Ani seorang yang memiliki anak penyandang Down Syndrome bercerita kepada kawannya bagaimana perasaannya saat bepergian bersama anaknya dimana saja, "Saya sering risih melihat orang-orang melihat anak saya berlama-lama karena anak saya Down Syndrome."
"Mbok yo orang-orang itu kalau sudah melihat anak saya dan sudah tahu bahwa cacat, ya sudah, nggak perlu ngelihatnya diterusin sampai memandangi terus ke arah kami," katanya lebih lanjut.
"Siapa sih yang mau dikasih anak cacat?"
"Tapi karena Tuhan memberi anak seperti ini mau diapain lagi, ini kan amanat dari Tuhan, juga."
Lain pengalaman Ani, lain juga pengalaman Rina.
"Saya pernah mengajak pergi anak saya yang autis ke mal, tiba-tiba anak saya mendorong anak orang, tidak sampai jatuh sih, tapi ibunya marah minta ampun," kata Rina.
"Saya udah minta-minta maaf sama orang tuanya, tapi tetap aja dia marah-marah malah manggil suaminya," katanya lebih lanjut.
"Setelah suaminya datang, dua-duanya gak ngomong tapi ngelihatin kami terus, seolah-olah kami sudah seperti terdakwa yang tidak termaafkan,"
Ada juga pengalaman Shinta yang memiliki anak epilepsi.
"Orang-orang terutama tetangga melarang anak-anaknya bergaul dengan anak saya."
"Kalau ada ada anak saya, udah deh orang tuanya memanggil anak-anaknya supaya pulang atau tidak bergaul," katanya.