Mohon tunggu...
Fadlan Humaidi
Fadlan Humaidi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Mencatat peristiwa setiap saat. Setiap saat jadikan inspirasi dan motivasi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Anakku Abdullah Yusuf ‘Azzam

26 April 2012   09:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:05 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu, sekitar jam setengah empat saya dibangunkan istri. Biasanya jam segitu istri membangunkan mengingatkan untuk sholat malam, tapi pagi itu saya masih ngantuk berat sehingga entah berapa kali saya dibangunkan dan tidur lagi, tapi tampaknya saya samar-samar lihat istri membangunkan dengan menarik kaki saya sambil memegang perutnya dan merintih kesakitan.

“Kenapa mi?” saya mencoba bertanya

“Perut umi sakit..” dengan suara tidak begitu jelas sambil meringis menahan sakit.

Saya kira hanya sakit karena lapar, karena biasanya istri tengah malam bangun dan ambil makanan. Maklum usia kandungan istri sudah masuk sekitar bulan ke- 9 , iya sekitar, karena istri saya lupa kapan tepatnya terakhir haid, usia kandungan tua seperti itu biasanya nafsu makannya meningkat, begitu katanya, jadi sering lapar tengah malam.

Saya lihat di sampingnya ada kue yang saya beli tadi sore sepulang dari tempat kerja, dan saya lihat diapun sedang mengunyah kue. “sakit karena lapar..?”

“gak tau bi sakit banget..”

Dengan sedikit terpaksa karena kantuk yang masih menggantung, saya bangkit dan mencoba mengelusnya.

“jangan-jangan udah mau lahiran..” istri hanya diam sambil menahan sakit.

Sesekali sakitnya hilang, dan ketika sakitnya terasa lagi rasa sakitnya makin hebat, saya tau dari pertanyaan yang saya lontarkan ke istri. Saya makin yakin bahwa memang sudah saatnya mau melahirkan.

“mi apa gak ke Rumah Sakit aja?” saya menawarkan diri.

“nanti aja kalau udah mules banget, lagian sekalian sholat subuh dulu” padahal saya lihat kayaknya sudah sakit banget. Oke deh sholat subuh dulu.

-#-#-#-

“kata dokter Tetty kok baru nelepon, iyalah orang pasienya baru datang” saya dengar percakapan para bidan yang bertugas katanya sudah pembukaan delapan, saya juga kaget kok cepat sekali. Saya ingat dulu ketika kelahiran anak pertama, luar biasa tertekan karena sangat lama, saya ingat ketika itu pembukaan satu hari Rabu kemudian disuruh pulang lagi karena masih lama, dan baru kembali lagi ke bidan besok lusa Jum’at jam enam pagi dan melahirkan jam 9 malam dengan kerepotan yang luar biasa, karena bidan tidak bisa menangani akhirnya dirujuk ke RSIA Buah Hati Ciputat. Maka saya bersyukur kalau mules jam 4an dan sekarang jam 6 sudah pembukaan delapan, “alhamdulillah semoga Allah memudahkan” saya berucap dalam hati.

Namun sampai jam delapan di ruang persalinan kami menunggu, sambil dokter dan para bidan memotivasi istri untuk ngeden yang benar, termasuk saya juga memotivasi, sang bayi tidak juga keluar. Sampai tiba saatnya dokter Tetty memecah air ketuban, sang bayi tidak juga nongol. Akhirnya dokter melakukan USG, ternyata posisi bayi agak sulit keluar, posisi kepala bayi menengadah, kata dokter bahaya jika dipaksa, di-vacum juga sulit karena jika divacum yang kena mukanya. Saya jadi khawatir, saya lihat istri juga mengkhawatirkan sangat pucat HB-nya hanya 80 “ya Allah.. mudahkanlah” saya berdoa dalam hati. Akhirnya diputuskan istri harus melahirkan dengan operasi.

Kegembiraan saya tadi pagi berubah jadi kekhawatiran, sambil terus berdoa berharap Allah memudahkan proses operasi, saya terus SMS ke banyak orang, memilih nomer orang-orang yang saya anggap doanya dikabulkan Allah, ya saya merasa kurang pantas jika hanya doa saya saja untuk proses yang sulit ini, proses hidup mati, maka dengan harapan orang-orang sholih yang berdoa Allah memudahkan semua urusan.

Waktu yang ditunggu-tunggu terasa sangat lama dan menegangkan, berkali-kali saya lihat petugas operasi, entah siapa, melongok dari dalam ruang operasi melalui kaca ruang operasi, yang terlihat hanya matanya saja, sebagian wajahnya tertutup masker, kepalanya ditutup dengan penutup kepala. Kenapa dia berkali-kali melongok, seperti melihat ke arah saya, apakah ada sesuatu terjadi.

SMS yang tadi saya kirimkan, kini bergantian dengan SMS-SMS masuk, menyampaikan doa, isinya sama semoga Allah memudahkan, ada beberapa SMS lain yang menyakan kondisi sekenanya saya jawab kondisi terkahir.

Tiba-tiba seorang dengan pakaian operasi tanpa masker membuka pintu “Keluarga Ibu Nazihah..”

“Oiya”

“Anaknya sudah lahir.”

“Alhamdulillah…”

Saya langsung menuju ke dalam ruang operasi, langsung mengadzani di telinga dede yang putih dan gemuk.

Allahu Akbar, Allahu Akbar..

Dengan diawali takbir, kalimat Allah yang Maha tinggi. Semoga anakku yang ku beri nama Abdullah Yusuf Azzam kau jadi pejuang Islam. amiin ya robb..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun