Mohon tunggu...
FADILLA INTAN NUR ASSIFA
FADILLA INTAN NUR ASSIFA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Negeri Malang

Sapa dan menyapa menjadi hal sepele namun berkenang di dalam hati maka perkenalkan kalian bisa memanggilku Fadilla. Keseharianku mungkin tak jauh beda dengan kalian hanya saja alur kita mungkin tak sama. Aku suka merangkai kata menikmati segala rasa yang tersirat didalam surat. Melekat dalam benakku adalah pengalaman maka kuabadikan dengan foto-foto untuk kembali mengenang rasa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa UM Bergerak Menebar Benih Cinta Budaya

22 Mei 2022   06:00 Diperbarui: 22 Mei 2022   06:04 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 21 Mei diperingati sebagai hari "Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia". Tentunya hal ini menjadi tagline yang harus diperhatikan oleh masyarakat supaya lebih peka terhadap budayanya. Meninjau wilayah Indonesia yang luas mulai dari Sabang sampai Merauke dengan 1340 suku (BPS, 2010) mampu menghasilkan berbagai macam keanekaragaman budaya. Sehingga, tak heran jika terdapat budaya yang dijadikan sebagai simbol ataupun ciri khas dari suatu daerah seperti halnya tarian. Indonesia sendiri memiliki lebih dari 3000 tarian asli berasal dari setiap suku yang ada. Lenggak-lenggok tari yang indah diiringi irama musik yang berbeda-beda antara tari satu dengan lainnya memunculkan suatu ketertarikan mata untuk memandang, telinga untuk mendengar, dan hati untuk merasakan. 

Dibalik menakjubkanya suatu tarian, terdapat problematika yang mengakibatkan konflik terombang-ambingnya hak milik budaya.  Pada bulan lalu yaitu awal April 2022, Indonesia digemparkan dengan isu bahwa Reog yang merupakan kesenian tari daerah berasal dari Ponorogo akan di klaim oleh Negeri Jiran (Malaysia) sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritagen/ ICH) ke UNESCO. Namun, kemudian pihak Malaysia mengklarifikasi bahwasanya mereka tidak berhasrat untuk melakukan pengajuan klaim budaya tersebut.

Kini, Reog Ponorogo juga sudah dilakukan pengajuan warisan budaya milik Indonesia oleh pemerintah ke UNESCO pada tanggal 18 Februari 2022. Mengingat munculnya kembali isu perdebatan klaim budaya Reog yang terulang kembali sejak tahun 2007 perlu di notice oleh seluruh rakyat Indonesia khususnya bagi warga Ponorogo itu sendiri. Pementasan sendratari Reog tak tanggung-tanggung untuk dipertunjukan kembali sebagai bentuk ungkapan kecintaan masyarakat. Hastag #SaveReogPonorogo marak digencarkan oleh seluruh elemen masyarakat termasuk pelajar.

Mahasiswa sebagai pelajar yang dididik untuk berguna bagi nusa dan bangsa harus memiliki itikad  dan usaha yang keras dalam mengambil peran untuk membantu memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Tak mau ketinggalan, Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) ikut andil dengan kerja yang nyata menyasar pada aspek dasar yang mempengaruhi pergerakan bangsa yaitu melalui ikut serta membantu mengembangkan SDM pelajar. Kelompok kerja yang terdiri dari 5 orang dan diketuai oleh Angelie Anggie Permata Herdy Padmasari dengan anggotanya Azis Mukhodimah, Brianada Nadya Clarabella, Fadilla Intan Nur Assifa, Ringgit Riska Dewi sukses melaksanakan kontribusinya pada hari Senin, tanggal 18 April 2022 yang mana pada saat itu dalam suasana bulan suci Ramadhan. Mereka menamakan projeknya sebagai "Gerakan Save Budaya" dengan bekerja sama oleh pihak panti asuhan yaitu Panti Asuhan Darul Jundi, Malang.

Dokpri
Dokpri

Kegiatan diisi mulai dari pembukaan, sambutan, penyampaian materi "Keanekaragaman Budaya", nonton film "Sejarah Reog", sesi minigames, buka bersama, sholat berjamaah, nonton tari Reog, dan kemudian penutup. "Kegiatan ini berlangsung sangat kondusif sesuai dengan harapan dan planing kita bersama, respon anak-anak yang tanggap memunculkan semangat bagi kita dalam berbagi baik berupa tenaga maupun pikiran, selain itu pihak panti juga sangat welcome terhadap keberadaan kami sehingga semakin memudahkan dalam proses pelaksaan projek ini", papar Anggi selaku ketua pelaksana.

Dari hasil kegiatan ini adik-adik panti yang kami sasar dari kalangan pelajar Sekolah Dasar (SD) jadi paham terhadap budaya di Indonesia dan tidak berfokus pada daerah wilayah sendiri saja melainkan mereka ikut mengenal dan suka terhadap budaya daerah lain (luar Malang) khususnya daerah Ponorogo.

Antusiasme adik-adik panti menjadi hal yang sangat menyenangkan yang didapatkan dari projek ini, dilihat dari kemampuan mereka dalam sesi minigames dengan soal mulai dari materi keanekaragaman, sejarah Reog, sampai dengan tokoh-tokohnya mereka mampu memahaminya dan menjawab kuis dengan benar. Di akhir acara Anggi memberikan reward terhadap masing-masing tim yang telah berhasil memenangkan sesi minigames sebagai bentuk apresiasi kepada adik-adik dan tak lupa juga memberikan cendera mata terhadap pihak panti.

Dokpri
Dokpri

Harapan diadakannya projek ini selaras dengan tujuan peringatan hari "Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia". Kegiatan ini mampu menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih mencintai budaya dan toleran terhadap perbedaan karena sejatinya perbedaan itu ada untuk suatu keindahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun