Mohon tunggu...
Fadiatur Rahmi
Fadiatur Rahmi Mohon Tunggu... -

Seorang perempuan Aceh kelahiran Kota wisata Sabang. Sedari kecil sampai sekarang ia percaya bahwa Kakek buyutnya berasal dari India. saat ini tinggal dan menetap di Banda Aceh menggeluti hobinya cuap-cuap untuk memenuhi sistem kredit satuan sembari terkadang menarikan jemarinya diatas tuts-tuts keyboard hingga melarikan diri pada game-game asyik yang begitu mengusik untuk ditelisik.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Padanya Kutitip Rindu

5 Agustus 2016   17:12 Diperbarui: 5 Agustus 2016   17:17 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padanya kutitipkan rindu bukan berharap sampai dan tak pula menginginkan kau tahu.

Hanya agar ia tersimpan sebagai kenangan.

Dan bila suatu saat kita hendak bernostalgia, datanglah dan temui dia yang bersedia menjaga rindu itu hingga tak pernah punah diterpa Iselle dan Julion sekalipun.

Jangan menertawakannya, karena padanya kupercayakan seluruh rahasia kita.

Setiap lembar-lembar rekaman jejak langkah pada episode-episode kehidupan yang tak ingin ku ingat namun juga tak akan ku lupa.

Aku sangat yakin ia akan menjaganya, seyakin rasa yang dimiliki Laila pada Raja hingga bersedia membunuh suaminya.

Silahkan saja jika ingin memandangnya sebelah mata.

Meski demikian, telah ku ceritakan semua janji-janji yang pernah terucap diantara kita.

Janji yang apabila terdengar mampu menggelorakan semangat Sangkuriang yang ingin menikahi Ibunya sendiri hingga Tangkuban Perahu tegak berdiri.

Dan, tolong jangan pernah membencinya.

Karena ada mimpi-mimpi kita dalam untaian do’a-do’a harapan yang ia lantunkan di malam kudus.

Harapannya bagai permintaan seorang ibu yang selalu dikabulkan Tuhan.

Lalu, menurut mu masihkah ia tidak berarti?

Sayangnya, menurutku ia laksana Alamut yang berdiri kokoh di puncak Alborz.

Bagiku, ia bahkan lebih kuat daripada Tarbela menahan ombak di lautan lepas.

Dan, Untukku, ia lebih berharga dari Sunrise Ruby serta The Sancy yang begitu memukau.

Karena tempat itu adalah hati, dimana segala rasa bermula dan segala cerita bermuara.

Selamat Hari Puisi. :) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun