Tanggal 21 Mei diperingati sebagai hari "Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia". Tentunya hal ini menjadi tagline yang harus diperhatikan oleh masyarakat supaya lebih peka terhadap budayanya. Meninjau wilayah Indonesia yang luas mulai dari Sabang sampai Merauke dengan 1340 suku (BPS, 2010) mampu menghasilkan berbagai macam keanekaragaman budaya. Sehingga, tak heran jika terdapat budaya yang dijadikan sebagai simbol ataupun ciri khas dari suatu daerah seperti halnya tarian. Indonesia sendiri memiliki lebih dari 3000 tarian asli berasal dari setiap suku yang ada. Lenggak-lenggok tari yang indah diiringi irama musik yang berbeda-beda antara tari satu dengan lainnya memunculkan suatu ketertarikan mata untuk memandang, telinga untuk mendengar, dan hati untuk merasakan.Â
Dibalik menakjubkanya suatu tarian, terdapat problematika yang mengakibatkan konflik terombang-ambingnya hak milik budaya. Â Pada bulan lalu yaitu awal April 2022, Indonesia digemparkan dengan isu bahwa Reog yang merupakan kesenian tari daerah berasal dari Ponorogo akan di klaim oleh Negeri Jiran (Malaysia) sebagai Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritagen/ ICH) ke UNESCO. Namun, kemudian pihak Malaysia mengklarifikasi bahwasanya mereka tidak berhasrat untuk melakukan pengajuan klaim budaya tersebut.
Kini, Reog Ponorogo juga sudah dilakukan pengajuan warisan budaya milik Indonesia oleh pemerintah ke UNESCO pada tanggal 18 Februari 2022. Mengingat munculnya kembali isu perdebatan klaim budaya Reog yang terulang kembali sejak tahun 2007 perlu di notice oleh seluruh rakyat Indonesia khususnya bagi warga Ponorogo itu sendiri. Pementasan sendratari Reog tak tanggung-tanggung untuk dipertunjukan kembali sebagai bentuk ungkapan kecintaan masyarakat. Hastag #SaveReogPonorogo marak digencarkan oleh seluruh elemen masyarakat termasuk pelajar.
Mahasiswa sebagai pelajar yang dididik untuk berguna bagi nusa dan bangsa harus memiliki itikad  dan usaha yang keras dalam mengambil peran untuk membantu memberikan kesejahteraan bagi rakyat. Tak mau ketinggalan, Mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) ikut andil dengan kerja yang nyata menyasar pada aspek dasar yang mempengaruhi pergerakan bangsa yaitu melalui ikut serta membantu mengembangkan SDM pelajar. Kelompok kerja yang terdiri dari 5 orang dan diketuai oleh Angelie Anggie Permata Herdy Padmasari dengan anggotanya Azis Mukhodimah, Brianada Nadya Clarabella, Fadilla Intan Nur Assifa, Ringgit Riska Dewi sukses melaksanakan kontribusinya pada hari Senin, tanggal 18 April 2022 yang mana pada saat itu dalam suasana bulan suci Ramadhan. Mereka menamakan projeknya sebagai "Gerakan Save Budaya" dengan bekerja sama oleh pihak panti asuhan yaitu Panti Asuhan Darul Jundi, Malang.
Kegiatan diisi mulai dari pembukaan, sambutan, penyampaian materi "Keanekaragaman Budaya", nonton film "Sejarah Reog", sesi minigames, buka bersama, sholat berjamaah, nonton tari Reog, dan kemudian penutup. "Kegiatan ini berlangsung sangat kondusif sesuai dengan harapan dan planing kita bersama, respon anak-anak yang tanggap memunculkan semangat bagi kita dalam berbagi baik berupa tenaga maupun pikiran, selain itu pihak panti juga sangat welcome terhadap keberadaan kami sehingga semakin memudahkan dalam proses pelaksaan projek ini", papar Anggi selaku ketua pelaksana.
Dari hasil kegiatan ini adik-adik panti yang kami sasar dari kalangan pelajar Sekolah Dasar (SD) jadi paham terhadap budaya di Indonesia dan tidak berfokus pada daerah wilayah sendiri saja melainkan mereka ikut mengenal dan suka terhadap budaya daerah lain (luar Malang) khususnya daerah Ponorogo.
Antusiasme adik-adik panti menjadi hal yang sangat menyenangkan yang didapatkan dari projek ini, dilihat dari kemampuan mereka dalam sesi minigames dengan soal mulai dari materi keanekaragaman, sejarah Reog, sampai dengan tokoh-tokohnya mereka mampu memahaminya dan menjawab kuis dengan benar. Di akhir acara Anggi memberikan reward terhadap masing-masing tim yang telah berhasil memenangkan sesi minigames sebagai bentuk apresiasi kepada adik-adik dan tak lupa juga memberikan cendera mata terhadap pihak panti.
Harapan diadakannya projek ini selaras dengan tujuan peringatan hari "Dialog dan Pengembangan Perbedaan Budaya Sedunia". Kegiatan ini mampu menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk lebih mencintai budaya dan toleran terhadap perbedaan karena sejatinya perbedaan itu ada untuk suatu keindahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H