Bila ternyata BBM benar-benar harus naik, tentu terbayang harga-harga akan mulai naik. Tak ada yang menghendaki harga barang-barang naik, kalau pemerintah merasa harus mengurangi subsidi BBM, tolong jaga harga 9 bahan pokok. Jangan ikut-ikutan naik. Ini penting karena 9 bahan pokok itu menguasai hajat hidup orang banyak. Para menteri harus kerja ekstra keras. Jadi sekali lagi 9 bahan pokok, jangan ikut naik.
Ada yang komentar , kok di Malaysia sekelas Pertamax harganya cuma Rp. 6000. Disini kok mau dinaikan lagi? Saya mau coba berhitung dengan asumsi seluruh penduduk adalah penggunan kendaraan bermotor. Penduduk Malaysia jumlahnya 32,7 juta (sumber www.kl.antaranews.com) sedangkan penduduk Indonesia sekitar 273 juta orang.
Kalau seluruh penduduk Malaysia menikmati bbm bersubsidi per hari dan anggap pemerintahannya mensubsidi Rp. 1.000 per liter maka subsidi yang dikeluarkan Pemerintah Malaysia 32.700.000 x Rp. 1.000 sama dengan 32.700.000.000, bandingkan dengan Indonesia yang harus mengeluarkan 273.000.000.000 per hari. Kalau sebulan kalikan saja 30, setahun kalikan saja 350 hari. Indonesia pasti jauh lebih besar dari Malaysia. Dari sisi jumlah penduduk saja sudah tidak sama, jadi membandingkan Malaysia dengan Indonesia kurang tepat, karena semua sama-sama mendapat subsidi. Bisa kita cemooh Indonesia kalau harga 6000 sekelas pertamax di Malaysia, tidak disubsidi.
Sementara kalau membandingkan pemilik mobil dan motor di Indonesia kita akan lihat dengan jelas siapa sih penerima subsidi paling banyak. Berapa sih pemilik mobil di Indonesia? Ternyata berjumlah 15.800.000 (Sumber Gaikindo 2019), sementara motor berjumlah 115.000.000 sepeda motor. Kalau satu mobil mengkonsumsi rata-rata 200 liter per bulan, sedangkan motor mengkonsumsi 20 liter per bulan, maka pemilik mobil mendapat subsidi (dengan asumsi Rp. 1.000 per liter) Â 200 liter per bulan dikalikan 15.800.000 mobil maka perhitungan 15.800.000 mobil dikali 200 liter dikali subsidi Rp. 1.000 Â ketemu angka Rp. 3.160.000.000.000 per bulan.
Sementara motor yang berjumlah 115.000.000 dikalikan konsumsi 20 liter per bulan ketemu angka 2.300.000.000. Dikalikan subsidi Rp. 1000 kali 2.300.000.000 ketemu angka 2.300.000.000.000
Bandingkan angka untuk motor Rp. 2.300.000.000.000 dibanding mobil Rp. Rp. 3.160.000.000.000. Kita sepakat bahwa subsidi untuk mobil lebih besar dari motor, kan? Mobil, selain membakar bahan bakar lebih banyak daripada motor. Mobil juga menuntut infrastruktur yang lebih banyak daripada motor. Eeeeh mobil, sudah tuntutannya banyak, bikin macet jalan lebih parah, eeeeeh ternyata mobil mendapat subsidi lebih besar daripada motor. Apa tidak menyebalkan?
Daripada repot ribet memikirkan subsidi yang ternyata lebih banyak dinikmati pemilik roda 4 daripada pemilik roda 2 mendingan kita memikirkan bagaimana memanfaatkan memanfaatkan pekarangan untuk konsumsi sederhana yang bisa kita lakukan.Â
Cabai, tomat, daun jeruk, daun serai, adalah komoditas sederhana yang rutin dikonsumsi. Kenapa tidak coba dihasilkan sendiri. Penduduk Korea yang penghasilan per kapitanya jauh lebih besar dari Indonesia masih senang menikmati hasil dari kebun sendiri. Mengapa kita tidak mencobanya di sini? Segumpal daging......eh maaf segumpal tanah pekarangan kita bisa menumbuhkan sayuran yang lezat dan bervitamin. Mau coba?
Wallahu a'alam