Mohon tunggu...
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto
Fadjar PENA MANFAAT Setyanto Mohon Tunggu... Freelancer - PENA MANFAAT semoga pena ini selalu membawa manfaat.

Al Ghazali : kalau kamu bukan anak raja atau bukan anak ulama besar, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dua Hati (1)

23 Juni 2016   22:46 Diperbarui: 24 Juni 2016   01:06 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Fir, kamu dimana?”, sms Anto pada Fira.

“Di kantor”, balas Fira.

“Udah mau pulang belum?”

“Belum, masih nanti”.

“Aku mampir, ya?”, tulis Anto,”Aku kebetulan baru aja  selesai kelas di Polda, kan tinggal ke belakang aja udah kantor kamu.”

“Kita dinner bareng, ya?”, tulis Anto lagi.

“Ya, boleh To, aku tunggu ya?”, jawab Fira.

Betapa senang hati Anto bahwa tawarannya diterima oleh Fira. Anto pun menghidupkan mesin mobilnya. Maju secara perlahan, untuk kemudian meninggalkan halaman parkir Polda Jaya. Waktu menunjukan jam 18.30.

Anto pun mulai mengarahkan kendaraannya ke loket parkir. Anto kaget, saat ada beberapa anggota yang memberi hormat. Dia pun dengan mimik serius juga memberi tundukan kepala.

Mobilnya keluar komplek Polda, diarahkan ke Sudirman. Meskipun kantor Fira hanya beberapa puluh meter saja tetapi untuk mengarah ke kantor Fira harus keluar Polda dulu, dan urut kacang kembali dari awal. Mobil pun mengarah ke SCBD kembali. Setelah melewat Elektronik Solution sampailah di gedung kantor dimana Fira bekerja. Anto pun memarkir kendaraannya.

Anto merapikan pakaiannya, kemudian keluar dari mobil. Jam menunjukkan pukul 18.45. Masih ada waktu. Anto menelusuri area parkir. Dilihatnya lapangan yang biasa untuk berolahraga para karyawan, nampak sepi.

“Fir, aku udah di lobby ya?”, sms Anto pada Fira.

Selang beberapa menit kemudian, nampak Fira berjalan mengarah ke lokasi dimana Anto berada. Atasan cream dipadu dengan kalung-kalung etnik warna-warni yang dipakai Fira, menampakan kesan cerah dan semangat. Anto selalu saja menyukai Fira.

Anto pun senyum-senyum melihat Fira. Senang sekali hatinya bisa bertemu Fira setelah sekian lama tak pernah jumpa. Terakhir kali Anto berada di kantor Fira ialah tiga tahun yang lalu. Saat itu dia memberi kursus privat untuk seorang mahasiswa S2 yang akan mengikuti test masuk ke bank ini. Anto menyempatkan diri mampir untuk melihat perkembangan hasil mahasiswa ini saat menjalani test. Saat itu nama orang itu tercantum sebagai yang lolos masuk ke test ke-4.

Saat Fira mulai mendekat, Anto buru-buru menyodorkan tangannya untuk menyalami Fira.

“Apa kabar Fir?”, tanya Anto yang masih bungah hatinya, gerakannya sedikit agak kikuk.

Fira pun menyambut tangan Anto dan menyalaminya sambil tersenyum.

Anto yang masih kikuk, teringat senyum itu  saat mereka pernah sangat dekat.

“Well mau kemana kita?”, tanya Anto masih sambil senyum salah tingkah.

“Café sekitar sini ada, gimana?”, jawab Fira.

“Ya boleh, boleh, jawab Anto”.

Mereka pun berjalan beriringan menuju café di sekitar kantor Fira. Mereka tak banyak bicara. Tidak sampai 10 menit mereka sudah sampai di café yang dimaksud. Banyak orang yang sudah duduk di meja-meja pesanan. Nampaknya mereka juga sedang menunggu. Mereka saling berbincang dan bersenda gurau.

“Nah sini aja To, enak, tuh kebetulan ada meja dua bangku kosong”, Fira memecah keheningan antara mereka.

“Ya, ya”.

Mereka pun duduk berhadap-hadapan di meja itu.

“Dah kelar kerjaan, Fir?”, tanya Anto mengulang pertanyaannya di sms, memastikan bahwa Fira tidak terganggu waktunya dengan kedatangannya di kantor Fira.

“Dah, udah beres, kok, nanti paling tinggal telepon beberapa klien luar karena perbedaan waktu”, Fira menegaskan.

Mereka berdua pun memesan makanan

Fira dan Anto adalah dua orang yang sudah saling mengenal cukup lama. Mereka berada di Taman Kanak Kanak yang sama dan SMP yang sama. Perkenalan dan hubungan mereka sungguh unik. Hubungan antara keduanya tidak hanya berlanjut di SMP tapi juga berlanjut ke SMA. Keduanya pernah menjalin kasih saat SMA, namun terpisah untuk beberapa lama. Setelah lama berpisah, kini mereka bertemu kembali.

Setelah berbincang-bincang sejenak, menceritakan berita masing-masing, pesanan mereka pun hadir.

“Silakan Fir”, Anto menawarkan Fira untuk menyantap makanan.

Mereka pun menyantap makanan yang sudah mereka pesan bersama.

“Kita makan bersama ini yang ke dua kali ya Fir?”, Anto memecah keheningan.

“Kok kamu hafal, To?”, tanya Fira menyelidik.

“Iya, yang pertama ialah saat aku datang ke sini, di pagi hari. Kita sarapan bersama sebelum kamu kerja”, jawab Anto,”Lalu yang kedua ialah hari ini”.

“Kamu tukang ngitungin ye..?”, sela Fira.

“Iya Fir, buat makan berdua bersama orang yang sangat spesial aku nggak akan lupa”, jawab Anto.

Fira pun segera menyela,”Spesial apakaaaaaah”.

“Sungguh kamu spesial buatku?’, jawab Anto serius.

“Ya deeeeeeeeh”, goda Fira.

Pembicaraan selanjutnya berkisar masalah rutin saja. Makan malam bersama itu berlangsung dengan hangat. Namun bagi Anto itu adalah makan malam terindah dalam hidupnya, karena makan bersama orang yang sangat spesial baginya.

“Andai saja tiap malam kita bisa makan malam bersama, betapa senang hatiku, Fir”, gumam Anto dalam hatinya.

Fira melihat Anto bengong beberapa saat, dia pun menyentuh dan menggoyangkan tangan Anto,”Ada apa To?”

Anto terkejut,”Ah enggak anggak apa”, sahut Anto untuk menutupi apa yang baru saja difikirkannya itu.

“Sudah jam segini, sambil mengarahkan matanya ke jam tangannya, kamu ada rencana telpon jam berapa?”, tanya Anto.

“Lima belas  menit lagi aku akan telpon”, jawab Fira.

“Ya udah, daripada nanti kamu telat kita udahin dulu aja. Terima kasih banyak untuk waktumu bertemu dan menemani makan malam ya Fir”, ujar Anto .

Fira tersenyum ,”Sama-sama To”.

Setelah melakukan pembayaran mereka pun pergi. Mereka bersalaman,”Terima kasih ya, Fir”, ujar Anto.

Mereka pun berpisah. Fira berjalan menuju lift. Anto pergi menuju loket pendaftaran tamu untuk mengambil KTPnya. Namun tiba-tiba Anto teringat ada sesuatu yang akan dia berikan kepada Fira, dia pun bergegas mencari Fira. Anto melihat Fira sedang berjalan mengarah lift, tidak terlalu jauh. Anto pun mengejar Fira. Agar tidak menimbulkan kecurigaan dan perhatian orang sekitar, Anto memutuskan untuk tidak memanggil dari jarak jauh, tapi dia akan menepuk pundak Fira setelah dekat.

Anto sudah berhasil mengikuti Fira, jarak antara dirinya dengan Fira berjarak 1 meter saja. Pada saat Anto mengulurkan tangan kanannya untuk menepuk pundak Fira, tiba-tiba Fira berbalik arah. Jadilah tabrakan antara keduanya. Anto manabrak Fira, dalam posisi demikian, bibir Anto menabrak kening Fira. Sementara Fira terhuyung-huyung ke belakang, untuk menghindari Fira agar tidak terjatuh, tangan kanan Anto yang akan menepuk pundak Fira terpaksa harus menyangga leher Fira agar tidak terjatuh, sementara tangan kiri Anto memegang erat pinggang Fira. Anto memegang erat tubuh Fira.

Untuk sejenak posisi tubuh Fira menyentuh tubuh Anto, sementara tangan kanan Anto menyangga leher Fira agar tak terjatuh. Orang-orang yang melihat kejadian itu bersyukur bahwa Fira tidak terjatuh. Sementara para petugas keamanan terpaku melihat kejadian itu dari jauh.

“Maaf Fir”, kata-kata itu yang keluar dari mulut Anto yang berjarak hanya 10 centimeter dari  wajah Fira.

Fira yang sempat terkejut, setelah menyadari bahwa dia bersandar dengan tangan Anto, dan tubuhnya berdempetan dengan tubuh Anto hanya tersenyum tanpa berkata-kata.

Fira pun berdiri membetulkan posisi pakaiannya yang sempat berantakan.

“Kamu tidak apa-apa?”, tanya Anto.

Fira pun mengangguk, tanda tidak apa-apa,”Kenapa bisa tabrakan?”, tanyanya.

“Iya aku mau memberikan sesuatu untuk kamu, tadi aku lupa”, kata Anto sambil memberikan sebuah kalung dengan batu zamrud di gantungannya.

“Terimalah, aku beli saat aku ke Turki beberapa waktu lalu”, kata Anto,”Aku ingat kamu saat melihat kalung ini, tolong terima Fir.”

Fira memandang Anto sejenak, lalu tersenyum,”Baiklah aku terima, terima kasih ya”.

Kembali Anto tersenyum, dia pun mencium pipi Fira di depan umum. Orang-orang tersenyum melihat pemandangan itu. Fira kembali menuju lift, Anto pun kembali menuju pintu keluar.

--0--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun