Sumber energi tradisional berbasis minyak, batu bara, dan gas alam terbukti sangat efektif. Ini merupakan hal yang efektif untuk pembangunan ekonomi, tetapi pada saat yang sama berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Sumber energi konvensional berbasis bahan bakar fosil ini menghadapi tantangan. Mungkin salah satu tantangan terbesar adalah penggunaan batu bara di masa depan, yang akan meningkatkan berbagai tekanan lingkungan. Dengan banyaknya tekanan dan ketersediaan yang semakin lama akan menipis tentunya memunculkan suara akan potensi energi baru terbarukan di Indonesia. Mungkin sebagian besar orang sudah tau apa itu energi baru terbarukan, Namun berikut penjelasan singkatnya, Apa sih energi baru terbarukan itu? Energi baru terbarukan, atau yang biasa disingkat EBT, adalah energi atau tenaga yang tersedia secara alami dan dapat dimanfaatkan secara terus menerus, seperti tenaga air, tenaga angin, tenaga surya, bahan bakar nabati, energi panas bumi, dan sebagainya. Energi baru terbarukan di Indonesia memiliki potensi yang bagus, hal tersebut tentunya dapat dimanfaatkan Indonesia kedepannya untuk beralih dari energi fosil menjadi energi baru terbarukan. Salah satu potensi seperti, Indonesia yang terletak di garis khatulistiwa yang membuat Indonesia mendapat penyinaran matahari cukup lama dapat dimanfaatkan energinya menjadi pembangkit listrik tenaga surya.
Perlu anda ketahui, permintaan dan potensi energi terbarukan di Indonesia berkembang pesat. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa konsumsi energi Indonesia tumbuh pada salah satu tingkat tercepat di dunia. Hal ini tidak mengherankan mengingat pembangunan ekonomi yang kuat, pertumbuhan penduduk yang stabil dan urbanisasi selama dekade terakhir. Indonesia merupakan produsen dan eksportir batu bara terbesar keempat di dunia. Selain itu, merupakan pemasok gas terpenting di Asia Tenggara dan merupakan bagian penting dari pasokan biofuel dunia. Ini akan menjadikan kebijakan energi Indonesia sebagai pendorong utama tren dan transisi energi terbarukan di kawasan ini. Permintaan energi Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 80%, tetapi permintaan listrik akan meningkat tiga kali lipat antara tahun 2015 dan 2030. Data menunjukkan bahwa Indonesia sedikit lebih bergantung pada bahan bakar fosil, tetapi tren energi terbarukan sedang berubah. Akibatnya, penambahan energi terbarukan secara konsisten terus meningkat. Ini tentu saja merupakan perkembangan positif dalam transisi negara ke energi hijau. Dalam jangka pendek, pertumbuhan energi terbarukan tampaknya melebihi permintaan batu bara dan minyak.
Mungkin kita bertanya – tanya, apakah bisa Indonesia beralih ke EBT?, tentu dalam pandangan saya, saya akan menjawab bisa, karena menurut saya, dengan seiring berjalannya waktu dan banyaknya potensi energi baru terbarukan yang ada di Indonesia, seharusnya dapat mendorong dan membantu Indonesia ke depannya untuk beralih ke energi baru terbarukan. Sudah tahukah anda? Bahwa Indonesia merupakan salah satu dari lima negara teratas di kawasan Asia-Pasifik dengan kapasitas energi terbarukan terbesar. Yang utama berasal dari pembangkit listrik tenaga air dan panas bumi, masing-masing menyumbang 8% dan 5%. Menurut Viktor Tachev, terdapat rencana pemerintah untuk memperluas energi baru terbarukan di seluruh Indonesia. Saat ini, kebijakan pemerintah menargetkan 23% energi tersebut bersumber dari energi baru terbarukan, seperti energi surya, pada tahun 2025. Dan pada tahun 2050, setidaknya 31% harus berasal dari sumber energi baru terbarukan modern. Namun, International Renewable Energy Agency (IRENA) memperkirakan bahwa Indonesia akan mampu mencapai target 2050 dua dekade sebelumnya. Menurut Viktor Tachev, waktu seberapa cepat Indonesia dapat mendekarbonisasi tidak lagi penting. Seiring dengan China, Jepang, Korea Selatan dan India, Indonesia saat ini merupakan salah satu negara penghasil CO2 terbesar di dunia. Penting untuk memanfaatkan potensi energi terbarukan. IRENA memperkirakan transisi tersebut akan membutuhkan investasi tahunan sebesar US$16 miliar.
Viktor tachev mengatakan jika pada tahun 2030 Indonesia mengganti energi fosil dengan energi baru terbarukan akan menghemat hingga biaya $1,7 miliar per tahun. Hal tersebut tentunya memperhitungkan dari segi biaya pencemaran udara juga, selain itu menurut viktor tachev sebagian besar energi baru terbarukan dibandingkan dengan kebijakan saat ini menghasilkan penghematan biaya yang signifikan untuk sistem energi. Dengan adanya hal tersebut tentunya juga akan membantu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Indonesia. Tak hanya itu, menurut pendapat saya jika Indonesia benar – benar dapat memanfaatkan potensi energi baru terbarukan yang dimilikinya Indonesia kedepannya juga akan dapat melakukan pembuatan kendaraan listrik. Beralih ke energi baru terbarukan juga membuat Indonesia lebih mandiri. Sehingga, ini akan mengurangi permintaan energi fosil. Dengan kata lain, Indonesia dapat mengurangi impor minyak bumi dan batu bara kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H