Pandemi covid-19 kini sudah mulai mereda di Indonesia, setelah selama hampir 3 tahun melakukan berbagai aktivitas dari rumah kini masyarakat berusaha kembali pada aktivitas lama seperti sebelum covid-19 melanda, namun tentu kita tidak bisa kembali sepenuhnya karena banyak hal-hal yang terjadi selama covid-19 dan sudah mulai melekat dengan masyarakat.
Seperti digitalisasi yang terus meningkat baik dalam sektor ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, politik dan berbagai aspek lainnya. Sehingga tentu banyak perilaku-perilaku yang berubah dan dirasa tidak perlu dihilangkan karena mendatangkan berbagai manfaat. Hanya saja kini setelah covid-19 berlalu masyarakat menjadi lebih bebas beraktivitas di luar ruangan dengan menjalankan kebiasaan-kebiasaan baru.
Salah satu hal yang banyak terpengaruh saat pandemi adalah kegiatan sosial bermasyarakat yang harus dialihkan menjadi bentuk daring, atau dalam dunia mahasiswa banyak dirasakan ketika pandemi kegiatan UKM dan organisasi yang tidak dapat terlaksana sehingga kesempatan mengembangkan diri dirasa berkurang.
Dan kini ketika keadaan sudah lebih baik banyak individu yang merasa takut untuk kembali bersosialisasi. Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut mulai dari kecemasan, atau perasaan rendah diri karena selama pandemi merasa banyak hal yang tidak dapat diraih, penurunan kepercayaan pada orang lain, dan masih banyak faktor lainnya.Â
Dan menurut Steven Taylor seorang profesor psikiatri di University of British Columbia berpendapat bahwa sulit untuk bisa menjalani hidup normal setelah pandemi apalagi bagi orang-orang yang mengalami kemalangan. Hal ini tentu bukanlah masalah yang dapat dengan mudah diatasi, bahkan dampak kesehatan tidak seberapa jika dibandingkan dengan dampak mental yang akan berkepanjangan.Â
Selain itu terjadi pula kemerosotan moral akibat pandemi covid 19, para mahasiswa cenderung tidak menerapkan tata tertib aturan yang biasa dilakukan di kelas. Mereka terkadang hanya mengisi absen tanpa memperhatikan dosennya, makan dan minum, berdandan, tidur, bermain hp atau melakukan hobi yang lain pada saat zoom berlangsung.Â
Hal ini masih sering terjadi pada mahasiswa yang masih melakukan sistem pembelajaran secara hybrid. Tetapi walaupun sulit dan banyak tantangan, bukan berarti kita tidak bisa melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, kita tetap harus terus berusaha, apalagi para mahasiswa yang akan menjadi penerus bangsa jangan sampai pandemi mempengaruhi masa depan kita.Â
Maka dalam tulisan ini saya akan membahas alternatif yang dapat dilakukan mahasiswa dalam era new normal untuk meningkatkan kompetensi atau kemampuan bersosialisasi dengan cara mengikuti event virtual baik itu webinar, kursus atau kelas online, workshop, magang online dan lain sebagainya.
Semakin berkembangnya zaman manusia dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan dirinya agar tetap bisa bertahan. Selain kemampuan diri sendiri kini manusia dituntut untuk bekerjasama dengan orang lain, yang tentunya untuk berinteraksi dengan orang lain juga harus disertai dengan keterampilan-keterampilan tertentu seperti komunikasi, kolaborasi dan pemecahan masalah (problem solving).Â
Keterampilan tersebut biasanya bisa didapatkan dan diasah ketika kita berinteraksi dengan orang lain, semakin sering berinteraksi tentu keterampilan tersebut akan semakin berkembang.Â
Namun semenjak covid-19 interaksi sosial secara tatap muka cukup sulit dilakukan, dan dikalangan mahasiswa yang biasanya menjadi wadah untuk mengembangkan keterampilan interpersonal adalah di organisasi, sedangkan di era new normal ini masih banyak kampus yang belum mengizinkan kegiatan organisasi dilaksanakan secara luring pasti membuat mahasiswa kebingungan untuk mengembangkan keterampilannya.Â