Perubahan Dalam Pendidikan Indonesia
perubahan lagi? Berbicara tentang perubahan itu perlu karena itu wajar dan terjadi setiap saat. Artinya segala sesuatu dalam kehidupan ini pasti akan terus berubah, termasuk dunia pendidikan yang merupakan aspek krusial dalam kehidupan berbangsa. Perubahan dunia pendidikan tercermin dari munculnya berbagai inovasi terkait sistem pendidikan, praktik pembelajaran, media pembelajaran dan lain sebagainya yang berkenaan dengan dunia pendidikan. Salah satu yang dapat terlihat adalahadalah perubahan kurikulum Indonesia, dilakukan sebagai bentuk antisipasi perkembangan dan kebutuhan abad ke-21 Â Semua perubahan ini didorong oleh perubahan kebutuhan keterampilan dan dengan demikian berdampak pada kelangsungan pendidikan di masa depan.
Tiga tahun terakhir krisis kesehatan melanda seluruh negeri, dengan dampak yang fatal terhadap kelangsungan banyak aspek dalam perencanaan, pengolahan dan pengembangan setiap produk, program dan inovasi. Munculnya krisis kesehatan yang dikenal dengan Covid-19, atau wabah pada akhir Desember 2019, menjadi salah satu titik di mana kelangsungan pendidikan telah berubah secara radikal, khususnya di Indonesia. Perubahan yang dimaksud adalah untuk sistem pembelajaran yang dapat dialihkan secara online menggunakan platform pembelajaran yang berbeda seperti Zoom, Google Meeting, Google Classroom, Edmodo. karena terbatasnya waktu untuk berkumpul dan belajar di kelas di mana sistem ini pada akhirnya disepakati oleh Sekolah dan universitas karena urgensi situasi.
Perubahan seketika yang tidak pernah di prediksi sebelumnya ini secara tidak langsung berdampak terhadap intensitas belajar anak Hamdan et al., ( Dalam Tono , 2022 : 251) menjelaskan karena pada dasarnya tidak ada yang siap 100% untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh khususnya pada negara-negara berkembang yang memerlukan upaya lebih dari berbagai aspek untuk dapat melaksanakannya dengan baik, serta terhambat oleh infrastruktur yang buruk seperti jaringan listrik, jaringan Internet, aksesibilitas yang sulit, serta kemampuan digital yang cukup rendah . Hal tersebut juga senada dengan penelitian yang disampaikan oleh Adi dkk. ( Dalam Tono , 2022 : 251) berkaitan dengan dampak pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi COVID-19, yang menyebutkan bahwa keterbatasan interaksi langsung serta ketersediaan aksesibilitas yang terbatas menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi.
Bagaimana Problematika Pendidikan di Atasi  ?
Pergeseran drastis dalam pembelajaran ini juga membuat para orang tua khawatir. Persepsi mereka tentang transisi pembelajaran ke rumah ini menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua yang masih  harus tetap menjalani kewajibannya di luar. Sehingga banyak dari orang tua di luar sana yang pada akhirnya harus membagi Fokus antara pekerjaan mereka dengan kewajiban mendampingi anak mereka belajar di rumah.. Namun, banyak orang tua tidak memahami keterbatasan sistem pembelajaran saat ini dan oleh karena itu tidak dilengkapi dengan baik untuk mendukung pembelajaran di rumah anak dan siswa mereka secara optimal. Namun keterbatasan dari itu banyak orang tua tidak paham dengan sistem pembelajaran yang sedang berlangsung, sehingga orang tua belum cukup mampu membantu secara maksimal anak atau siswa selama melakukan pembelajaran di rumah.
Berbagai Problematika pendidikan imbas dari kondisi pandemi Covid-19 yang semakin menujukan peningkatan setiap detik, menit, jam dan harinya membawa resah tak berujung bagi dunia pendidikan. Bukan sekadar kekhawatiran para orang tua saja Pasalnya dunia pendidikan kembali di hantui dengan ancaman learning looss seperti yang pernah terjadi saat wabah polio beberapa tahun silam. Ancaman Learning loss ini akan menimbulkan Efek samping yang berbahaya bagi perkembangan, daya pikir, dan kreativitas anak. Gejalanya anak akan mengalami kesulitan dalam memahami materi yang di jelaskan atau yang sedang mereka pelajari, keterlambatan dalam berpikir, hilangnya minat dalam pembelajaran, dan lain sebagainya. Probleamatika pendidikan ini menjelma menjadi Public issue yang harus di perhatikan oleh berbagai pihak sebab akan membawa dampak panjang bagi pendidikan kita ke depannya. Jalan keluar yang di pilih-pun harus mempertimbangkan banyak hal terhadap dampaknya bagi siswa yang menjadi kelinci percobaan dalam laboratorium pendidikan kita.
Rasionalisasi pertimbangan akan dampak kebijakan atau upaya yang di ambil harus memperhatikan berbagai aspek yang mungkin nantinya akan ikut terkena imbasnya akibat dari upaya percobaan ini. Misalnya, perlu dikaji apakah upaya dalam mengatasi probelematika pendidikan ini akan mengganggu perkembangan biologis, psikologis, motorik, sosial dan lain sebagainya.sebab upaya penyelesaian yang di pilih atau di ambil tidak boleh mengganggu hak-hak mereka sebagai seorang anak yang sedang bertumbuh dan berkembang dalam fasenya sendiri.
Tepatkah Upaya Pemulihan yang di Pilih?
Jika kita bertanya, sebenarnya tepatkah Upaya Penyelesaian yang di pilih? Pada Upaya kali ini jalan keluar yang di pilih oleh mas menteri atau bapak KEMENDIKBUD kita adalah penyederhanaan dan inovasi kurikulum baru yang di kenal dengan istilah "Kurikulum darurat" dan terbaru " Kurikulum Merdeka " . kedua kurikulum ini sebagai respons pemerintah terhadap kondisi pandemi yang begitu kompleks. Kurikulum darurat (dalam kondisi khusus) ini pada intinya merupakan penyederhanaan dari kurikulum nasional. Munajim, et all ( dalam tono ,2022 ; 252) Pada kurikulum darurat dilakukan pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran sehingga guru dan siswa dapat berfokus pada kompetensi esensial dan kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya, sehingga kurikulum darurat digambarkan memiliki fleksibilitas yang tinggi dengan memberikan ruang kepada satuan pendidikan untuk mendesain struktur kurikulum, kegiatan pembelajaran, dan media pembelajaran.
Untuk mengatasi perbedaan ke tercapaian kompetensi siswa sebagai akibat krisis pembelajaran yang terjadi ini, diperlukan kebijakan pemulihan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu di mana Kurikulum Merdeka menjadi salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut.Sementara "Kurikulum Merdeka" yang menjadi pengembangan dan pembaruan mas menteri dan timnya ini, mengedepankan konsep "Merdeka Belajar" bagi siswa yang dirancang menurut marisa ( Dalam Tono, 2022 : 253) untuk membantu pemulihan krisis pembelajaran yang terjadi akibat adanya pandemi COVID-19. Penggunaan teknologi dan kebutuhan kompetensi di era sekarang ini, menjadi salah satu dasar dikembangkannya Kurikulum Merdeka Pemanfaatan teknologi yang semakin masif serta program lain yang direncanakan oleh pemerintah seperti Sekolah Penggerak, Guru Penggerak, SMK Pusat Keunggulan (SMK-PK), dan sebagainya menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka untuk pemulihan krisis pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pendidikan nasional di Indonesia telah melaksanakan beberapa kurikulum sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Kurikulum-kurikulum tersebut telah berulang kali mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan 2004, 2006 serta yang terbaru adalah kurikulum 2013. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat sebagai suatu konsep yang harus mampu menjawab semua tantangan yang ada di mana kurikulum diterapkan.