Mohon tunggu...
Fadiah Idzni Nadhila
Fadiah Idzni Nadhila Mohon Tunggu... Lainnya - Profil Pribadi

Seorang Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Misterius

30 Oktober 2020   21:11 Diperbarui: 30 Oktober 2020   21:45 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah dua jam lebih aku duduk didepan rumah tua bercat coklat tua dengan halaman yang luas disertai dengan taman-taman kecil  sejak pulang sekolah tad, kata orang- orang didalam rumah itu tinggal seorang pria misterius sebatangkara yang tak jelas asal usulnya. Katanya, dia adalah orang yang menyeramkan. Dia akan mengambil mata anak kecil yang menginjakkan kaki walau hanya dihalaman rumahnya, dia akan keluar, berlari dan mengambil anak yang berani menyentuh rumahnya dan mengambil mata mereka. Tapi aku sudah dua jam menunggu disini, tak ada hal aneh yang terjadi padaku. " Dasar orang orang kuno , penakut, padahal kan tak terjadi apa apa disini " gumamku yang sok berani ini.

Keesokan harinya aku melakukan hal yang sama seperti kemarin setelah pulang sekolah, kutunggu 2 jam tak kunjung terjadi hal hal yang aneh pada diriku, ataupun rumah tua dibelakangku. Sampai hampir petang aku menunggu, tetap tak ada yang terjadi. Dan hal itu sudah ku ulang enam kali. Aku memang anak yang tak percaya akan hal hal mitos seperti yang orang orang katakan. Tapi sebenarnya aku tak juga anak yang pemberani. Oh hampir lupa, namaku Ayden. Ya itu saja aku malas memperkenalkan diri. Besok aku berencana untuk mendatangi rumah itu lagi dan berharap sesuatu terjadi, untuk mematahkan tanggapan orang- orang kuno disekitarku.  

Keesokan harinya setelah pulang sekolah, aku kembali duduk di kursi  taman rumah tua itu, seperti biasa sudah dua jam aku menunggu tapi tetap tidak ada hal hal janggal terjadi sedikit pun. Sampai akhirnya kuberanikan diri mengetuk ngetuk pintu rumah tua itu. Satu dua kali tak ada jawab an, kuputuskan untuk mengetuk pintunya sekali lagi sambil berteriak, " permisi, jika kau tak keberatan tampakkan lah dirimu tuan misterius " lalu aku terdiam dan awan mulai berubah menjadi gelap yang tandanya hujan akan turun, dan tak kunjung ada jawaban dari rumah tua itu, aku segera berbalik badan dan tiba tiba petir menyambar pohon yang berada dihalaman depan rumah tua ini. Aku terkejut dan pada saat yang bersamaan aku merasakan seseorang dari belakang menepuk pundakku dan kurasakan cengrkaman yang sangat kuat. Aku sangat takut, tubuhku mengeluarkan keringat begitu banyak, wajahku pucat, tubuh seolah membeku. Terdiam tanpa gerakan sedikitpun, bahkan aku bernafas dengan sangat perlahan. Kuberanikan diri menengok kebelakan dan saat aku menengok kulihat sosok berwajah seram dengan luka gores yang cukup serius didekat matanya. Aku sangat ketakutan dan saat aku berusaha berteriak, tangannya yang kuat itu menyekap mulutku dan menarikku masuk kedalam rumah.

Karena aku merasa sangat ketakutan dan gemetar, tubuhku yang kecil ini tak kuat menahan, akhirnya aku tak sadarkan diri saat itu. Entah saat itu aku hanya bisa diam dan pasrah. Setelah itu tak ku ingat lagi apa yang dilakukan pria seram itu padaku. Saat aku tak sadarkan diri, kepalaku dihantui mimpi mimpi yang tak jelas artinya, dan aku juga memimpikan kejadian terakhir kali sesaat sebelum aku tak sadarkan diri. Saat itu aku merasa tidurku tak nyenyak, gelisah dan tidak tenang. Rasanya ingin bangun dan pergi dari sini, tapi tak bisa. " Tttidak, jangan, tidaak, tidaak, ibuu, jangaaan jangaaaan ibuuu, tidaaaakkkk" aku tersentak dan bangun dari tidurku, dan saat aku bangun pria menyeramkan itu sudah duduk menunggu disamping tempat tidur sambil membaca buku, aku ingin menangis, takut sekali rasanya. Setelah beberapa menit dia menyadari bahwa aku sudah terbangun " oh sudah bangun kau rupanya " dengan pembawaan yang dingin dan seram sembari menuangkan sesuatu kedalam gelas berwarna putih yang sudah kusam. " Ini minumlah, kau tertidur cukup lama sejak hari itu " tetap dengan sikap dingin dan menyeramkan dia menyodorkan segelas minuman hangat untukku, jujur saja aku tak berani meminumnya, aku takut jangan-jangan dia meracuniku dan berusaha membunuhku seperti dalam cerita cerita di film thriller yang pernah ku lihat. " M.. mm.. me..memangnya berapa lama aku tidak sadarkan diri? " Tanyaku dengan sangat ketakutan. " Hahahahaha, lama, sangaat lama hahaha" jawab pria misterius itu padaku dengan tawanya yang menyeramkan seperti beruang akan melahap mangsanya. Sungguh saat itu aku hanya bisa berdoa, tuhan aku pasrah jika kau kehendaki aku hidup selamatkan aku, jia kau kehendaki aku mati masukan aku kedalam surgamu. Hanya itu yang sedari tadi kuucapkan dalam hatiku. " Sudah dua hari kau tak sadarkan diri, ini minumlah cepat". Jawab pria itu tetap dengan sikap dingin. " Tt.. tuan apakah aku b...b ..boleh bertanya ? " "Tanyakan saja." "Aku sudah tak sadarkan diri disini dua hari, tapi kenapa kau tak mengambil kedua mataku dan memakannya? " Sunggu sejujurnya aku begitu takut menanyakan hal ini karena aku takut justru mengingatkan dia untuk mengambil mataku. " Hahahhahahaha" pria itu hanya tertawa dengan sangat menyeramkan. " Mengambil matamu dan memakannya katamu?? Hahahha, kenapa aku harus melakukannya jika aku masih bisa membeli daging sapi segar di supermarket hahahah" hah, ini sungguhan? Bahkan dia tak nampak seprerti psikopat sedikitpun, apa aku salah rumah? Atau salah orang? Bahkan dia terlihat seperti manusia biasa meskipun tawanya menyeramkan. " Tapi, kata orang orang, kau predator,suka memangsa manusia terutama anak anak, itu kata orang orang" " hahahaha lalu kau percaya begitu saja?" " Tentu, orang orang juga menjelaskanku tentang bukti buktinya" " hahaha apa yang kau dapat?" Pria itu tetap bersikap dingin sembari tertawa seram. " Apa kau tak ingat ? Seorang bocah laki laki yang bernaman stevan? Meninggal didepan teras rumahmu " aku terus mendesak pria itu untuk mendapatkan sebuah fakta. " Ya dia memang tewas didepan rumahku, tapi bukan aku penyebabnya" Jawab pria seram itu dengan pembawaan yang santai. " Dia adalah anak laki laki yang nakal, sombong, suka meremehkan orang, kurasa dia pantas mendapatkannya" jelas pria seram itu sekali lagi sembari mengrenyitkan dahinya. " Mmm, memangnya kenapa dia sampai tewas?" Tanyaku mulai penasaran.

" Saat itu..  anak laki laki yang angkuh datang kerumahku, sama sepertimu, ingin mematahkan rumor dari orang orang bahwa aku pembunuh menyeramkan. Saat itu awal dia menginjakkan rumahku, tak ada hal aneh terjadi, sampai tiga hari dia kemari, sama sepertimu, dia mungkin mulai geram. Keesokan harinya kulihat dari jendela dia datang kembali kerumahku membawa sejumlag alat setrum dengan harapan menyambungkannya ke arah pintu dan dinding-dinding rumahku agar saat aku menempel untuk melihat keadaanya, aku dapat tersetrum dan mati, lalu dia akan mengatakan dia menemukan dan membunuhku sekaligus, bodohnya dia lupa dan memegangnya, kurasa tegangannya cukup tinggi, sampai pada akhirnya dia tak kuat lalu mati. Hahhaha bocah bodoh yang konyol ahhaha" jelas pria seram itu panjang dan lebar sambil tertawa puas. Aku hanya bisa diam,karena aku tak menyangka, aku berhasil. Berhasill mematahkan asumsi orang tentang pria tua nan seram ini, bahkan sejauh ini dia tak terlihat menyeramkan sama sekali, tapi justru sebaliknya. " Oh, ngomong ngomong soal pertanyaanmu itu, perkenalkan namaku Jared, apa kau sudah mengenal namaku sebelumnya?" " Ah aku Robert, tidak, belum, aku belum mengetahui kalau namamu Jared, senang berkenalan denganmu Jared".

Setelah kejadian itu banyak orang mengira aku dimakan oleh Jared. Dan tak sedikit mengira aku mati disambar petir. Aku sudah menjelaskan semuanya kepada keluargaku soal Jared. Dan semua mulai berani berteman dengan Jared. Sejak saat itu Jared banyak bercerita tentang masa mudanya yang sangat keras, sampai saat dia pindah di komplek rumahku dan dipandang buruk oleh orang orang sekitar rumahku. Dan kini Jared juga lebih berani berbaur dengan tetangga tetangga dekat rumahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun