Setiap orang tua ingin anaknya ada di sana. Anak yang diharapkan oleh orang tua adalah anak yang sempurna tanpa kekurangan. Faktanya, tidak ada manusia yang tidak memiliki kekurangan. Tidak ada manusia yang sama dengan manusia lainnya. Apa pun keadaannya, Pencipta Yang Mahakuasa menjadikan manusia unik. Tidak semua orang ingin dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan cacat atau cacat. Orang tua juga tidak ingin anaknya terlahir dengan disabilitas.
Kelahiran anak istimewa tidak peduli ia berasal dari keluarga kaya, keluarga terpelajar, keluarga miskin, keluarga beragama atau tidak. Orang tua tidak bisa menolak anak berkebutuhan khusus. Faktor-faktor penyebab anak berkebutuhan khusus sejak lahir dapat dibedakan menjadi tiga klasifikasi, yaitu peristiwa sebelum lahir, saat lahir, dan sebab-sebab yang muncul setelah lahir seperti yang dibawah ini:
1. Pre-natal Adanya kelainan pada anak dalam kandungan atau sebelum lahir. Hal ini disebabkan oleh faktor dalam yaitu faktor genetik dan keturunan atau faktor luar yaitu pendarahan ibu yang mungkin disebabkan oleh terbentur atau terjatuhnya rahim pada saat hamil atau memakan makanan atau obat yang membahayakan janin dan berujung pada hal tersebut. janin yang kekurangan gizi.Â
2. Peri-NatalI ni sering disebut Natal ketika kelainan terjadi selama persalinan dan sebelum serta segera setelah kelahiran. Misalnya saja kelahiran sulit, pertolongan yang salah, kelahiran tidak spontan, kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, infeksi karena ibu mengidap penyakit sipilis.Â
3. Kelainan pasca kelahiran muncul setelah anak lahir sampai akhir usia perkembangan (sekitar 18 tahun). Hal ini dapat disebabkan oleh kecelakaan, keracunan, tumor otak, kejang, dan diare pada masa kanak-kanak. Orang tua seringkali terlambat mengetahui bahwa anaknya mempunyai kebutuhan khusus. Orang tua baru mempelajari dan menerapkan terapi pada anaknya ketika usia anak sudah lebih dari 5 tahun, sehingga sulit mengubah kebiasaan yang terbentuk pada diri anak dan potensi anak belum terwujud.Â
Perawatan anak yang mengalami kesulitan belajar.Â
1. Terapi perilaku yang umum digunakan adalah modifikasi perilaku. Dalam hal ini, anak menerima imbalan langsung jika ia mampu melaksanakan suatu tugas atau kewajiban atau berperilaku positif tertentu. Di sisi lain, anak juga mendapat teguran jika berperilaku negatif. Hadiah dan peringatan langsung ini memungkinkan anak-anak mengendalikan perilaku negatif yang tidak diinginkan baik di sekolah maupun di rumah.
2. Psikoterapi suportif dapat diberikan kepada anak dan keluarganya. Tujuannya untuk memberikan wawasan dan pemahaman terhadap kesulitan yang ada sehingga dapat menciptakan motivasi yang koheren untuk mengatasi kesulitan tersebut.
3. Pendekatan psikososial lainnya untuk guru dan pelatihan keterampilan sosial untuk anak-anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H