Mohon tunggu...
Fadli Arif
Fadli Arif Mohon Tunggu... Seniman - Presiden

Manusia bukan saling membutuhkan,tapi saling memanfaatkan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hari Biru di Atas Genteng

21 November 2023   18:55 Diperbarui: 7 Februari 2024   18:08 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di jendela kecil, di tengah malam sunyi,
Melodi hujan memetik senandung yang sepi.
Tetes-tetes jatuh, seperti nada yang gemulai,
Menyusup lembut, merayu jiwa yang pilu.

Dengarlah, di sana, jendela kecil membuka diri,
Menyambut pelukan melodi yang datang tak terduga.
Setiap tetesan, sebuah partitur kesunyian,
Mengisi ruang dengan keajaiban yang berdusta.

Jejak cahaya remang-remang menciptakan bayangan,
Di balik tirai jendela, rahasia hujan terbuka.
Jendela kecil, saksi bisu setiap percikan,
Dalam ruang diam, hujan menari tanpa henti.

Melodi hujan, lembut seperti sentuhan sayap,
Mengusap hati yang letih, menyirami rindu yang tumbuh.
Di jendela kecil, dunia luar menyatu dengan dalam,
Sebuah cerita tanpa kata, diceritakan oleh melodi hujan.

Tak perlu kata-kata, karena melodi ini bicara,
Menghadirkan kenangan dan mimpi-mimpi yang terlupa.
Di jendela kecil, hujan menjadi penyair,
Menciptakan puisi di setiap sudut hati yang terbuka.

Jadi, biarkan melodi hujan memainkan lagunya,
Di jendela kecil, di ruang yang penuh dengan sepi.
Sebuah tarian diam, di antara tetesan yang bernyanyi,
Melodi hujan, keindahan yang tak terlupakan di malam ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun