"Tidak mudah menjadi bayang-bayang orang lain.Lebih baik ,tunggu hatinya sampai sembuh dan memutuskan dalam keadaan jernih.Tanpa bayang-bayang siapapun"
Poyan dalam novel "Perahu Kertas"
lagi-lagi saya disadarkan oleh realita. Rasanya sudah terlalu lama saya melayang di dunia khayal, hingga lupa menyentuh tanah. Suatu gerakan akhirnya memaksa saya untuk diharuskan menginjak tanah. Dan sayapun terjatuh. Sakit.
Mungkin realita tidak menginginkan saya seperti Jung, salah satu tokoh Psikologi yang setelah perselisihannya dengan Freud, terus-menerus berhubungan dengan alam bawah sadarnya , hingga ia melupakan kehidupan realitanya yang pada akhirnya sempat terbengkalai. "Hadapi saya, jangan kau meninggalkan atau bahkan menghindariku" kira-kira begitu mungkin kata realita kepada diri saya.
Ini bagian yang paling saya benci. Jatuh cinta. Gara-gara bagian ini, saya jadi menye,jadi cengeng bahkan terkadang nggak mood apa-apa kalau uring-uringan. Tetapi kata-kata "Witing Tresna Jalaran Saka Kulina" nggak bisa saya hindari lagi. Kemudian dia datang begitu saja, meskipun saya terus mencoba membunuhnya hingga pada alam bawah sadar saya.
Dari semua perjalanan ini, yang saya sadari ternyata saya masih hidup dalam bayang-bayang orang yang pernah berarti di hidupnya. Saya nggak tau harus bagaimana untuk bersikap..yang saya tahu..saya masih berada pada nomor sekian di hidupnya.
Mungkin memang dia memilikki perasaan sama dengan saya,namun...yang harus saya sadari, dia masih hidup dengan kehidupan 'nyata'nya serta dengan bayang-bayang masa lalunya. Sejauh ini, saya nggak pernah menyerah untuk terus bersabar menuntun hatinya agar berlabuh kepada saya.Tapi...kali ini saya menyerah :)
dari perahu kertas saya belajar, bahwa cinta tidak akan pernah memilih. Cinta tahu dimana ia akan melabuhkan hatinya. Selama ini yang saya lakukan adalah menuntun, mungkin memaksa agar angan di negeri khayal saya bisa terealisasi dan terwujudkan. Mungkin ini yang namanya obsesi, tetapi bagi saya. saya hanya ingin menjaga hatinya. tidak ingin melukainya. dengan cara saya, tanpa ia harus terbayang-bayang oleh masa lalunya.
Tapi...mungkin Tuhan punya kehendak lain. Tidak harus memilikki untuk menyayangi seseorang. Mungkin, saya hanya bisa menjaganya dari jauh. Memastikan bahwa ia selalu baik saja..dengan seseorang yang kini bersamanya..
Lalu..saya mengerti...Ini adalah rasa yang paling sakit dari segala rasa. Kehilangan. Tapi, mungkin ini yang terbaik. untukmu dan saya :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H