Mohon tunggu...
Fadia Permata
Fadia Permata Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Halo ^^

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relevansi Teori Dekonstruksi Derrida Pada Saat Ini

10 Januari 2024   17:55 Diperbarui: 10 Januari 2024   18:37 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori ini adalah salah satu kontribusi filsafat yang paling berpengaruh dan kontroversial dalam abad ke-20. Teori ini menantang asumsi-asumsi dan konsep-konsep yang biasa kita gunakan untuk memahami dunia, bahasa, dan budaya. Teori ini juga mengkritik logika dan otoritas yang melekat pada teks-teks yang kita baca, seperti buku, puisi, atau artikel.

Teori dekonstruksi Derrida memiliki relevansi yang sangat tinggi pada saat ini, karena kita hidup di era globalisasi dan digitalisasi yang penuh dengan informasi dan komunikasi. Dalam era ini, kita seringkali terpapar oleh berbagai teks-teks yang berasal dari berbagai sumber, budaya, dan pandangan. Kita juga seringkali menggunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan ide-ide, gagasan, atau argumen kita kepada orang lain. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mampu memahami makna-makna yang tersembunyi atau terlupakan di dalam teks-teks tersebut.

Teori dekonstruksi Derrida dapat membantu kita untuk melakukan hal itu dengan cara-cara berikut:

- Membuka diri terhadap kemungkinan-kemungkinan makna alternatif yang ada di dalam teks-teks tersebut. Derrida tidak menawarkan satu makna tunggal atau absolut untuk suatu teks, tetapi banyak makna yang dapat ditemukan jika kita mengubah perspektif atau konteksnya.
- Mengungkapkan ketidakpastian, kontradiksi, dan paradoks yang ada di dalam bahasa itu sendiri. Derrida menunjukkan bahwa bahasa tidak dapat dipahami secara netral atau objektif, tetapi selalu dipengaruhi oleh asumsi-asumsi bawaan dan konsep-konsep yang telah mapan dalam masyarakat.
- Menantang hierarki-hierarki pemikiran yang dominan atau otoritatif dalam teks-teks tersebut. Derrida mengkritik logika-logika seperti bineritas (oposisi dua sisi), esensi (sifat dasar), identitas (kesesuaian antara nama dan wujud), kesatuan (keutuhan suatu keseluruhan), dll. Ia juga menunjukkan bagaimana kata-kata dapat memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteksnya.
- Membuka diri terhadap perbedaan-perbedaan budaya atau identitas yang ada di dalam teks-teks tersebut. Derrida mengakui bahwa bahasa bukanlah sesuatu yang statis atau tetap, tetapi sesuatu yang dinamis dan berubah-ubah seiring dengan waktu dan ruang. Ia juga mengakui bahwa bahasa bukanlah sesuatu yang homogen atau sama-sama, tetapi sesuatu yang heterogen dan beragam.

Dengan menggunakan teori dekonstruksi Derrida sebagai alat kritis untuk menganalisis teks-teks tersebut, kita dapat meningkatkan kemampuan kita untuk memahami dunia dengan cara-cara baru dan kreatif. Kita juga dapat mengembangkan sikap toleransi dan kerjasama dengan orang-orang dari latar belakang budaya atau identitas yang berbeda dari kita.

Nama : Fadia Permata Aprilia Santi
Nim : 1512300056

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun