"Mas narik dari jam berapa?" tanyaku pada abang ojol yang membawaku pergi ke tempat tujuan.
Orangnya tampak rapi dan bersih, suara motornya juga halus tanda bahwa itu terawat dengan baik.
"Saya keluar rumah sebelum  sholat subuh lalu ke masjid berjamaah, Pak," jawabnya.
"Ke masjid terus sholat jamaah, langsung berangkat setelah selesai," tambahnya.
"Weh jadi start dari masjid ya mas, mantaaap," timpal saya.
Pertanyaan saya pun berlanjut ke hal-hal yang lain seperti tinggal dimana, dari mana asalnya, Â sudah berkeluarga atau belum, anak berapa, kapan mulai tinggal di Solo, dulu pernah kerja dimana atau sekarang kerja juga dimana atau ojol fulltime. Saya sudah mirip petugas sensus yang sedang menyensus warga.
Dari pertanyaan-pertanyaan saya tersebut akhirnya saya tahu bahwa si mas ojol dari Purwodadi, sudah berkeluarga sejak 2018, menjadi supir ojol sejak 2017, full time di ojol karena sebelumnya sudah pernah kerja di tempat lain tapi mengundurkan diri.
Saya juga tahu bahwa si mas ojol pernah bekerja di suatu perusahaan namun karena perusahaannya kalah bersaing maka ada pengurangan karyawan baik secara terpaksa ataupun sukarela. Baik yang terpaksa atau sukarela akan mendapatkan pesangon. Besaran pesangon minimal ialah untuk pembelian sepeda motor. Si mas ojol ini sengaja mengundurkan diri. Â
Dari hasil pesangon yang diterimanya dia belikan sepeda motor yang dipakai untuk menjadi ojol sekarang.
"Wah berkah ya mas dari pesangon, jadi motor, lalu bisa jadi alat andalan buat cari nafkah," Saya komentari lagi setelah percakapan panjang bak petugas sensus ekonomi.