Pernahkah kalian bertanya-tanya ketika menonton sebuah film fiksi, bagaimana beberapa adegan fantastis yang terdapat pada adegan film-film laga dan superhero Hollywood dapat terlihat begitu nyata dan indah?Â
Seperti pada film The Batman (2022) garapan sutradara asal Amerika Serikat Matt Reeves yang dirilis pada tanggal 2 Maret lalu, pemandangan Gotham City yang tampak di dalam film terlihat sangat indah dengan detail yang begitu luar biasa bisa kalian nikmati dibalik kursi empuk bioskop terdekat.Â
Atau jika kalian mengikuti serial Star Wars yang baru saja menyelesaikan musim kedua nya, The Mandalorian, yang mengikuti perjalanan seorang pembunuh bayaran bersama alien lucu mengelilingi galaksi nan jauh. Di dalam serial yang tayang eksklusif dalam platform streaming Disney+ ini, penonton akan dibawa menuju tempat-tempat asing dan eksotis di planet lain yang pastinya benar-benar asing.Â
Jika kalian penasaran, kedua adegan fantasi yang realistis diatas merupakan hasil dari teknologi StageCraft yang diciptakan oleh Richard Bluff dan Rob Bredow dari perusahaan teknologi efek visual Industrial Light & Magic, serta Kim Libreri dari Epic Games. Ketiganya berhasil menciptakan teknologi dimana kru efek spesial dibalik film dan acara serial bisa menciptakan efek visual yang fantastis secara real-time atau langsung menggunakan tembok yang dipenuhi dengan barisan layar LED.
Bukan itu saja, teknologi StageCraft yang diusung ILM ini juga dilengkapi dengan sound stage bernama The Volume, yang bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan film. The Volume merupakan bagian dari set dimana para aktor bisa memainkan peran mereka seakan-akan mereka benar-benar berada di dalam dunia fantasi, jauh lebih efektif daripada menggunakan teknologi Green Screen yang sering dipakai untuk film-film Hollywood pada umumnya!
Teknologi ini telah digunakan didalam beberapa film-film Hollywood berbudget besar seperti Star Wars, The Batman, dan film garapan Marvel, Thor: Love and Thunder yang akan dirilis pada bulan Juli mendatang, loh. Jadi penasaran nih, bagaimana jika teknologi ini dipakai dalam film garapan Indonesia.