Mohon tunggu...
Fadli Arif
Fadli Arif Mohon Tunggu... Seniman - Presiden

Manusia bukan saling membutuhkan,tapi saling memanfaatkan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan di Kala Senja

22 November 2023   16:24 Diperbarui: 22 November 2023   16:27 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di suatu senja yang mendung, langit menggelayuti awan hitam yang siap melepaskan diri. Angin berbisik lembut, memberi petanda bahwa hujan akan segera menyapa. Kota kecil itu tenang, hanya terdengar langkah kaki orang-orang yang bergegas pulang.

Hujan pertama jatuh dengan pelan, membasahi tanah yang telah lama merindukan sentuhan lembut itu. Rumah-rumah di pinggir jalan mulai disiram tetesan-tetesan kristal yang berkilauan. Anak-anak yang bermain di halaman segera berkumpul di bawah atap untuk melihat keajaiban hujan.

Seorang wanita tua duduk di beranda rumahnya, mengenang masa lalu. Dia tertawa kecil, merasakan getaran kenangan di setiap tetesan hujan. Hujan menjadi jendela waktu yang membawanya kembali ke saat-saat bahagia bersama suaminya yang kini telah pergi.

Di sebuah kafe kecil, sepasang kekasih duduk di sudut yang teduh. Suara hujan yang merdu menjadi latar belakang percakapan mereka yang intim. Mereka saling berbagi impian dan harapan di tengah alunan hujan yang memikat hati.

Tidak jauh dari sana, seorang penulis duduk di depan laptopnya. Inspirasi datang mengalir seperti air hujan yang memenuhi jendela kamarnya. Setiap tetesan hujan membawanya ke dunia imajinasinya yang penuh warna.

Seorang anak kecil bersama ibunya bermain di kolam kecil yang terbentuk di halaman belakang rumah mereka. Tertawa riang, mereka menikmati kebahagiaan sederhana yang hanya hujan bisa berikan.

Namun, di sudut kota yang gelap, seorang pemuda berjalan sendirian dengan langkah yang lesu. Hujan tidak mampu menghapus kesedihannya. Tetesan hujan menyatu dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Saat malam tiba, hujan tak lagi begitu deras. Langit mulai bersih dari awan hitam. Bintang-bintang bersinar di antara sela-sela awan yang berlalu. Kota kecil itu, yang tadi sore tergelayuti hujan, kini bersiap menyambut malam dengan keindahan yang damai.

Hujan telah memberi warna pada setiap sudut kota. Sebuah kisah sederhana, namun penuh makna, terukir di balik setiap tetesan hujan yang turun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun