Mohon tunggu...
Fadillah
Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S-1 Kimia Universitas Sebelas Maret

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Citayam Fashion Week (CFW) sebagai Ajang Unjuk Identitas Fashion Remaja Indonesia

16 Oktober 2022   17:09 Diperbarui: 16 Oktober 2022   18:41 1188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fenomena Citayam Fashion Week atau sering disebut-sebut CFW ini banyak mengambil atensi masyarakat. Citayam yang semula merupakan tempat nongkrong remaja-remaja di Ibukota menjadi ajang unjuk busana. Hal ini berawal dari beberapa masyarakat yang beranggapan bahwa anak muda yang nongkrong dan bersantai di Citayam ini mengenakan busana yang unik dan menarik. CFW mencuri banyak perhatian dari semua kalangan. Pasalnya, banyak orang-orang yang membuat konten seputar CFW dan diunggah di media sosial dan tersebar hampir di seluruh Indonesia di semua kalangan.

Berbicara tentang fashion, mungkin beberapa dari kita menyadari bahwa tren selalu berubah disetiap masa. Hal ini dikarenakan pesatnya arus globalisasi dan modernisasi yang menyebabkan masyarakat berlomba-lomba untuk mengikuti tren tersebut. Tren tidak hanya berkembang menjadi tren terbaru namun, tren juga bisa dari tren lama yang diperbaharui. Seperti Citayam Fashion Week, banyak masyarakat khususnya remaja pengguna media sosial yang merasa bahwa busana yang dikenakan remaja di Citayam ini merupakan tren lama kisaran tahun 2010-2015 pada saat belum banyak budaya barat yang masuk. Beberapa dari mereka juga beranggapan bahwa memang busana remaja di Citayam sangat memberikan identitas ABG atau anak baru gede di Indonesia.

Adanya CFW menuai banyak pro dan kontra ditengah masyarakat. Ada masyarakat yang mendukung adanya fenomena CFW untuk memperkenalkan budaya berbusana remaja Indonesia dan ada juga masyarakat yang tidak mendukung adanya CFW karena menimbulkan beberapa dampak negatif seperti kemacetan, buang sampah sembarangan, dan lain sebagainya. Terlepas dari dampak negatif tersebut, CFW merupakan wadah baru bagi remaja Indonesia untuk berkreasi dan menjadi pembentukan identitas untuk remaja Indonesia.

Pengurangan dampak negatif adanya CFW dapat dilakukan dengan membentuk kerjasama dengan pihak-pihak terkait terutama pemerintah. Pemerintah dapat membuat sebuah kebijakan dan peraturan ditengah-tengah CFW dengan tujuan mengarahkan, mendampingi, dan mengedukasi remaja yang berkreasi di CFW. Sehingga, keberjalanan CFW dapat berlangsung dengan baik dan mengais banyak dampak positif untuk karakter berbusana remaja Indonesia dengan mengurangi dampak negatif yang terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun