Mohon tunggu...
Fadhol Hendrawan
Fadhol Hendrawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa UNIVERSITAS NEGERI MALANG TAHUN 2022

saya adalah seseorang yang mengikuti alur kehidupan bagi saya kehidupan sama seperti air yang mengalir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Buling di Pesantren

8 Maret 2023   15:00 Diperbarui: 8 Maret 2023   18:00 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Dan untuk menekuni ilmu tentang agama Islam tidak sedikit orang tua memasukkan putra-putrinya ke dalam pesantren. Berdasarkan data dari kementerian agama Republik Indonesia terdapat 26.975 pesantren yang tersebar di seluruh Indonesia, di provinsi Jawa timur sendiri memiliki 4.452 pesantren. Terdapat juga nama-nama pesantren terbesar di Jawa timur antara lain pondok pesantren Sidogiri.

Sidogiri dibabat oleh seseorang Sayyid dari Cirebon Jawa Barat bernama Sayyid Sulaiman. Beliau adalah keturunan Rasulullah dari marga Basyaiban. Ayahnya, Sayyid Abdurrahman, adalah seseorang perantau dari negeri wali, Tarim Hadramaut Yaman. Sedangkan ibunya Syarifah Khodijah, adalah putri Sultan Hasanuddin bin Sunan Gunung Jati. 

Dengan demikian dari garis ibu, Sayyid Sulaiman merupakan cucu Sunan Gunung Jati. Sayyid Sulaiman membabat dan mendirikan pondok pesantren di Sidogiri dibantu oleh kiai Aminullah, menantu Sayyid Sulaiman yang berasal dari pulau Bawean. 

Saat itu Sidogiri masih berupa hutan belantara yang tidak dapat dijamak oleh manusia. Sidogiri dipilih untuk dibabat dan di jadikan pondok pesantren karena diyakini tanahnya baik dan barakah.

Ketika menimba ilmu di pondok pesantren Sidogiri, terdapat salah satu aturan yang unik. Yang di mana santrinya diwajibkan mengikuti buling atau burdah keliling. Di pesantren lain biasanya ketika mereka membaca burdah, mereka berkumpul di masjid atau halaman pesantren lalu membacanya, tetapi tidak dengan Sidogiri. 

Santri Sidogiri membaca burdah sambil mengelilingi area pesantren dan biasanya dilakukan di jam sebelas sampai dua belas malam. Mereka percaya dengan membaca burdah sambil mengelilingi pesantren, maka mereka akan dijauhkan dari malapetaka atau bala. Dan mereka melakukan kegiatan ini sejak lama. " untuk awalnya sendiri saya juga tidak tahu mas soalnya saat saya masuk sini sudah ada kegiatan burdah keliling ini." Ujar Iwan salah satu santri. Dan  Kegiatan ini terus dilaksanakan sampai sekarang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun