil itu tertidur dengan damai, meninggalkan jejak kebahagiaan di setiap sudutnya. Hujan telah menyimpan cerita-cerita kecil, dan kota kecil itu, seperti lembaran buku cerita yang dihiasi oleh tetesan hujan, melanjutkan tidurnya dengan senyuman di wajahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun