Mohon tunggu...
Fadia FaidhaniRahma
Fadia FaidhaniRahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Airlangga, Fakultas Ilmu BUdaya

Saya adalah seorang mahasiswi Bahasa dan Sastra Inggris di Universitas Airlangga. Saya tertarik pada dunia sastra. Di saat waktu luang saya biasanya menggunakannya untuk membaca buku. Genre buku yang saya suka adalah misteri. Selain itu, saya juga mulai tertarik untuk membaca puisi dan naskah drama berbahasa Inggris karena hal ini berhubungan dengan jurusan saya saat ini. Saya adalah orang yang suka mencoba dan belajar hal baru, serta tidak mudha menyerah dalam mendapatkan apa yang saya inginkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Begandring Soerabaia: Subkultur atau Bukan?

27 Mei 2023   06:49 Diperbarui: 27 Mei 2023   06:52 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

     Begandring Soerabaia adalah komunitas para pecinta warisan budaya dan sejarah. Mereka yang tergabung dalam komunitas ini berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada akademisi, arsitek, budayawan, jurnalis, praktisi hukum, bahkan mahasiswa. Tujuan dari komunitas ini adalah melestarikan budaya dan menjaga makna dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di kota Surabaya. Hal ini terjadi karena saat ini rasa cinta pada sejarah dan budaya lokal atau warisan budaya tidak lagi dimiliki oleh semua masyarakat, khususnya masyarakat Surabaya. Zaman yang terus berkembang ini hendaklah dibarengi dengan upaya pelestarian budaya dan sejarah yang baik pula karena kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari peradaban saat ini. Lebih-lebih, setiap kota di Indonesia pasti memiliki budaya dan sejarahnya masing-masing. Sangat disayangkan apabila budaya-budaya ini tidak dijaga, sehingga hilang dan tidak diketahui oleh generasi mendatang. Oleh karena itu, Begandring Soerabaia ada sebagai wadah bagi orang-orang yang berniat menjadi pegiat budaya atau mencintai warisan budaya, budaya, sosial, sejarah, dan tidak ingin hal-hal ini hilang seiring berkembangnya zaman.

     Dilansir dari begandring.com, Begandring Soerabaia menjalankan tiga jenis kegiatan berdasarkan sifatnya, yaitu peran rekreatif, edukatif, dan advokatif.

1. Peran Rekreatif

Dalam menjalankan kegiatan ini, hal-hal yang dilakukan oleh Begandring Soerabaia adalah jelajah sejarah. Kegiatan ini merupakan upaya untuk mengembangkan pariwisata yang berbasis sejarah.

2. Peran Edukatif

Kegiatan yang dilakukan adalah berbagi ilmu dan wawasan kepada publik melalui diskusi, jelajah sejarah, serta publikasi dan pembuatan film dokumenter

3. Peran Advokatif

Dalam menjalankan peran advokatif, Begandring Soerabaia mendorong pengambil kebijakan untuk bersama berupaya melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan sejarah, serta cagar budaya.

     Lantas, berdasarkan pada hal-hal yang telah disebutkan, apakah Begandring Soerabaia yang merupakan sebuah komunitas tersebut dapat disebut sebagai sebuah subkultur di dalam masyarakat?

     Sebelum itu, perlu diketahui terlebih dahulu mengenai pengertian dari subkultur. Nyatanya, saya sebagai penulis sempat keliru memahami pengertian dari istilah subkultur itu sendiri. Subkultur adalah komunitas atau perkumpulan orang-orang yang lebih kecil di dalam masyarakat, yang mana mereka memiliki dan berbagi visi dan misi, identitas, nilai, gaya hidup, dan paham yang berbeda dari masyarakat yang dominan ataupun budaya yang lebih besar (dominant culture). Namun, perlu diketahui bahwa sebenarnya tidak ada yang menyepakati pengertian subkultur oleh para sosiolog, sehingga hal ini masih diperdebatkan. Kesalahan saya dalam memahami arti dari subkultur adalah mengira bahwa setiap kelompok yang dianggap sebagai subkultur selalu memiliki pakaian khusus, yang menunjukkan bahwa mereka adalah bagian dari suatu kelompok tertentu tersebut. Kemudian, saya juga sempat mengira bahwa kelompok yang dianggap sebagai subkultur pasti menyimpang atau bertentangan dengan masayarakat yang dominan. Namun, kenyataannya tidaklah demikian.

     Berdasarkan pada materi serupa dari salah satu mata kuliah saya, pemahaman saya ini tidak tepat. Tidak semua komunitas yang terhitung sebagai subkultur memiliki dresscode atau pakaian khas mereka dan digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Kemudian, subkultur tidak bertentangan dengan masyarakat yang dominan dan bahkan cocok atau sesuai. Yang bertentangan dengan masyarakat dominan disebut dengan counter culture atau budaya tandingan, tetapi jelas bahwa subkultur tidaklah demikian. Subkultur biasanya tidak memiliki struktur dan sistem kepemimpinan dan keanggotaan yang formal, sehingga tidak mudah dibedakan dengan masyarakat dan budaya yang dominan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun