Mohon tunggu...
Fadil S. Isnan
Fadil S. Isnan Mohon Tunggu... Konsultan - Teman Bercakap

Semesta Mendukung

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Tuhan Tidak Tidur

16 Januari 2015   14:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:02 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14213666821330207471

[caption id="attachment_391104" align="aligncenter" width="300" caption=""Piye kabare? Esih enak jamanku to?""][/caption]

Kali ini saya akan menulis ulasan mengenai buku berjudul Pak Harto The Untold Stories. Buku ini mematahkan persepsi kebanyakan orang tentang Pak Harto, mengenai rezimnya, dan mengupas Orde Baru. Ini adalah buku berisi wawancara dengan tokoh-tokoh (lebih dari 100 tokoh) yang pernah bersentuhan langsung dengan hidup Pak Harto baik secara pribadi, keluarga, maupun hubungan profesional seperti jabatan. Wawancara ini dilakukan, diolah, dan ditulis kembali oleh lima penulis handal karena mayoritas keprofesian mereka sebagai jurnalis baik untuk media mainstream lokal ataupun nasional. Akhir-akhir ini suhu politik sedang memanas pasca Pilpres 2014, tetapi tulisan ini tidak ada sangkut pautnya dengan hal itu karena ini murni hasil review seorang mahasiswa terhadap buku tentang Pak Harto ini.

Dalam buku tersebut, dikupaslah sisi lain dari Pak Harto yang bahkan tidak satu media pun pernah memberitakannya. Banyak cerita dan hikmah yang bisa diteladai dari Pak Harto mulai cerita dari putra-putrinya, ajudannya, kabinetnya, bahkan pengamen pun ada. Selain itu, ada beberapa kisah yang langsung di tulis oleh kepala negara tetangga khusus untuk mengenang Pak Harto. Satu hal lagi, di sini ada satu kisah yang bersumber dari mahasiswa yang dulu ikut demo menentang pemerintahan Pak Harto menyatakan diri menyesal telah ikut-ikutan terbakar api emosi hanya karena sulutan dari pihak-pihak tidak bertanggung jawab tanpa adanya bukti nyata.

Pak Harto adalah seorang bapak yang rendah hati bagi keluarganya dan juga bapak bagi negaranya, Indonesia. Berikut adalah kutipan kalimat Pak Harto di halaman 59. “Jikalau kamu ditanya oleh orang, apa pekerjaan orang tuamu, jangan pernah bilang kamu anak presiden. Kamu bilang kamu anak petani, karena Bapak petani”. Itulah kalimat Pak Harto untuk putrinya, Siti Hutami Endang Adiningsih. Satu lagi buah mutiara yang pernah dititurkan Pak Harto melalui putrinya ini yaitu “Jikalau menolong orang lain, tulislah di atas pasir pantai, agar mudah hilang tersapu ombak. Tetapi, kalau kita ditolong orang lain, pahatlah di batu, agar kita selalu dapat mengingat budi orang tersebut.”

Tun Mahatir Bin Mohamad, Perdana Menteri Malaysia pada 1981-2003 pernah menyatakan bahwa Pak Harto sengaja dijatuhkan. Ketika sekitar tahun 1998, krisis moneter sedang sangat berat. Negara-negara dunia sangat bingung mencari solusi terutama bagi negara-negara dunia ketiga seperti ASEAN. Pak Harto tidak punya pilihan lain untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dengan cara menerima bantuan dari IMF (International Monetery Fund). Namun, justru Michael Camdesus, Direktur IMF kala itu, seolah-olah mendapat kekuasaan yang sangat besar di Indonesia. Nilai rupiah benar-benar anjlok yang semula Rp2.500,00 per 1 US$ berubah derastis menjadi Rp16.000,00 per 1 US$. Menurut PM Malaysia, skenario ini sengaja dirancang untuk menjatuhkan Pak Harto.

Satu kisah yang membuat adrenalin kita terpacu adalah mengenai kunjungan Pak Harto ke Bosnia Herzegovina pada tahun 1995. Kunjungan ini adalah kunjungan berisiko karena pada saat yang sama, Bosnia sedang mengalami konflik. Namun, dengan keyakinan bahwa Indonesia adalah negara nonblok (tidak memihak blok barat atau timur) dan Pak Harto hanya berniat mendamaikan konflik ini, alhasil keajaiban pun menyelimuti rombongan dari Indonesia. Kisah ini bersumber dari Komandan Grup A Pasukan Pengamanan Presiden kala itu, Sjafrie Sjamsoeddin. Saat itu, pesawat yang ditumpangi Pak Harto akan melewati daerah baku tembak dan semua penumpang pesawat diinstruksikan untuk mengenakan pelindung badan dan helm, tetapai justru Pak Harto menolaknya dengan alasan cukup aman. Pak Harto hanya menanyakan apakah bagian bawah dan samping pesawat sudah antipeluru atau belum. Ketika Sjafrie mengatakan sudah aman, Pak Harto pun tenang-tenang saja. Anehnya, Pak Harto menyuruh Sjafrie untuk membawa pelindung badan dan helm itu untuk dikoleksi ke dalam Museum Purna Bhakti Pertiwi. Begitulah risiko yang Pak Harto mau ambil.

Selanjutnya adalah penuturan aktivis mahasiswa yang dulunya mendemo Pak Harto, tetapi ketika dia bertatap muka langung dengan Pak Harto, ternyata mahasiswa ini langsung salah persepsi terhadap ‘lawan ideologi’nya dulu. Justru ketika dia bertandang ke Cendana, Pak Harto hanya mengatakan,”Ooo, jadi ini to rupanya yang suka ndemo saya waktu jadi mahasiswa. Tapi kan sekarang kita bisa bertemu dan tertawa seperti ini.” Ternyata Pak Harto jauh berbeda seperti yang dibicarakan orang. Pak Harto adalah sosok yang ramah, murah senyum, dan kebapakkan. Tutur Teguh Juwarno. Lebih berkebalikan lagi ketika Pak Harto akan turun jabatan. Pak Harto mendapat tekanan yang sangat besar dari semua sisi tetapi alasan utama Pak Harto justru sangat mulia.  Pak Harto mengatakan,”Saya tidak mau ada lagi darah mahasiswa yang tertumpah.”

Itulah segelintir kisah dari  sekian banyak rahasia pada diri Pak Harto. Pak Harto adalah pemimpin yang adil, sabar, dan yang paling penting adalah ikhlas. Dalam buku ini sedikit banyak diceritakan skeneraio untuk menjatuhkan Pak Harto. Banyak sekali mutiara dan hikmah yang bisa diambil dari Pak Harto. Tidak sedikit pula kisah-kisah spiritual di dalamnya. Beliau sendiri sering mencari nilai-nilai dari falsafah Jawa. Prinsip kepemimpinan Pak Harto adalah mikul dhuwur mendem jero. Artinya menjunjung setinggi-tingginya prestasi dan menyembunyikan aib pemimpin sebelumnya. Satu hal yang membuat saya terharu adalah pedoman Pak Harto dalam menghadapi badai kecaman dan hujatan hingga penghujung hayat beliau berupa Gusti Allah ora sare yang bermakna Tuhan Tidak Tidur. Semoga arwah Pak Harto damai di sisiNya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun