Mohon tunggu...
Fadlan Alfiansyahr
Fadlan Alfiansyahr Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Diskusi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Moral: Pengaruh Teknologi Terhadap Nilai-Nilai Kemanusiaan

27 Desember 2024   21:33 Diperbarui: 27 Desember 2024   21:33 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di tulis oleh: Fadhlan Alfiansyahr, Dosen Pengampu: 1.) Dr. Dinie anggraeni Dewi M.Pd., 2.) MH, Muhammad Irfan Adriansyah S.Pd


Teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia modern, membawa berbagai perubahan yang memengaruhi cara kita hidup, berinteraksi, dan berpikir. Pada satu sisi, teknologi menawarkan solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi manusia, seperti akses terhadap informasi yang lebih cepat, layanan kesehatan yang lebih baik, dan peluang pendidikan yang lebih inklusif. Namun, di sisi lain, teknologi juga menghadirkan ancaman terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang telah lama menjadi dasar kehidupan bermasyarakat. Dalam konteks ini, teknologi sering kali bertindak sebagai pisau bermata dua: ia bisa menjadi alat yang memperkaya kehidupan manusia atau sebaliknya, menjadi penyebab erosi moralitas dan harmoni sosial. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis bagaimana kemajuan teknologi memengaruhi nilai-nilai kemanusiaan, baik dari sisi positif maupun negatif, melalui perspektif moral yang mendalam. Salah satu dampak signifikan dari teknologi adalah perubahan cara manusia berinteraksi satu sama lain. Media sosial, sebagai salah satu bentuk teknologi digital, awalnya dirancang untuk mempererat hubungan antar manusia. Namun, seiring berjalannya waktu, sering kali menciptakan jarak emosional yang justru memperlemah empati dan solidaritas. Menurut Sherry Turkle dalam bukunya Reclaiming Conversation (2015), interaksi digital yang dominan telah mengurangi kemampuan manusia untuk membaca dan memahami emosi orang lain. Kita cenderung lebih terhubung dengan perangkat daripada dengan sesama manusia, sehingga hubungan sosial menjadi dangkal dan tidak bermakna. Fenomena ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi, meskipun menawarkan koneksi yang lebih luas, justru dapat mengisolasi manusia secara emosional dan mengurangi kualitas hubungan interpersonal.
Tidak hanya dalam ranah sosial, teknologi juga telah membawa transformasi besar dalam nilai-nilai kerja manusia. Dengan berkembangnya otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI), pekerjaan yang sebelumnya mengandalkan tenaga manusia kini mulai digantikan oleh mesin. Hal ini menciptakan tantangan baru dalam menjaga makna kerja sebagai bentuk kontribusi manusia terhadap masyarakat. Yuval Noah Harari dalam bukunya 21 Lessons for the 21st Century (2018) mengingatkan bahwa pergeseran ini dapat mengurangi nilai manusia menjadi sekadar angka atau data dalam algoritma, menjauhkan manusia dari peran aktif dalam ekonomi. Dampaknya tidak hanya dirasakan secara ekonomi tetapi juga secara moral, karena manusia mulai kehilangan identitas dan tujuan yang melekat dalam pekerjaannya. Selain itu, teknologi juga memicu dilema etika yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Dalam bidang bioteknologi, misalnya, pengembangan teknologi pengeditan gen seperti CRISPR memberikan kemampuan untuk mengubah kodrat kehidupan, seperti mendesain bayi atau menghapus penyakit genetik tertentu. Meski menawarkan potensi besar untuk meningkatkan kualitas hidup, inovasi ini juga menimbulkan pertanyaan moral yang kompleks. Apakah manusia memiliki hak untuk mengubah jalannya kehidupan? Di mana batas antara inovasi yang bermoral dan manipulasi yang melanggar etika? Dilema ini menunjukkan bahwa kemajuan teknologi tidak hanya memengaruhi aspek praktis kehidupan manusia, tetapi juga mengubah cara kita memandang kehidupan itu sendiri, memunculkan tantangan baru dalam menjaga integritas moral.
Meski begitu, teknologi juga memiliki potensi besar untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan jika dikelola dengan benar. Dalam bidang kesehatan, misalnya, teknologi telah memungkinkan terciptanya alat medis canggih seperti robot bedah atau aplikasi pemantauan kesehatan yang membantu menyelamatkan nyawa. Demikian pula, dalam bidang pendidikan, teknologi telah membuka akses pembelajaran bagi mereka yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan. Platform seperti Coursera dan Khan Academy telah memberikan harapan baru bagi jutaan orang di seluruh dunia, menjadikan teknologi sebagai alat untuk mewujudkan keadilan sosial dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Dengan kata lain, teknologi, jika digunakan dengan bijak, dapat menjadi sarana untuk memperkuat solidaritas dan meningkatkan kualitas hidup. Namun, agar teknologi dapat benar-benar menjadi alat untuk memperkaya nilai-nilai kemanusiaan, diperlukan pendekatan moral yang holistik. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan literasi digital di kalangan masyarakat. Literasi digital tidak hanya berarti memahami cara menggunakan teknologi, tetapi juga menyadari dampaknya terhadap diri sendiri dan orang lain. Howard Gardner dalam konsepnya tentang "kecerdasan moral" menekankan bahwa manusia harus memiliki kemampuan untuk memahami konsekuensi dari tindakan mereka, termasuk dalam penggunaan teknologi. Dengan literasi digital yang baik, masyarakat dapat menggunakan teknologi secara bertanggung jawab dan menghindari penyalahgunaan yang dapat merugikan orang lain.Selain itu, peran regulasi juga menjadi sangat penting dalam mengelola dampak teknologi. Pemerintah dan pembuat kebijakan harus memastikan bahwa inovasi teknologi tidak melanggar hak asasi manusia atau memperburuk ketidaksetaraan sosial. Regulasi yang jelas, seperti perlindungan data pribadi atau pengawasan terhadap penggunaan AI, diperlukan untuk mencegah eksploitasi dan menyelaraskan perkembangan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan. Tristan Harris, seorang mantan desainer Google yang kini aktif mempromosikan "teknologi etis," menekankan pentingnya mengintegrasikan moralitas dalam desain teknologi. Menurutnya, teknologi harus dirancang untuk mendukung kesejahteraan manusia, bukan hanya untuk mengejar keuntungan finansial.
Kesimpulannya, teknologi adalah kekuatan besar yang dapat memengaruhi nilai-nilai kemanusiaan baik secara positif maupun negatif. Di satu sisi, ia menawarkan peluang besar untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, seperti dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Namun, di sisi lain, teknologi juga membawa tantangan baru yang dapat merusak moralitas dan solidaritas sosial. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mendekati teknologi dengan kesadaran moral yang mendalam, memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak hanya menciptakan dunia yang lebih canggih tetapi juga dunia yang lebih manusiawi. Seperti yang dikatakan oleh Albert Einstein, "Kemajuan teknologi seperti kapak di tangan penjahat." Oleh karena itu, tugas kita adalah memastikan bahwa kapak tersebut digunakan untuk membangun, bukan menghancurkan, dan bahwa teknologi tetap menjadi alat yang melayani manusia, bukan sebaliknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun