Mohon tunggu...
Fadila Aulia Rahmi
Fadila Aulia Rahmi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bermain badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Menumbuhkan Rasa Empati Pada Generasi Z

13 Juni 2023   13:36 Diperbarui: 13 Juni 2023   13:49 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Oleh:Fadila Aulia Rahmi
Bagaimana sih, cara menumbuhkan rasa empati pada generasi Z sekarang, agar adanya rasa empati di dalam diri mereka sedari kecil. Generasi Z merupakan generasi dimana yang hidup di zaman komunikasi teknologi tinggi, gaya hidup yang berserba teknologi dan produktif dalam menggunakan media sosial. Biasanya generasi ini paling mahir yang berbau dengan teknologi atau yang sering disebut dengan smart phone, dimana generasi Z ini banyak menghabiskan waktunya dengan smart phone dalam segala aktifitas mereka. Menurut Cilliers (2017) generasi ini lahir di dunia yang terhubung secara global (internet), hidup dan bernafas dengannya.
Maka dari itu generasi Z sangat sulit untuk bersosialisasi secara langsung dengan lingkungannya dan membuatnya lebih senang dengan dunia mereka sendiri dimana mereka lebih asik dengan handphone yang mereka miliki sehingga kurangnya rasa empati pada generasi sekarang dan mereka lebih asik bersosialisasi pada teman dunia maya mereka pada teman jarak dekat mereka. Hal tersebut membuat generasi ini menjadi generasi yang rendah tingkat kecakapan komunikasi lisannya cenderung krisis etika. Selain itu, generasi Z pada sekarang ini sangat cuek pada keadaan sekitar mereka dan tidak menghargai orang lain.
Pendapat Amalina (2017) empati merupakan kecerdasaan moral dan emosional, selain itu empati juga merupakan salah satu bagian penting dalam social life skill. Peranan orang tua sangat penting dalam memperhatikan tumbuh kembang seorang anak yang dimana parenting pada masa lalu dan sekarang sangatlah menentukan sifat anak dan membentuk karakter mereka. Dimana pada generasi sekarang lebih sering menatap gadget mereka dan kurangnya pengawasan orang tua yang menyebabkan anak banyak menyerap nilai negatif dari yang mereka lihat dari handphone tersebut sehingga menjadikan karakter anak menjadi pembangkang, kurang menghargai orang, dan membentuk karakter anak menjadi emosional pada dirinya.
Shephard, Arnold, dan Gibbs (2006) mengatakan pada studi mereka. Orang tua di negara-negara maju telah melakukan semacam pengawasan atas penggunaan teknologi informasi dan komunikasi oleh anak-anak mereka. Mereka cenderung merasa bahwa satu jam yang digunakan di depan layar komputer sama halnya dengan kehilangan waktu bermain di luar rumah, ngobrol dengan keluarga, membaca buku, aktif dalam kegiatan hobi, dan melakukan pekerjaan rumah.
Cara menumbuhkan empati pada diri mereka dengan metode mengajarkan anak untuk mengelola emosi dalam dirinya, rasa empati dapat tumbuh apabila anak dapat mengelola emosinya. Hal inilah yang harus orang tua ajarkan kepada anak untuk mengenali emosi yang dirasakan dengan hal tersebut anak dapat lebih mudah untuk merasakan apa yang mungkin dirasakan oleh orang lain. Selain itu, memberikan contoh yang baik kepada anak apa yang dilakukan orang tua, tentu akan mudah dicontoh atau diikuti oleh anak-anak. Maka, ada baiknya orang tua juga harus mengambil sikap dan memberikan contoh baik kepada anak. Maka dari itu orang tua harus mencoba untuk menunjukkan padanya sikap sopan, bersikap baik, peduli dan penuh kasih kepada semua makhluk hidup.
Mengajari anak untuk bersyukur dan memuji orang lain, hal lain yang dapat diajarkan orang tua menumbuhkan rasa empatunya adalah dengan mengajarkan anak untuk bersyukur. Hal-hal kecil seperti ini, ternyata dapat menjadi hal yang ampuh yang dapat diterapkan dalam parenting anak agar lebih memahami kondisi diri. Buat anak menjadi relawan dan terlibat dalam kegiatan amal, jika anak sudah besar dan bisa memahami dengan lebih mudah, kamu juga bisa mengajarkan hal ini. Kamu dapat mencoba mengajak atau mendorongnya melakukan kegiatan-kegitan baik seperti beramal dan membatu orang lain yang kesusahan. Hal ini juga dapat membuat anak lebih bersyukur atas kehidupannya dan merasa bahagia karena dapat menolong orang lain. Ajarkan anak-anak untuk focus pada apa yang dikatakan orang lain dan menghindari gangguan atau interupsi saat berbicara. Hal ini akan membantu anak-anak memahami persaan orang lain dan merespons dengan tepat.
Ajarkan mereka untuk mengidentifikasi perasaan seperti senang, sedih, marah, dan takut. Hal ini akan membantu anak-anak memahami persaan orang lain dan merespons dengan tepat. Ajarkan juga pada mereka untuk menghargai perbedaan dalam budaya, agama, dan latar belakang lainnya. Hal ini akan membantu anak-anak memahami bahwa orang lain memiliki pandang kepercayaan, dan nilai yang berbeda-beda. Membaca cerita atau menonton flim yang mengandung cerita tentang emosi orang lain dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa empati, karena akan membantu anak memahami perasaan dan emosi orang lain. Terapkan pada diri anak untuk selalu menolong orang lain yang sedang kesulitan, karena dalam menerapakan untuk membantu orang lain mereka anak merasakan kebahagiaan ketika dapat membantu orang lain dan membangun rasa empati pada anak.
Adapun empati dapat diwujudkan dengan dua cara, yaitu secara lisan dan berperilaku. Empati secara lisan adalah bagian dari rasa kepedulian yang diungkapkan langsung secara lisan terhadap suatu keadaan atau kejadian tertentu. Sehingga merasakan apa yang dilihat, didengar, dan dilihat. Menurut Yaqin (2018) sikap empati dalam ajaran islam sangat esensial, terutama kepada sesame muslim. Al-Qur'an dan Hadits menjunjung tinggi nilai-nilai seperti solidaritas, persaudaraan, kesadaran sosial, kemurahan hati, keadilan, berbaik sangka, tolong-menolong, sabar, jujur, ramah dan dermawan.
Menurut Taufik (2012) ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam mengasah empati pada diri kita yang mana diantara itu; ingat semua emosi yang pernah dialami, pengalaman yang diingat akan membantu individu untuk memahami perasaan dan kondisi tertentu pada orang lain, sehingga individu dapat memperlakukan orang lain tersebut dengan apa yang diharapkan pada pengalaman sebelumnya. Perhatikan orang lain atau lingkungan sekitar, memperhatikan orang lain atau lingkungan sekitar dapat memberikan informasi tentang keadaan yang terjadi di sekitar kita. Informasi ini dapat menjadi panduan ataupun pembanding untuk memberikan respon tindakan terhadap kesulian orang lain. Mendengarkan curhatan orang lain, semakin banyak cerita yang didengarkan membuat individu lebih kaya dengan informasi pengalaman orang lain dan pada akhirnya akan membuat individu lebih mengetahui bagaimana cara memahami perasaan individu lain.
Membayangkan perasaan orang lain dan akibatnya, membayangkan kejadian yang dialami oran lain akan membuat individu masuk ke dalam sebuah situasi yang hampir sama dengan apa yang dialami orang tersebut. Sehingga akan menimbulkan suasana emosi individu apabila kejadian tersebut menimpanya dan akan mampu membangkitkan empati.

REFERENSI

Yaqin, Ainul. 2021. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Empati Peserta Didik dan Metode Pengembangannya. Jurnal Tabiyah Islamia: Jurnal Pendidikan dan keislaman. Universitas Islam Majapahit (UNM) Mojokerto. Vol. 11. No. 1
Miftakhuddin, Muhammad. 2020. Pengembangan Model Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Karakter Empati pada Generasi Z. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 17. No. 1
Sustiyo, Joko. 2022. Apakah Empati Mempengaruhi Kesadaran Pajak Generasi Z. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4. No. 7
Fitriani, Latifa. 2022. Penanaman Empati Digital di Era Social Society 5.0. Jurnal Pendidikan: Riset&Konseptual. Vol. 6. No. 4

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun