Mohon tunggu...
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto Mohon Tunggu... Freelancer - PENA MANFAAT semoga pena ini selalu membawa manfaat.

Al Ghazali : kalau kamu bukan anak raja atau bukan anak ulama besar, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Aduh, ternyata...Harga Kata "Ayan" Lebih Tinggi Daripada "Epilepsi"

14 Januari 2012   16:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:53 415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saat saya sedang "berdiskusi" dengan mbah google untuk mencari-mencari keywords yang bisa memaksimalkan SEO web www.ina-epsy.org saya menemukan sesuatu tentang kedua kata pada judul bertanda kutip di atas. Saya menemukan, ternyata   kata "ayan" lebih mahal harganya dari pada kata "epilepsi". Kata "ayan" dihargai Rp. 3.500 per klik sedangkan kata "epilepsi" dihargai Rp. 866 per klik. Apakah arti ini semua? Artinya ialah kata ayan lebih laku daripada kata epilepsi, dengan kata lain kata "ayan" lebih familiar daripada kata "epilepsi". Sebagai contoh, orang akan lebih senang mengetik kata "penyebab penyakit ayan" dari pada "penyebab penyakit epilepsi",mengapa demikian? Hal ini karena kata "ayan" lebih familiar.

Untuk menjelaskan lebih lanjut betapa familiarnya kata "ayan" dibanding "epilepsi", saya cek di Kamus Lengkap Bahasa Indonesia yang disusun oleh MB Rahimsyah. Saya cari definisi kata "ayan", ternyata tidak ada, tetapi saya cari definisi kata "epilepsi". Ternyata "epilepsi"  didefinisikan sebagai  gangguan penyakit ayan. Dengan absennya definisi kata ayan itu sendiri tetapi digunakan  untuk mendefinisikan kata epilepsi menggambarkan lebih jelas lagi bahwa sebagian besar orang berbahasa Indonesia mengenal apa itu "ayan" berapapun usianya (kecuali batita mungkin, ya?)  dan apapun level pendidikannya. Sedangkan kata epilepsi hanya dimengerti oleh orang-orang tertentu di level pendidikan tertentu. Ini memperkuat kesimpulan saya di atas.

Jujur saja kondisi ini  boleh saya katakan sebagai contoh masih miringnya pandangan masyarakat terhadap penyandang epilepsi. Sering saya mendengar anak-anak berolok-olok dasar "ayan". Atau anak-anak berkata "iiiiiiih" sambil bergidik-gidik badannya bila mendengar ada orang ayan.

Melalui tulisan ini, saya  berharap penggunaan kata "epilepsi" lebih dibiasakan dari pada penggunaan kata "ayan" untuk menerangkan kondisi orang yang (mungkin) tiba-tiba kejang atau untuk orang yang dikenal sering kejang. Konotasi kata "ayan" lebih mengejek dan menganggap buruk  orang yang sering kejang dari pada kata "epilepsi". Untuk para agen perubahan seperti rekan-rekan  guru, para mahasiswa, para blogger, dan masih banyak lagi, anda bisa membantu meringan beban para penyandang epilepsi hanya dengan menggunakan kata "epilepsi" dari pada "ayan" bila anda hendak menerangkan kondisi seseorang yang tiba-tiba kejang atau orang yang dikenal sering kejang. Meringankan beban orang lain termasuk ibadah yang baik, bukan?

Fadjar Setyanto

www.ina-epsy.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun