"Aduh yang, boleh balik dulu ke rumah gak? aku lupa bawa kacamata aku! Mumpung belum jauh dari rumah"
Seketika, pasangan saya merogoh isi tas kecil yang ada di pangkuannya
"Nih" ia memberikan kacamata saya tanpa ada kata kata lain, ia pun tetap fokus menyetir.
Sebuah kejadian simple yang membuat hati saya seperti ingin meledak. Mungkin sebelum saya pernah iseng-iseng mengambil quiz '5 Love Language' di internet, saya pikir saya ini orang yang hopeless romantic, mudah puas dengan hal hal kecil yang dilakukan oleh pasangannya. Tapi memang dengan keinisiatifan pasangan saya untuk membawakan kacamata saya, saya rasa itu adalah suatu aksi yang  sangat membantu hidup saya. Dengan kepekaannya dan perhatian yang ia tunjukan, saya pun merasa sangat dicintai.
Jadi, tidak lama setelah kejadian tersebut dan didasarkan oleh rasa ingin tahu yang tinggi, saya dan pasangan saya iseng-iseng mengambil quiz '5 Love Language' di internet untuk membunuh rasa bosan yang kami rasakan saat itu. Namun, dari suatu hal yang kami rasa iseng-iseng saja ternyata sangat memberikan kami suatu penjelasan mengenai bagaimana kami mencintai dan bagaimana kami ingin dicintai.
Pasangan saya mendapatkan Gifts sebagai salah satu love language utamanya. Tidak heran sih, karena memang pasangan saya ini tipe orang yang memperlihatkan rasa sayangnya dengan menghadiahkan saya barang ataupun jasa yang menurutnya saya butuhkan. Seperti membelikan saya sepatu dan baju atau membawa saya untuk spa day seharian. Dan ia pun sangat senang saat saya memberikannya benda atau jasa, tidak harus besar, tapi sangat berarti untuknya bahwa saya ingat untuk memberikannya apa yang ia inginkan dan butuhkan.
Saya pikir lucu, saat saya mendapatkan Acts of Service sebagai salah satu love language utama saya, diikuti dengan Words of Affirmation dan Quality Time yang mempuyai level hampir sama dengan love language utama saya. Karena memang betul, saya pribadi lebih senang saat pasangan saya dapat berkontribusi kepada keberlangsungan hidup saya secara langsung dibandingkan ia membelikan saya barang barang atau membelikan hadiah yang tidak saya ekspektasikan.
Pasangan saya pun ikut tertawa melihat hasil quiz saya, karena ia sendiri pun mengakui bahwa selama hampir 2 tahun bersama, ia sadar bahwa saya cenderung sangat memperhatikan hal-hal kecil yang ia lakukan dibandingkan hal yang terlalu terang-terangan dilakukannya. Ia pun tetiba berceletuk, "Tapi bener loh. Kamu itu sebenernya ngga hard to please, tapi memang masih jadi misteri buat aku sampe saat ini kenapa kamu lebih seneng dibantuin daripada dibeliin barang. Mungkin kamu bakal nangis bahagia kali yah kalo dapet asisten pribadi? haha"Â
Suatu buah pikiran pun muncul di kepala saya; "Acts of Service itu bentuk Love Language yang Butuh Pasangan atau Asisten Pribadi yang cenayang?"
Ya sebenernya ngga Asisten Pribadi yang cenayang juga sih...Tapi memang, dari yang saya baca dari hasil quiz '5 Love Language', saya dapat memahami bahwa bahasa kasih ini merupakan tipe bahasa kasih yang lebih memperhatikan keinisiatifan seseorang untuk membantu kebutuhan pasangannya. Bantuan yang dilakukannya pun tidak harus rumit, cukup dengan bantuan kecil yang dapat diwujudkan melalui hal simpel secara sukarela dan tidak pamrih, dan aksinya pun secara tidak langsung dapat membantu keberlangsungan hidup pasangannya.
Seperti contoh hal yang membuat saya merasa dicintai adalah saat pasangan saya membantu saya menggantung baju baju saya yang baru saja di seterika, mengingatkan saya perihal pekerjaan-pekerjaan lain yang saya lupakan, membawakan barang saya yang terkadang saya lupakan, atau teringat untuk membelikan saya sesuatu hal yang kecil yang sudah lama saya butuhkan.