Mohon tunggu...
Fadiatur Rahmi
Fadiatur Rahmi Mohon Tunggu... -

Seorang perempuan Aceh kelahiran Kota wisata Sabang. Sedari kecil sampai sekarang ia percaya bahwa Kakek buyutnya berasal dari India. saat ini tinggal dan menetap di Banda Aceh menggeluti hobinya cuap-cuap untuk memenuhi sistem kredit satuan sembari terkadang menarikan jemarinya diatas tuts-tuts keyboard hingga melarikan diri pada game-game asyik yang begitu mengusik untuk ditelisik.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Surat Terbuka] Miss Aceh Asal Surabaya Pamer Dada, Pemerintah Diam Saja

23 Februari 2016   21:29 Diperbarui: 25 Februari 2016   17:51 2227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Banda Aceh, 22 Februari 2016

Siang ini begitu panas, entah karena matahari sedang ingin bersinar terang atau karena awan yang memang sedang enggan menaungi alam. Sudahlah, jangan hiraukan itu. Saat ini saya hanya ingin menyampaikan selaksa tulisan dalam bentuk surat terbuka ini kepada Panitia Miss Indonesia 2016 dan juga kepada gadis cantik Flavia Celly Jatmiko sang “Miss Aceh asal Surabaya”, serta kepada yang terhormat Bapak Gubernur Aceh.

Ibu Liliana Tanoe Soedibyo selaku ketua panitia, tentu anda sudah sangat kenyang dengan berbagai kecaman mulai dari ketika Retna Maharani mewakili Aceh dalam kontes miss Indonesia pada Tahun 2013 yang bahkan tidak dikenal oleh orang Aceh sendiri, kemudian kasus Shinta Alvionita, gadis Aceh Asli yang melepas jilbabnya ketika mengikuti Miss Indonesia padahal sebelumnya pada tahun 2008 ia tetap berjilbab dalam ajang Puteri Indonesia dan yang masih hangat tahun lalu, Ratna Nurlia Afiandini yang juga merupakan "gadis Aceh" rasa Surabaya. Oleh karena itu, melalui surat ini saya tidak akan menghujat anda, tidak juga menyalahkan anda, karena mungkin pemerintah kami yang tidak sadar bahwa anda sedang mencoreng wajah pemerintah Aceh. Harus saya akui sebagai seorang pebisnis anda hebat. Mampu tetap tersenyum dan berdiri tegak memilih siapapun gadis cantik yang anda inginkan untuk mewakili Aceh meski anda dihujani ribuan kecaman.

Sebagai seorang interpreneur tentunya anda akan melakukan apapun untuk mendatangkan pundi-pundi rupiah meski itu harus menginjak-injak orang lain, bahkan yang lebih tragis meski itu harus menginjak-injak peradaban sebuah bangsa. Namun, anda tetap tidak salah, pemerintah kami lah yang tak mampu bersuara di bawah terjangan kaki anda yang begitu indah.

Ibu Liliana, mengingat Kesuksesan dan kekayaan anda sudah pasti anda adalah perempuan berpendidikan. Saya yakin ketika anda sekolah tentu tidak diajarkan untuk menghina dan menjatuhkan orang lain bukan? anda pantas ditempatkan sebagai seorang perempuan hebat negeri ini. Tetapi, dengan kehebatan itu tolong jangan rampas identitas kami sebagai perempuan Aceh untuk kemudian anda sematkan pada gadis lain yang mungkin tanah Aceh saja tak pernah mencatat jejak langkahnya.

Kami perempuan Aceh, mungkin memang bukan gadis-gadis suci tanpa nista bak bidadari syurga, karena setiap manusia pasti punya dosa. Tetapi, kami selalu ingin menutupi diri dari fitnah dan tetap ingin berdiri tegak menjunjung tinggi harkat dan martabat negeri kami sebagai negeri di mana Islam Nusantara bermuara.

Dear Dik Flavia Celly Jatmiko yang cantik jelita, pastinya Dik Celly sudah tahu apa yang akan terjadi jika adik mewakili negeri Serambi Mekkah ini. Dik Celly yang pintar pasti juga sudah membaca bagaimana Qory Sandioriva dihujat, dan bagaimana Retna Maharani serta juga Ratna Nurlia Alfiandini yang juga berasal dari Surabaya dikecam. Jika, keduanya tidak juga mampu menyurutkan langkah dik Celly untuk juga turut mencoreng nama Aceh, saya jadi ingin bertanya, kesalahan apa sudah kami (perempuan Aceh) lakukan pada adik sehingga begitu teganya Dek Celly melukis wajah kami (perempuan Aceh) dengan tinta hitam legam?

Berbilang tahun hal ini telah terjadi, dan terus saja berulang setiap tahunnya. Tetapi, pemerintah kami diam saja. Sementara kami yang rakyat biasa hanya bisa berkoar-koar di media sosial tanpa ada yang peduli. Ah, sudahlah... Mungkin memang pemerintah kami dipimpin oleh orang tua yang pernah lama menetap di luar negeri sehingga hal-hal semacam ini dianggap biasa saja.

Kepada bapak Gubernur, banyak hal yang berkecamuk di dalam pikiran saya pak. Hingar bingar perpolitikan tak mengusik saya, begitu pun carut marut birokrasi bukan urusan saya, tetapi ketika peradaban dan sejarah negeri ini dipermalukan sedemikian rupa, masih kah saya sebagai perempuan Aceh tetap tak peduli seperti yang bapak lakukan?

Tidak pak. Maafkan, saya tidak bisa diam sehingga menuliskan kalimat-kalimat ini. Karena jika saya hanya melihat dan beristighfar dalam hati saja, rasanya saya telah mengkhianati perjuangan Cut Nyak Dhien yang tetap menolak melepas kerudungnya meski dalam pengasingan.

Saya juga tak pernah menetap di luar negeri Pak. Hidup saya hanya di Aceh saja, sehingga ketika seorang gadis melabelkan predikat daerah ini melilit tubuh indahnya untuk dipertontonkan pada jutaan mata manusia, rasa-rasanya saya ingin marah, murka dan kecewa sekaligus nelangsa karena saya tak bisa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun