Nagari Lawang, Kecamatan Matur, Sumatera Barat, memiliki potensi besar dalam pertanian hidroponik, terutama budidaya sayuran khususnya seledri. Meski pertanian hidroponik menawarkan banyak keunggulan, tantangan utama yang dihadapi oleh kelompok tani di sana adalah keterbatasan pasokan listrik untuk menjaga sirkulasi air di sistem hidroponik. Sistem ini sangat bergantung pada listrik untuk menggerakkan pompa air, dan gangguan listrik dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman hingga gagal panen. Untuk menjawab masalah ini, tim pengabdi masyarakat dari Universitas Negeri Padang (UNP) meluncurkan program penerapan teknologi Panel Surya sebagai sumber utama dan energi PLN sebagai cadangan atau dikenal sebagai sistem hibrida. Pada malam hari atau saat cuaca buruk yang mengganggu pengisian energi dari panel surya ke baterai, energi PLN akan menggantikan tenaga surya sehingga pompa air tetap berfungsi. Perpindahan sumber energi dilakukan menggunakan Automatic Transfer Switch (ATS). Setelah baterai terisi cukup dan dapat menggerakkan pompa, sistem secara otomatis akan kembali menggunakan tenaga surya. Solusi ini dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada listrik konvensional dan memanfaatkan energi surya sebagai sumber daya utama untuk menggerakkan pompa air di instalasi hidroponik. Dengan energi matahari yang melimpah di wilayah tersebut, sistem ini diharapkan mampu bekerja sepanjang waktu, menjaga aliran air tetap stabil.
Proses pelaksanaan kegiatan dimulai dengan penyiapan komponen utama seperti panel surya, baterai penyimpanan energi, inverter, ATS dan pompa air. Panel surya dipasang di tiang yang berada di dekat tempat instalasi hidroponik, memastikan penyerapan energi maksimal. Setelah semua komponen diuji di laboratorium, tim melanjutkan pemasangan sistem energi surya langsung di lokasi. Panel surya kemudian mulai menyuplai energi untuk pompa air, memastikan aliran air dapat berlangsung terus menerus selama 24 jam tanpa gangguan. Dr. Ali Basrah Pulungan, S.T., M.T., Ketua Tim Pengabdian dari UNP, menjelaskan betapa pentingnya teknologi ini bagi para petani. "Dengan penerapan sistem hibrida (PLTS-PLN) ini, kami berharap para petani bisa lebih mandiri dalam mengelola sistem hidroponik mereka. Energi matahari adalah solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga mereka dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan listrik konvensional," ujarnya.
Keberhasilan program ini dirasakan langsung oleh komunitas hidroponik. Pengurus kelompok, Ibnu Rachmad Tanjung, menyampaikan rasa syukurnya atas keberhasilan penerapan teknologi tersebut. "Dengan adanya sistem energi surya ini, kami tidak lagi khawatir akan gangguan kebutuhan listrik. Tanaman kami tumbuh lebih baik, produksi meningkat, dan biaya listrik jauh berkurang," ujarnya. Masyarakat sekitar juga merasakan dampak positif dari program ini. Salah satu warga menyatakan, "Kami sangat berterima kasih atas inisiatif ini. Teknologi ini tidak hanya membantu kelompok tani, tetapi juga memberikan wawasan baru bagi kami tentang bagaimana teknologi bisa mempermudah kehidupan sehari-hari." Dengan adanya PLTS, kelompok tani di kini dapat mengoperasikan sistem hidroponik mereka dengan lebih efisien dan mandiri. Program ini menjadi contoh sukses penerapan energi terbarukan di sektor pertanian yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat. Keberhasilan ini diharapkan dapat diadopsi oleh daerah lain di Sumatera Barat dan Indonesia pada umumnya, sebagai solusi untuk pertanian berkelanjutan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H