Mohon tunggu...
Fadilla Khaerunnisa
Fadilla Khaerunnisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswan Universitas Padjadjaran Jurusan Hubungan Masyarakat tahun 2019

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

George Floyd Mengingatkan Kita pada Obby Kogoya

1 Juni 2020   07:10 Diperbarui: 2 Juni 2020   21:43 1514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada senin 25 Mei 2020 seluruh dunia dibuat geram karena kasus kematian George Floyd, Floyd merupakan pria Afrika-Amerika yang harus menghembuskan nafas terakhir setelah perwira polisi Derek Chauvin yang merupakan pria berkulit putih menekan leher Floyd dengan lututnya selama 7 menit padahal pada saat itu Floyd sudah memohon kepada polisi untuk melepaskannya karena dia kesakitan dan tidak bisa bernafas, kejadian itu terjadi di kota Minneapolis, Amerika Serikat (AS).

Peristiwa ini karena Floyd diduga melakukan pemalsuan dan penipuan ketika berbelanja disebuah toko. Yang membuat masyarakat geram adalah perlakuan polisi yang membuat Floyd meninggal, akhirnya sebagian dari seluruh penduduk Minneapolis melakukan aksi protes di jalanan serta menggunakan tagar #JusticeForGeorgeFloyd dan #BlackLivesMatter di media sosial, bahkan banyak artis papan atas yang turut menyuarakan tagar ini.

Tidak sedikit dari warga Indonesia yang ikut mendukung tagar tersebut untuk mengecam tindakan perwira polisi Minneapolis atas perlakuan diskriminasi rasial kepada orang kulit hitam. 

Akan tetapi berbeda halnya jika orang Papua yang mendapatkan perlakuan rasis seperti kasus Obby Kogoya, hanya sedikit orang Indonesia yang tahu kasus Obby, tidak banyak seperti mengetahui kasus rasisme yang menimpa warga AS, George Floyd.

Lalu munculah tagar #PapuanLivesMatter yang mulai disurarakan oleh para pengguna sosial media. Tagar tersebut dibuat untuk menyuarakan rasisme institusional yang terjadi di Indonesia terhadap masyarakat Papua. 

Masyarakat dengan lantangnya menyuarakan Bhineka Tunggal Ika akan tetapi mereka tidak sadar bahwa perlakuan mereka kepada orang Papua sangat bertentangan dengan arti dari Bhineka Tunggal Ika sendiri.

“Kejadian tersebut mengingatkan kita pada kejadian pengepungan Asrama Mahasiwa Papua di Yogyakarta pada 15 Juli 2016 silam oleh Ormas dan Polisi yang berujung pada kekerasan aparat terhadap Obby Kogoya” Rico Tude (2020, 28 Mei). 

Bukan hanya karena tindakan rasisnya yang sama, namun kedua peristiwa ini hampir sama bila kita lihat dengan seksama. Itu sebabnya ketika melihat foto Floyd sama seperti kita melihat foto Obby Kogoya yang sama sama diinjak Polisi.

Peristiwa yang dikatakan oleh Rico Tude merupakan salah satu contoh bahwa rasisme internal di Indonesia sudah mandarah daging yang timbul karena kurangnya edukasi dan kesadaran tentang topik ini. 

Bagaimana pun juga Papua merupakan bagian dari Indonesia, mari kita sama-sama tingkatkan kesadaran untuk berhenti menjadi rasis, berhenti membeda-bedakan seseorang berdasarkan warna kulit, etnis, agama dan gender karena pada dasarnya kita semua adalah sama.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun