Mohon tunggu...
Hani Nabilah
Hani Nabilah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi smt 4

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Youtube Lebih Menarik Minat Gen Z Daripada Televisi

3 Januari 2022   22:50 Diperbarui: 3 Januari 2022   23:04 2375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Youtube menyediakan berbagai pilihan tontonan (foto pribadi)

Tulisan ini mengkaji tentang penanaman pendidikan karakter melalui televisi, yang meliputi: hakikat pendidikan karakter, potensi televisi dalam menanamkan karakter, materi pendidikan karakter bangsa, format sajian pendidikan karakter, serta mewujudkan harapan televisi pendidikan karakter bangsa (Anwas, 2018). Televisi ini merupakan jendela terhadap dunia. 

Segala sesuatu yang kita lihat melalui jendela itu membantu menciptakan gambar di dalam jiwa. Gambar inilah yang membentuk bagian penting cara seseorang belajar dan mengadakan persepsi diri. Apa yang kita peroleh melalui pengamatan pada jendela itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu lama waktu menonton dan mengikuti siaran, usia, kemampuan khusus seseorang dan keadaan seseorang pada waktu itu. 

Televisi sebagai salah satu lingkungan bagi seorang berperan dalam pembetukan kepribadian anak. Proses terbentuknya suatu kepribadian tertentu bisa dilihat dari beberapa hal, pertama yaitu proses pembiasaan. Seorang anak melihat suatu tingkah laku yang sering ditampilkan secara berulang-ulang. Tingkah laku tersebut akan menjadi lazim baginya (Dewi Juni Artha, 2016).

Remaja merupakan salah satu periode penting dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat perilaku, dan juga pola pikir. Remaja sangatlah rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. 

Pengaruh arus globalisasi dan juga lingkungan akan sangat berdampak pada mentalitas dan juga moralitas individu tersebut. Seorang remaja yang dapat membedakan dan menjaga dirinya dari segala hal yang dapat membuatnya terjerumus dalam banyak hal negatif dalam masa remaja (Leni, 2017).

Mendefinisikan masa remaja sebagai masa yang sulit bagi individu (remaja) dan orang tua. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik secara fisik maupun seksualitasnya. Pada masa remaja, mereka mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapat. Pada masa ini juga remaja lebih mudah dipengaruhi teman-temannya dan cenderung menentang orang tuanya. Remaja merasa terlalu percaya diri dan emosi yang meningkat membuatnya sukar menerima nasihat orang tua. Remaja mengalami variasi kejiwaaan yang dapat berubah setiap saat. Suatu saat remaja terlihat pendiam, mengasingkan diri dengan yang lain, namun pada saat yang lain remaja terlihat senang dan berseri-seri (Putro, 2017).

Setiap menonton tayangan televisi dapat mendorong seseorang untuk melakukan hal yang sama seperti bintang pujaan mereka dengan cara yang sama seperti mereka. Tayangan televisi mempunyai dampak yang positif bila dikonsumsi dengan bijak. Ia berpendapat bahwa televisi mempunyai enam manfaat. Menurutnya, televisi dapat membantu memahami dunia sekitar, televisi sebagai “jendela dunia”. 

Selain itu, televisi juga dapat membantu proses belajar baca tulis dan melek visual. Kemudian, ia juga berpendapat bahwa televisi dapat memperluas wawasan atau membuka cakrawala dengan informasinya yang aktual. Manfaat televisi keenam yaitu memperkaya pengalaman hidup. Televisi menambah pengetahuan dan meningkatkan kreativitas. Pemilihan program televisi yang tepat dapat pula menunjang pendidikan di sekolah (Ahmadi, 2005). Pada Sebagai gambaran singkat, Generasi Milenial, yang juga punya nama lain Generasi Y, adalah kelompok manusia yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1997. Mereka disebut milenial karena satusatunya generasi yang pernah melewati milenium kedua sejak teori generasi ini diembuskan pertama kali oleh Karl Mannheim pada 1923.

Dalam laporan tahunan Defy Media yang berjudul "Youth Media Diet", terlihat bahwa sebagian besar (65 persen) orang berumur 13 - 24 tahun terus mengkonsumsi video sejak awal hari - sebelum pergi ke sekolah atau berangkat kerja - hingga sore hari.

Menurut laporan Mashable, 57 persen responden mengatakan bahwa video digital berfungsi untuk memperbaiki mood mereka, 61 persen menyebutkan menonton video sebagai cara menghilangkan stres, 60 persen mengkonsumsi video untuk mengetahui berita terbaru, 47 persen menggunakan video untuk belajar sesuatu yang baru dan 44 persen menonton video untuk membantu mereka tidur.

Menurut data dari sebuah studi yang dilakukan Omnicom Media Group, agensi Hearts & Science, dan dikutip dari AdAge, 47 persen dari para responden yang berusia 22 sampai 45 tahun, lebih memilih menonton streaming video. Meski begitu, bukan berarti mereka enggak menonton konten TV sama sekali, mereka tetap menonton kalau ada konten program yang mereka benar-benar tunggu dan sukai. Melihat peluang tersebut, layanan streaming video yang tengah populer di Indonesia, iflix, getol membuat konten yang bisa dimakan oleh kaum milenial. Enggak hanya itu, munculnya iflix juga menjadi ajang edukasi dan apresiasi untuk para pembuat konten. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun