Mohon tunggu...
Fadiah AlfiLaila
Fadiah AlfiLaila Mohon Tunggu... Mahasiswa - tifl_FalvL

25 Mei 2003

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Norma-Norma Pancasila Sila Pertama

26 November 2021   07:54 Diperbarui: 26 November 2021   08:06 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sila pertama Pancasila berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa". Sila ini dilambangkan dengan bintang emas.
Lambang sila pertama dimaknai sebagai emas yang merupakan sesuatu yang dipancarkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada umat manusia.
memiliki makna bahwa di dalam kehidupan bermasyarakat beragam kepercayaan dan agama dapat hidup berdampingan secara damai.

Selain itu, sila pertama Pancasila juga dimaknai sebagai sikap tidak memaksakan kepercayaan dan agama terhadap Tuhan kepada orang lain.
Berikut ini beberapa contoh dari makna sila pertama Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:

1. Menghargai kepercayaan dan agama setiap orang yang berbeda-beda.

2. Saling menghormati antar sesama manusia.

3. Mengembangkan sikap toleransi beragama sejak dini.

4. tidak memaksakan suatu agama pada yang lain.

Tetapi di era society 4.0 sekarang seakan-akan semuanya bertentangan dengan Pancasila dan norma-norma yang biasa ditetapkan,entah itu akibat digitalilasi ataupun yang lainnya, buktinya sekarang pengaplikasian norma-norma Pancasila hampir punah. Semuanya bertentangan dengan Pancasila. Semua orang yang hidup di negara Indonesia baik para pemimpin ataupun rakyat biasa tidak sedikit diantara kesemuanya melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan norma-norma Pancasila.

Menurut sila pertama sudah jelas bahwa hal-hal yang kita lakukan akan diketahui oleh Allah. karena sudah disebutkan yakni "ketuhanan yang maha esa" tanpa dijelaskan lebih lanjut sudah bisa dipahami bahwa Allah maha segalanya. Tapi mengapa semua orang di Indonesia atau negara lainnya malah mengabaikan hal tersebut? Jawabannya adalah karena manusia adalah hayawanun natiq yang tak pernah puas akan segala hal.

Contohya pada saat ini yaitu manusia apabila diberi sebongkah emas masih akan meminta sebongkah emas lagi, manusia yang sudah mempunyai jabatan bagus di kantor masih kekeh ingin menjadi pemimpin yang mempunyai jabatan paling tinggi. Hal itulah yang kerap terjadi di negara Indonesia saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun